Oleh : Tazkir, S.Pd*
Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani.
Tapi perubahan zaman begitu cepat berubah terutama pada dunia teknologi dunia digital, informasi begitu cepat diperoses hanya hitungan detik kita dapat mengetahui tentang dunia lain terutama pada dunia maya (film, berita, games) orang tua khawatir dengan dunia maya saat ini, terlalu bahaya dalam mengikutinya terutama bagi anak didik.
Dalam pikiran orang tua, terbayang berbagai hal yang negatif tentang keadaan moral dan etika anak ke depannnya, karena orang tua tidak dapat sepenuhnya selama 24 jam mengontrol anak baik pergaulan dengan teman-temannya dan juga penggunaan hand phone yang saat ini hampir dikuasai usia remaja terutama pelajar.
Hand phone tidak hanya digunakan sebagian untuk pembelajaran, kebanyakan malah digunakan untuk menyenangkan diri melalui facebook, whatsapp, tiktok, game online dan sebagainya.
Ini yang membuat khawatir orang tua jika menyekolahkan anak pada sekolah umum non boarding school terutama pada tingkat (SMP dan SMA).
Penyebabnya adalah, sebagian orang tua bekerja seharian penuh, hanya sebentar saja bertemu dan berkonsultasi dengan anak.
Akibatnya kebebasan anak tidak terkontrol. Setelah pulang sekolah, anak lebih memilih hand phone, berkumpul bersama teman-teman, balapan dan berbagai kegiatan lain dari pada diam di rumah membantu orang tua.
Disuruh belajar, jauh dari kenyataan. Jika hal ini terus terjadi, bagaimana nanti generasi bangsa, mau jadi apa? Demikian argumen beberapa orang tua.
Berangkat dari pemikiran tersebut tidak sedikit orang tua yang mendorong anaknya agar memilih pendidikan boarding school (sistem sekolah berasrama, di mana peserta didik dan juga guru, pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu, Bachtiar, 2019) dan keagamaan (pesantren).
Pertanyaannya kenapa orang tua siswa lebih memilih sekolah ( pesantren ) dan sekolah umum bording school?
Itu karena di sekolah seperti itu anak bisa diawasi dengan baik bidang shalat lima waktu, mendapat ilmu pengetahuan, mengaji, bebas dari pergaulan luar/hand phone, budi pekerti dan disiplin waktu.
Orang tua saat ini bisa dikatakan sudah lebih matang dalam memilih sekolah yang bermutu, berkulitas serta Islami.
Tahun ajaran baru akan segera dimulai, sebahagian sekolah unggulan, favorit sudah terlebih dahulu membuka pendaftaran dan setiap sekolah berlomba menerima siswa baru baik tingkat terutama SMP dan SMA dimana strategi jitu dipakai agar siswa melirik sekolah yang ditawarkan.
Konsekuensi dari kecenderungan ini. Sekolah umum non boarding juga harus lebih unggul dalam bidang kualitas dan program ke depan agar dapat bersaing dengan sekolah unggul bording serta pesantren.
Jika tidak dapat bersaing dengan kualitas jangan heran jumlah siswa sebagian sekolah umum menurun dua tahun terakhir 2019-2020, jumlah siswa yang ingin melanjutkan pada sekolah umum non boarding lebih rendah bila dibandingkan dengan sekolah umum boarding school dan agama (pesantren).
*Penulis guru SMA Negeri 1 Bukit