Ramadhan, Laboratorium Kesalehan

oleh

Oleh : Zarkasyi Yusuf*

Tulisan singkat ini sebagai ucapan selamat datang kepada bulan penuh rahmah, keampunan dan kelepasan dari siksa neraka. Ramadhan, bulan yang dianugerahkan Allah hanya kepada ummat Muhammad, di dalamnya Allah simpan kelebihan-kelebihan luar biasa, satu diantaranya adalah malam qadar yang kelebihannya melebihi seribu bulan, serta masih banyak kelebihan-kelebihan lainnya.

Ramadhan penuh dengan amal kebaikan yang dipraktikkan masyarakat, baik menyangkut tradisi maupun interaksi-interaksi sosial.
Akhirnya, terbentuk komunitas penuh kesalehan sebagai manivesto dari ragam amal kebaikan yang dipraktikkan dalam Ramadhan.

Komunitas masyarakat baik lahir dari kumpulan keluarga-keluarga baik, keluarga baik diisi oleh pribadi-pribadi yang baik pula.

Harapannya, usai Ramadhan akan terbentuk masyarakat ideal sebagaimana dimaksudkan dalam al-Qur’an, baik sebagai ummatan wahidah (al-Baqarah: 213), ummatan wasatha (al-Baqarah: 143), ummatan muqtashidah ( al-Maidah: 66) dan khairu ummah (Ali Imran: 110). Masyarakat baik dan ideal merupakan objek kajian dari sosiologi, sehingga muncul beragama teori tentang masyarakat.

Khairu ummah adalah salah satu model masyarakat ideal, masyarakat ini sudah pernah terwujud pada masa Rasulullah SAW di Madinah. Mereka mendapatkan predikat masyarakat terbaik atau utama.

Gelar ini diperoleh karena umat Islam pada periode awal di bawah kepemimpinan Nabi SAW mampu memadukan keshalehan ritual dengan memperkokoh keimanan di dalam masjid dan kesalehan sosial dengan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebajikan dan melarang dari kemunkaran) di tengah-tengah masyarakat.

Ramadhan dan Puasa; Laboratorium Kesalehan Masyarakat

Salah satu kelebihan Ramadhan disebutkan dalam hadist, “Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu.

Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan) (H.R Ahmad).

Dalam Ramadhan, ummat Muhammad yang beriman diperintahkan melaksanakan ibadah puasa sebagaimana dijelaskan dalam al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ramadhan dengan kewajiban berpuasa di dalamnya menjadi bulan penting dan unik, ini membedakan Ramadhan dengan bulan-bulan lainnya.

Setidaknya ada tiga hal keunikan Ramadhan. Pertama, menjadi media dalam perbaikan kualitas pribadi manusia. Berpuasa dengan target takwa adalah impian setiap orang mukmin, impian untuk mewujudkan pribadi yang selalu istiqamah dan amanah dalam menjalankan perintah serta menjauhkan diri dari yang dilarang.

Sederhananya, puasa menjadi salah satu cara untuk menciptakan manusia yang sadar dan taat hukum. Sadar bahwa dirinya selalu dalam pantauan Allah SWT.

Sebagai ibadah rahasia (sirriyah), puasa memberikan pengajaran untuk menjaga dan menunaikan amanat. Orang yang berpuasa dengan lapar dan haus yang dirasakannya, meskipun berada di tempat sunyi, ia tetap akan mempertahankan puasanya.

Sebab, keyakinannya Allah pasti mengetahui setiap gerak-geriknya. Inilah sifat amanah, sifat mulia yang akan membawa keberkahan dan kebaikan, apalagi sifat mulia ini bersarang pada pemimpin. Salah satu penyebab terjadinya konflik dalam masyarakat adalah melanggar amanah (khianat).

