Oleh : Win Wan Nur*
Mitos, legenda bahkan tahayul ada di semua peradaban.
Inggris punya mitos Raja Arthur, Prancis punya legenda Le Velue yang katanya dulu ditolak masuk bahtera nabi Nuh, orang Skandinavia punya mitos Odin dan anaknya Thor yang tinggal di Valhalla. Tiongkok punya mitos tak terhitung, Yunani nggak usah diceritakan lagi.
Mitos dan Legenda yang dalam bahasa Gayo dikenal dengan nama Kekeberen, tak bisa dipungkiri memiliki peran tersendiri dalam membentuk sebuah peradaban dan membangun karakter sebuah suku bangsa.
Dilihat dari sisi ini, tak ada yang salah dari mitos dan legenda.
Kisah Thor, Odin, Le Value dan mitologi Tiongkok dan Yunani, punya kesamaan pola dengan mitos dan legenda manapun di bumi, termasuk dengan mitos pemancing yang dilarikan ikan, nenek moyang pertama yang datang dengan layang-layang dari negeri rum, yang bentuknya seperti gunur yang gere jelas lintang gere jelas bujur. Semuanya memiliki unsur hiperbola, cerita tidak logis yang dilebih-lebihkan lalu dituturkan turun temurun tanpa bukti sahih apapun yang bisa menunjukkan keberadaannya.
Keberadaan kisah tak logis seperti ini sama sekali tak merugikan dan berbahaya, ketika semua kisah itu diperlakukan sebagaimana adanya, jadi cerita pengantar tidur, yang mana anak-anak bisa menyerap nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Sambil tetap menyadari bahwa mitos dan legenda itu adalah cerita fiksi yang sama sekali tidak nyata.
Yang keliru adalah, menjadikan mitos dan legenda yang jelas-jelas tak nyata sebagai SEJARAH. Sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mengharuskan seluruh penjelasannya berlandaskan fakta logis yang bisa diterima semua manusia waras dan berlogika.
Suatu syarat, yang mau dicari dan ditemukan dengan cara jungkir balik jatuh bangun pun takkan bisa dipenuhi oleh mitos dan legenda.
Segala usaha pembuktian mitos dan legenda menjadi sejarah tak bisa tidak selalu menggunakan cara cocokologi dan hanya ada dua cara untuk memastikan orang bisa menerima mitos dan legenda menjadi sejarah.
Pertama dengan pendekatan kekuasaan, menggunakan “tetakut” kata orang Gayo, entah itu kekuasaan politik yang digunakan untuk menggerakkan alat-alat negara yang sah, atau dengan gaya premanisme, mengancam orang yang meragukan mitos itu sampai pendekatan dengan kekuatan uang.
Kedua, dengan melakukan pembodohan massal. Rakyat dinina bobokan dengan kebanggaan semu yang cuma laku disambut gegap gempita di kandang sendiri tapi jadi bahan tertawaan di dunia luar. Contoh paling fenomenal terkait pendekatan kedua ini adalah Lord Rangga dengan Sunda Empire-nya.
Pendekatan melalui pembodohan massal ini adalah yang paling berbahaya. Karena dampaknya berantai.
Akibat pemaksaan mitos dan legenda melalui pembodohan massal ini, anak-anak muda yang seharusnya menjadi modal untuk membangun kejayaan peradaban sebuah bangsa di masa depan. Dihancurkan sikap kritisnya, dibodohi dengan rasa bangga yang semu. Dinina bobokan dengan kebahagiaan yang tidak nyata. Efek yang didapat dari kebanggaan semacam ini, tak beda dengan efek yang didapat pengguna narkoba.
Dampak dari pemaksaan mitos dan legenda menjadi sejarah ini sifatnya berantai. Karena mitos dan legenda ini dipaksakan diterima sebagai sejarah. Masyarakat pun menerima kekonyolan sebagai hal biasa dan memang sudah sewajarnya.
