Isra’ dan Mi’raj Nabi (Ekstrak Masa dalam Semalam)

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA•

Makna dan Peristiwa

Tanggal 27 Rajab 621 H adalah tanggal dimana Nabi Muhammad Saw. Di Isra’ dan Mi’rajkan oleh Allah Swt, dengan perjalanan dari Masjidil Haram ke Mesjidil Aqsa kemudian ke Sidratul Muntaha. Tahun ini diperingati bertepatan dengan hari Senin tanggal 28 Pebruari 2022 tahun Masehi.

Dari perjalanan Rasulullah ini banyak kisah banyak yang dapat kita baca dan banyak hikmah yang yang dapat kita ambil sebagai pelajaran.

Dalam riwayat disebutkan bahwa perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dengan mengedari buraq, sesampainya di Masjidil Aqsa Nabi melaksanakan ibdah (Shalat) sunat.

Setelah selesai Shalat beliau keluar dari Mesjid selanjutnya disambut oleh Malaikat Jibril, kemudian mendampingi Nabi dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha.

Perjalanan ke Sidratul Muntaha dengan didampingi oleh Malaikat Jibril melalui dan singgah di langit pertama bertemu dengan Nabi Adam As. dan mendo’akan kabaikan untuk Nabi Muhammad, beranjak kelangit kedua dan bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa, keduanya menyambut dan mendo’akan kebaikan, kemudian naik ke langit ke tiga dan bertemu dengan Nabi Yusuf dan mendo’akan kebaikan.

Selanjutnya Nabi Muhammad bersama Malaikat Jibril menuju langit ke empat, di sana bertemu dengan Nabi Indris dan mendo’akan kebaikan untuknya, perjalanan dilanjutkan ke langit yang kelima dan bertemu dengan Nabi Harun juga mendo’akan kebaikan untuknya, terus beranjak ke langit ke enam dan bertemu dengan Nabi Musa.

Selanjutnya di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim yang sedang bersandar pada Baitul makmur.

Sesudah dari langit ketujuh Malaikat Jibril membawa Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha, dalam perjalanan itulah Nabi Muhammad melihat indahnya pemandangan, dan karena indahnya sehingga Nabi Muhammad tidak mampu untuk mengambarkannya.

Di Sidratul Muntahalah Nabi Muhammad mendapat wahyu secara langsung dari Allah untuk melaksanakan amanah shalat sebanyak 50 kali, ia turun sampai ke langit ke enam bertemu dengan Nabi Musa dan menanyakan apa amanah yang diberikan oleh Allah, beliau menjawab supaya melaksanakan shalat 50 kali.

Nabi Muhammad bolak balik antara Sidratul Muntaha dan dan langit ke enam (Nabi Musa) akhirnya Allah menetapkan amanah-Nya sebanyak 5 kali shalat untuk sehari dan semalam.

Kendati Allah mengurangi jumlah shalat dari 50 kali menjadi 5 kali namun dari sisi nilai atau pahala tetap sama dengan 50 kali, artinya satu waktu melaksanakan shalat akan dinilai dengan 10 kali.

Demikain juga dengan amalan kebaikan, satu amalan kebaikan akan dinilai dengan sepuluh kebaikan dan satu kali amalan kejahatan akan dinilai dengan satu kejahatan.

Kemudian dalap perjalanan Nabi selama Isra’ dan mi’raj banyak peristiwa yang ditunjukan kepada Nabi, diantaranya adalah akbibat dari orang-orang tidak mau melaksanakan shalat, mereka yang melalaikan zakat, mereka yang menyia-nyiakan waktu.

Ekstrak Masa

Ketika Nabi Muhammad kembali dari isra’ dan Mi’raj, beliau menceritakan pengalamannya kepada para sahabat. Sikap para sahabat dalam merespon peristiwa yang dialami oleh Nabi bermacam-macam, ada yang begitu mendengar langsung percaya tanpa harus bertanya dan diberi penjelasan karena mereka yakin bahwa kejadian tersebut adalah kehendak Allah terhadap rasul-Nya.

Sebagian lagi ragu dengan kebenaran yang diceritakan Nabi tersebut namun setelah diyakinkan mereka menjadi percara, sebagian lagi sama sekali tidak percaya dan dijadikan Isra’ dan Mi’raj itu sebagai alat memfitnah Nabi.

Bila kita kaji secara logika perjalanan Nabi tersebut merupakan kejadian di luar logika manusia, tetapi karena hal resebut merupakan perbutan Allah maka sebagai hamba-Nya kita harus membenarkannya dengan keyakinan, karena dalam surat al-Isra’ ayat 1 Allah menyebutkan yang terjemahnya “Maha suci Allah yang telah mengisra’kan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa…”

Ayat menunjukkan bahwa Isra’ dan Mi’raj itu adalah perbuatan Allah yang mengisra’kan Nabi, sehingga kejadiannya sangat boleh jadi di luar logika manusia. Sebagai orang beriman kita percaya dan yakin bahwa semua apa yang sebutkan oleh Nabi adalah kebenaran berdasarkan keyakinan, dan sebagai orang yang mempunyai pengetahuan kita juga punya kesempatan untuk mencerna semua kebenaran tersebut.

Diantara kebenaran yang didapatkan adalah : Seharusnya perjalanan Isra’ dan Mi’raj itu ditempuh dalam waktu yang lama yang tidak dapat dihitung dengan waktu hitungan manusia, karena jauhnya antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, ke langit pertama, ke langit kedua, kelangit ketiga, ke langit ke empat, ke langit kelima, ke langit keenam dan kelangit ketujuh dan ke Sidratul Muntaha.

Di masing-masing yang telah disebutkan Nabi berhenti dan sampai pada perjalanan langit ketujuh ke Sidratul Muntaha Allah menunjukkan berbagai keindahan yang ada diluar bayangan Nabi. Dan juga dalam perjalanannya ditunjukkan berbagai kejadian akibat dari perbuatan manusia selama hidupnya.

Dalam tulisan ini penulis melihat ada dua waktu yang tunjukan oleh Allah kepada Nabi, yaitu bentemunya dengan nabi Adam dan babi-nabi yang lain, sebagai gambaran kehidupan masa lalu manusia.

Nabi melewati langit sampai langit ketujuh sebagai isyarat penciptaan adanya alam, gambaran akibat dari perbuatan atau amal kejahatan dan selanjutnya adalah gambaran keindahan masa yang akan datang (surga dan neraka) yang berada diluar bayangan manusia.

Jadi Allah mengektrak masa sejak dari mulai adanya alam sampai pada berakhirnya alam dengan menunjukkan seluruh peristiwa hanya dalam satu malam tidak lebih, tidak ada sahabat yang tau kapan Nabi diberangkatkan dan kapan juga Nabi dikembalikan. Tiba-tiba Nabi kembali dan menceritakan riwayat perjalanannya secara runtut dan teratur sesuai dengan kejadiannya.

*•Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.