Di Hari Akhir, Kita Hidup dengan Masa Lalu

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tentang masa lalu, kini kita lanjut dengan bahasan tentang masa depan. Pertanyaan kapan masa depan itu ada dan kapan berakhirnya masa depan sangat penting untuk diketahui, pentingnya pengetahuan tentang masa depan diperlukan untuk mengetahui apa yang harus dipersiapkan untuk keperluan masa depan tersebut.

Selanjutnya setelah sampai kepada masa depan masihkah kita perlu memikirkan masa depan selanjutnya atau masa depan dari masa depan itu sebenarnya tidak ada lagi.

Allah melalui firman-Nya menyebut dengan hari akhirat (yaumul akhir), hari kebangkitan (yaumul qiyamah) dan hari pembalasan (yaumul hisab).

Untuk sampainya ke hari akhir ini maka hari-hari yang mempunyai masa depan akan dihancurkan semua, angka-angka yang mempunyai hitungan lanjutan dihilangkan, jam yang masih berputar menuju kedepan akan dimatikan, demikian juga dengan hari yang masih berganti akan dimusnahkan.

Jadi yang tinggal hanya hari akhir yang tidak lagi mengenal pagi, siang dan sore dan juga tidak mengenal kata nanti atau sebentar lagi.
Untuk datangnya masa depan atau hari akhir ini, disebutkan oleh Allah dengan nama al-Qariah, yaitu dengan menghancurkan semua bagaikan kapas yang beterbangan, termasuk gunung-gunung sebagaimana disebut berhamburan, sehingga tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan yang berharap pada masa depan.

Lalu yang ada pada saat itu hanyalah hari akhir dengan bumi tidak lagi berputar mata hari tidak lagi beredar, sumbu-sumbu tempat beredarnya tidak ada lagi. Karena hanya adanya matahari inilah maka dinamakan dengan hari akhir.

Ketika hari akhir itu tiba maka manusia dibangkitkan dari kuburnya (alam barzah) untuk berjalan menuju Padang Mahsyar. Jauhnya perjalanan pada masa itu tidak ada dalam ukuran jarak dan lamanya pada hari-hari (masa lalu) kita sekarang ini, karena jarak dan lama itu tidak ada lagi.

Yang ada hari itu adalah Hari Perhitungan (yaumul hisab), artinya semua yang terjadi adalah apa yang dilakukan pada masa lalu, kalau masa lalunya baik maka hari akhirnya baik dan kalau masa lalunya buruk maka hari akhir buruk.

Ketika semua bumi dan isinya dihancurkan maka yang tinggal hanyalah matahari, maka kita berjalan dari alam barzah menuju Padang mahsyar berada di bawah matahari lagi-lagi yang ada pada saat itu adalah hari pembalasan terhadap amalan-amalan yang dilakukan.

Maka masih logis bila dikatakan bahwa bagi mereka yang bernasib buruk dalam perjalannya lelah sekali, sampai keringat bercucuran perlahan lidah memanjang dan semakin memanjang karena sebab panas dan lelahnya. Allah mengatakan bahwa pada saat ini tidak ada naungan apapun “la zhilla illa Zhilluh” kecuali amalan masa lalu.

Dalam perjalanan dengan penuh kenikmatan bagi mereka yang mempunyai masa lalu penuh dengan amal kebaikan, dan dalam perjalanan dengan penuh penderitaan maka semua yang ada di masa lalu tidak ada yang bermanfaat, anak hanyalah sebagai penghalang untuk berbuat kebaikan dan harta juga hanya sebagai pemberat beban, karena semua yang ada hanya berguna untuk masa lalu.

Setelah berkumpul di Padang Mahsyar dilaksanakan perhitungan amal semua umat manusia untuk selanjutnya di tempat sesuai dengan pilihan berdasarkan amal masa lalu ketika hidup di dunia.

Perhitungan amal bukan memberi arti Allah tidak mengetahui bagaimana amal yang telah dilakukan, tetapi lebih kepada memberitahu atau mengingatkan manusia itulah amal yang telah dilakukan dan dimana harus ditempatkan.

Allah menempatkan mereka yang beriman dan beramal shalih di dalam surga, Allah menempatkan mereka yang selalu mengerjakan apa yang dilarang Allah di dalam neraka. Karena itu adalah hari akhirat maka mereka tidak lagi mempunyai masa depan, mereka akan hidup dengan masa lalu mereka.

Perubahan tidak akan pernah ada lagi karena masa berubah telah selesai, lamanya masa tidak dihitung lagi karena hitungan tidan berlaku lagi.

Sekarang masih bisa memilih kebaikan atau keburukan, memilih kaya atau miskin, memilih menjadi hamba berilmu atau tidak, semua kita bisa lakukan karena kita masih penya masa depan, tetapi ketika masa depan itu tiba tidak lagi pilihan. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.