Puasa mengajarkan manusia untuk mampu mengelola emosi, menjaga diri agar tidak terjebak dalam sifat marah yang berujung terjadinya konflik, baik konflik antar personal maupun kelompok. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah “Kalau ada orang yang mencaci maki atau mengajak berkelahi, katakan “aku sedang berpuasa” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, Ramadhan menjadi bulan kampanye segala kebaikan. kelebihan dan keistimewaan lain dari bulan Ramadhan disebutkan dalam hadist “Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar, luarnya terlihat dari dalam dan dalamnya terlihat dari luar.

”Seorang badui menghampiri Rasulullah, ia bertanya: “Itu untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bagi yang membiasakan ucapannya baik, memberi makan, puasa secara kontinyu, dan shalat malam untuk Allah saat manusia lain tidur,” (H.R. Tirmidzi).

Empat amalan tersebut dapat dilaksanakan dalam bulan Ramadhan. Dalam Ramadhan, seseorang melaksanakan puasa, melaksanakan qiyamul lail (tarawih dan lain lain), memperbanyak sedekah, serta menahan diri berkata-kata, kecuali yang baik-baik saja.

Demikian penjelasan Ibnu Rajab al-Hanbali (736-795 H) dalam kitab Lathaif al-Ma’arif fima al-Mawasim al-‘Am min al-Wadhaif .

Salah satu indikator meningkatnya kampanye kebaikan dalam Ramadhan adalah meningkatnya semangat filantropi dalam masyarakat. Hampir setiap hari dalam Ramadhan dijumpai kegiatan berbagi takjil, sahur bareng dan pembagian bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari, zakat fitrah dan pembagian busana muslim/muslimah bagi masyarakat kurang mampu.

Kegiatan berbagi ini tidak hanya dilaksanakan oleh individu, tetapi juga dilaksanakan oleh kantor pemerintah, institusi pendidikan dan juga organisasi kemasyarakatan.

Meningkatnya semangat filantropi dalam bulan Ramadhan dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa bersedekah pada bulan ini pahalanya jauh lebih besar dibandingkan pada bulan-bulan lain.

Ketiga, Ramadhan adalah bulan tarbiyah (pendidikan). Salah satu hikmah berpuasa Ramadhan adalah pendidikan, terutama mendidik nafsu untuk tunduk dan patuh pada Sang Pencipta.

Puasa mengajarkan kita untuk disiplin, karena disiplin menjadi salah satu kunci kesuksesan. Dalam Ramadhan tradisi belajar mengajar pun meningkat, hampir setiap malam di Mesjid, Surau bahkan di kantor pemerintah dilaksanakan tausiyah, memberikan pelajaran kepada jama’ah tentang mendekatkan diri kepada Allah.

Institusi pendidikan pun tidak mau ketinggalan, Sekolah dan Madrasah menggelar pendidikan Ramadhan yang dikemas dalam kegiatan “Pesantren Kilat”. Harapannya, meskipun durasinya singkat, para siswa diharapkan mampu menyerap ilmu Agama seperti para santri yang belajar di Pondok Pesantren.

Tiga hal sebagaimana diuraikan di atas, merupakan kondisi sosial masyarakat yang sangat mapan dalam upaya mewujudkan masyarakat madani. Nurcholis Madjid mendifinisikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang taat akan hukum dan memiliki kepedulian terhadap rasa kemanusiaan.

Dawam Raharjo berpendapat, tiga hal akan menjadi konsep masyarakat madani, Agama sebagai sumbernya, peradaban sebagai prosesnya dan masyarakat kota atau perkumpulan sebagai hasilnya.

Akhirnya, Ramadhan sebagai anugerah terindah yang diberikan Allah kepada ummat Muhammad sejatinya menjadi laboratorium perbaikan sosial kemasyarakat.

Pribadi-pribadi yang pernah melakukan studi pada “Universitas Ramadhan” dapat lulus dengan predikat muttaqien. Dampaknya, sosiologi Ramadhan akan tetap langgeng dan bertahan meskipun Ramadhan telah usai, semoga.

*ASN Pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, mahasiswa Pasca Sarjana IKHAC Mojokerto, Jawa Timur

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.