Contoh, ketika musim Pilkada dan Pilbub tiba, para calon bupati yang mendatangi kuburan keramat, bersemedi di bawah pohon sambil bertelanjang dada, mendatangi dukun sakti di berbagai daerah, di wilayah sendiri sampai berbagai pelosok nusantara, dianggap hal biasa dan sudah sewajarnya.
Yang paling parah, ketika mereka menjabat. Berbagai kebijakan yang mereka keluarkan pun, tak lagi harus berdasarkan kajian ilmiah yang didasari pikiran logis. Uang negara yang harusnya dikeluarkan dengan kalkulasi yang matang secara logis, dengan sasaran output dan outcome yang jelas. Kadang bisa dikeluarkan hanya dengan alasan klenik.
Akibat dari pembodohan massal demi diakuinya mitos dan legenda menjadi sejarah. Seseorang yang kebetulan diberi kekuasan selama lima tahun, dengan dasar kepercayaan pada mitos, di dalam kandang sendiri bisa dengan jumawa mengaku lebih paham pada suatu bidang ilmu dibandingkan ahli yang sanad kepakarannya sudah diakui dunia.
Karena klenik dan tahayul ini sudah dianggap biasa, proyek pemerintah yang dibuat untuk kepentingan masyarakat banyak yang seharusnya diberikan pada kontraktor dengan dasar penilaian teknis yang sangat ilmiah, bisa didapat dengan cara si kontraktor menyuruh istrinya pura-pura kesurupan dan sembuh setelah memasangkan mahkota jelek berhias wajah Batara Kala, anak haram Batara Guru dan Dewi Uma yang menjulurkan lidahnya, yang bisa didapat dengan cara COD di shopee dan Tokopedia ke kepala penguasa tertinggi daerahnya. Tidak perlu kita sebut ini terjadi di daerah mana, tapi ini sudah jadi rahasia umum yang dianggap biasa.
Hasilnya, saat anak muda bangsa lain dengan bantuan teknologi internet yang kecanggihannya tak bisa dibayangkan oleh fantasi paling liar manusia paling pintar di abad lalu sedang sibuk mempersiapkan diri untuk berkolaborasi bersama-sama dengan sesama anak muda dari seluruh penjuru dunia untuk mencegah kehancuran bumi, planet tempat hidup bersama yang setidaknya sampai saat ini masih satu-satunya benda langit yang bisa kita huni.
Anak muda di suatu tempat di sudut planet ini, dinina bobokan dan dibangun rasa bangga akan suku dan daerahnya dengan cerita bahwa Pedang Nabi Daud ada di danau yang bahkan tak masuk sepuluh besar di Indonesia. Yang bahkan 7 orang Israel, pun harus pulang dengan tangan hampa ketika mencoba merebutnya, karena kalah berkelahi dengan orang yang menjaganya.
Tak hanya itu, pemaksaan mitos dan legenda menjadi sejarah dengan cara pembodohan massal ini, juga menumbuh suburkan budaya klenik, tahayul, khurafat dan maraknya perdukunan yang berujung pada SYIRIK yang sangat dilarang agama. Satu dosa besar yang tak ada obatnya. Bahkan beberapa ulama yang menyandarkan pendapatnya pada tafsir ayat ke-48 surat An-Nisaa, mengatakan, dosa jenis ini bahkan tak bisa dibersihkan dengan tobat nasuha.
Jadi, ketika rasul junjungan kita melarang kita umatnya untuk mendekati syirik, itu bukanlah larangan tanpa alasan.
Soalnya, silahkan bayangkan sendiri, apa jadinya kalau situasi seperti ini terjadi di Gayo, daerah kita sendiri.
Masa depan macam apa, kemajuan yang bagaimana yang bisa kita harapkan terjadi di daerah kita, seandainya situasi seperti ini terus kita biarkan, tanpa seorangpun berani tegak untuk melawan?
*Dewan Redaksi LintasGAYO.co