Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA
Bulan Ramadhan akan datang dalam hitungan hari, banyak nama yang diberikan untuk bulan ramadhan, ada yang dinamai dengan syahr al-shiyam, syahr al-Mubarak, syahr al-tarbiyah dan masih banyak lagi.
Nama-nama ini menunjukkan bahwa bulan ramadhan itu sangat agung dan merupakan pengulu dari seluruh bulan, banyak program yang disiapkan untuk mengisinya terlebih untuk kegiatan-kegiatan ibadah.
Banyak cara atau upaya yang dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan ramadhan, sebagian masyarakat utamanya petani menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum masuknya bulan ramadhan, sehingga masuknya bulan ramadhan tidak ada lagi pekerjaan yang harus dikerjakan dan bisa fokus untuk beribadah.
Sebagian masyarakat lagi menganggap bahwa bulan ramadhan bukanlah waktu untuk tidak bekerja, namun menurut mereka justru dalam bulan ramadhan itu kita harus lebih giat untuk berusaha karena Nabi mencontohkan kepada ummatnya kalau ia berperang pada bulan ramadhan sama dengan bulan yang lain.
Sebagian lagi dari anggota masyarakat tidak memisahkan atau membedakan antara bulan ramadhan dengan bulan-bulan yang lain, artinya jadwal untuk bekerja tetap digunakan untuk bekerja sementara jadwal untuk beribadah digunakan untuk beribadah, jadi tidak ada pemisahan dalam pekerjaan. Bahkan bagi mereka ini tidak ada pemisahan antara pekerjaan ibadah dengan pekerjaan non ibadah.
Masyarakat Dulu
Setiap daerah mempunyai makanan yang paporit ketika berbuka di bulan ramadhan, ada yang makanan paporitnya adalah pecal dan ada juga makanan pembuka puasanya kanji, karena makanan itu tidak bisa tidak ada dan tidak bisa diganti dengan makanan lain maka masyarakat menyiapkan bahan untuk membuat pecal dan kanji tersebut jauh sebelum masuknya bulan ramadhan.
Seperti menanam kacang tanah. Masyarakat menanam kacang tanah hasilnya disiapkan untuk bumbu pecal, sehingga selama bulan ramadhan tidak perlu membeli kacang tanah, untuk daun-daun dan buah-buah yang digunakan untuk bahan mereka tanam dengan perhitungan ketika ramadhan sudah bisa diambil.
Demikian juga bahan-bahan untuk membuat kanji, bahan-bahannya telah disiapkan sebelum ramadhan tiba.
Ada makanan berbuka puasa yang tidak perlu disiapkan dalam waktu yang lama, tetapi mudah didapatkan dan selalu ada, tidak mempunyai nilai ekonomis dan boleh diambil kendati bukan dari lahan atau kebun sendiri.
Yaitu bahan yang digunakan untuk cecah kelat. Diantara bahannya adalah, putik nangka, buah terong belanda, cabe, kunyit dan lain-lain.
Itulah dua makanan tradisi di dalam masyarakat (Gayo) yang disiapkan setiap harinya untuk berbuka puasa, di samping minuman kopi untuk orang tua dan minuman teh atau air gula untuk anak-anak.
Dan kalaupun mau ditambah dengan makanan lain hanya sebagai tambahan, seperti kolak, cendol dan makanan lain. Dengan persiapan bahan-bahan seperti yang disebutkan, maka dapat dipastikan masyarakat tidak banyak mengeluarkan uang selama bulan ramadhan, kecuali hanya untuk membeli ikan sebagai kawan nasi.
Masyarakat Sekarang
Masyarakat dulu adalah masyarakat agraris dimana hampir keseluruhan masyarakat hidupnya dari bertani, mereka makan dari tanaman apa yang mereka tanam.
Mereka punya harta tetapi mereka tidak punyai uang, karena mereka tidak terbiasa menjual apa yang mereka tanam bahkan tradisi dikalangan mereka lebih banyak untuk berbagi daripada menjuan atau membeli.
Berbeda dengan masyarakat (modern) sekarang, kendati mereka hidup sebagai petani. Mereka di samping punya harta (lahan dan hasil) mereka mempunyai uang, karena harta (hasil pertanian) mereka dijual kepada dan dinilai dengan uang, mereka tidak banyak lagi berbagi kareng semua dinilai dengan uang.
Para pedagang membeli hasil pertanian dari masyarakat, dan mereka juga harus membeli dari orang lain apa yang dibutuhkan.
Masyarakat tidak lagi seperti dahulu mempersiapkan apa yang menjadi kebutuhan mereka dalam menghadapi datangnya bulan ramadhan, mereka cukup menyiapkan uang karena semua yang mereka butuhkan telah ada di jual di pasar-pasar.
Kalau masyarakat dahulu berusaha tidak mengeluarkan uang ketika datangnya ramadhan, tetapi kalau masyarakat mempunyai pola tidak perlu mempersiapkan apapun kecuali uang.
Sebenarnya sekarang bisa kita bertanya, siapa yang menghabiskan uang pada bulan ramadhan dan siapa yang mencari uang pada bulan ramadhan ? Jawabannya tentu tidak sulit karena mereka yang menghabiskan uang adalah mereka yang tidak punya uang dan mereka yang menyimpan uang adalah mereka yang mempunyai skill atau kemampuan membaca peluang untuk mendapatkan uang, baik itu orang yang tidak punya uang atau juga mereka yang sudah mempunyai uang.
Sekarang kalau pergi ke kampung-kampun untuk berbuka puasa kita tidak bisa lagi berharap tersedianya makanan-makanan tradisional, bukan karena bahannya tidak tersedia di pasar-pasar atau di kebun masyarakat. Tetapi lebih disebabkan oleh pola pikir (uang) semua sudah tersedia di pasar dan bisa dibeli. Bagi mereka yang tidak membeli maka dianggap hidup masa dahulu yang tidak mengikuti trend. []