Membuat Korban Panik, Modus Operandi Penipu Online, Masyarakat Harus Waspada

oleh

Oleh : Win Wan Nur*

Saat ini, kita di Gayo dihebohkan dengan kasus penipuan melalui telepon dengan korban seorang ibu rumah tangga.

Kejadian ini mengingatkan saya pada kejadian dua tahun yang lalu, ketika mertua saya hampir saja menjadi korban penipuan dengan modus yang sama.

Peristiwa itu berawal ketika mertua saya menerima telepon dari nomer yang tidak dikenal, menginformasikan kalau adik ipar saya yang saat itu kuliah di Universitas Tarumanegara ditahan di kantor polisi karena saat polisi melakukan razia, di dalam mobilnya yang juga ditumpangi teman-temannya ditemukan sepaket narkoba berjenis shabu.

Si penelepon mengatakan kalau saat ini adik saya sedang ditahan di kantor polisi dan terancam dituntut hukuman mati atau paling tidak penjara seumur hidup, kalau kasus ini bergulir sampai ke pengadilan.

Agar kasus ini tak berlanjut, si penelepon mengatakan kalau dirinya bisa membantu tapi meminta ayah mertua saya agar tidak menceritakan kasus ini pada siapapun dan si penelepon berjanji bahwa adik saya akan dikeluarkan dari kasus ini dan bisa pulang tanpa tuntutan apa-apa. Sebagai imbalan, dia meminta ayah mertua saya mentransfer uang sejumlah 300 juta rupiah.

Mendengar itu, bapak mertua saya memberi kode kepada ibu mertua untuk menghubungi adik ipar saya dan ibu mertua segera melaksanakannya. Tapi, telepon adik saya tidak bisa dihubungi dengan informasi bahwa teleponnya tidak aktif.

Ketika ayah mertua saya meminta untuk bicara dengan adik ipar saya, si penelepon mengatakan kalau adik ipar saya sedang ada di ruang interogasi dan HP nya disita, sehingga tidak bisa dihubungi.

Ibu mertua saya panik dan mulai menangis, dalam paniknya ibu mertua menelepon istri saya menceritakan apa yang dialami adik saya dan bersiap-siap untuk mentransfer uang yang diminta penelepon.

Istri saya lalu teringat sebuah peristiwa ketika ayah saya juga menerima telepon sejenis yang mengatakan kalau salah seorang paman saya terlibat narkoba. Tapi bedanya, orang yang menelepon ayah saya tidak secanggih itu, saat ayah saya meminta bicara pada paman saya, si penelepon memberikan telepon itu pada orang yang berakting berpura-pura sebagai paman saya.

Begitu ayah saya mendengar suaranya, nada suara dan logatnya jelas menunjukkan kalau itu bukan paman saya. Ayah saya pun bilang “ Ya sudah, kalau memang dia bersalah, tahan saja, biar dia kapok, kami di keluarga sudah nggak sanggup lagi menasehatinya,”

Mendengar itu si penelepon berusaha menekan dengan ancaman lebih ganas dan ketika itu gagal, dia memaki-maki dengan kata-kata kasar.

Kepada mertua saya, istri saya menceritakan apa yang ayah saya alami, meminta supaya mertua saya jangan dulu mentransfer uangnya dan mencoba menelepon teman-teman adik saya untuk mengetahui keberadaannya.

Setelah mencoba menelepon beberapa temannya, seorang teman adik saya menjawab dan mengatakan kalau saat itu adik saya sedang mengikuti ujian di kampusnya dan selama mengikuti ujian, teleponnya harus dimatikan.

Mendengar itu, ibu mertua saya lega, apalagi ketika teman adik saya itu memfoto adik saya dari luar kelas dan mengirimkan fotonya pada mertua saya.

Mertua saya terbilang beruntung karena belum sempat mentransfer uangnya, tapi tidak sedikit orang yang benar-benar tertipu dan tanpa pikir panjang mengirimkan uang sejumlah yang diminta penelepon.

Apa yang membuat mereka bisa dibodohi oleh penipu ini?

Itu karena penipu ini benar-benar serius melakukan riset terhadap calon korbannya.

Dengan riset ini, dia mengetahui kemampuan keuangan korbannya dan menciptakan situasi yang menyebabkan calon korbannya panik, sehingga tak lagi mampu berpikir jernih.

Dalam kasus mertua saya misalnya, mereka tahu kalau mertua saya memang mampu mengirimkan uang sejumlah yang mereka minta, lalu tahu kalau adik saya pada hari itu sedang ujian, sehingga dia harus mematikan teleponnya.

Darimana mereka tahu itu semua?

Dalam kasus mertua saya, jawabnya adalah media sosial, di sana terpampang informasi tentang anggota keluarga, dari sana kemudian masuk ke medsos anggota keluarga lain, mengetahui di mana mereka bersekolah, di mana bekerja dan seterusnya. Dengan pengetahuan ini, semua ancaman mereka jadi masuk akal.

Pola penipuan lain adalah berbasis informasi hoax di berbagai situs online, entah itu berupa tawaran investasi, sedekah dan sebagainya yang disebarkan secara massif di banyak grup WA tertutup, sehingga masyarakat jadi tertipu.

Begitulah, lompatan teknologi , terutama teknologi informasi ini, di satu sisi benar-benar sangat membantu kita dalam berinteraksi dan memudahkan banyak pekerjaan.

Tapi di sisi lain, karena lompatannya terlalu cepat, di tengah masyarakat yang minim literasi, kurang pengetahuan umum dasar dan kadang tidak sedikit dari kita yang langsung merasa pintar dengan modal informasi dari internet yang tidak jelas terverifikasi benar dan salahnya.

Alhasil, masyarakat kita jadi sasaran mudah dari kaum penipu yang melihat celah besar kelemahan dalam dunia yang seolah tak berbatas karena sudah terkoneksi oleh internet ini.

Alhasil, sekarang, satu-satunya cara agar kita tidak menjadi korban dalam dunia penuh tipu daya ini, adalah jangan mudah panik dan mau tidak mau, kita harus meningkatkan kemampuan literasi dan mempertajam logika dalam berpikir, sebab dunia yang kita tinggali saat ini, meski masih planet bumi yang sama, tapi dinamika yang ada di dalamnya tak lagi sama dengan masa lalu, ketika internet belum menjadi bagian integral dari kehidupan keseharian kita. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.