Ketika Zikir dan Doa Menggema di Area Pinere Covid-19 RSUD Zainoel Abidin : Dokter Paru Berlinang Air Mata

oleh

Menghadapi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama hampir dua tahun ini. Pemerintah terus berupaya menekan penyebaran virus yang mulanya terdeteksi di Wuhan, China itu.

Berbagai cara dan upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat hingga ke daerah, untuk meredam penyebaran virus yang telah merenggut jutaan nyawa manusia tersebut.

Begitu juga di Provinsi Aceh, berbagai kebijakan telah dijalankan yang terintegrasi dengan Pemerintah Pusat.

Bukan hanya kebijakan yang dilakukan, Pemerintah Aceh juga menggalakkan zikir bersama sebagai ikhtiar dan terapi jiwa menjaga hati tetap tenang saat menghadapi permasalahan wabah yang menerpa dunia saat ini.

Bukan hanya zikir, Pemerintah Aceh juga rutin menggelar doa bersama, memohon kepada Allah SWT untuk segera mengangkat wabah ini agar kehidupan dapat kembali berjalan normal.

Zikir dan doa bersama ini, terus dipandu oleh Sekda Aceh, dr. Taqwallah, baik secara offline maupun virtual yang diikuti oleh ASN Pemerintah Aceh.

Senin pagi 29 November 2021, pelaksanaan zikir dan doa bersama dipusatkan di area ruang Pinere RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh.

Kegiatan ini, diikuti kuga oleh para staf Pinere RSUDZA dan penyintas Covid-19. Ini merupakan kali kedua dilaksanakan disana setelah sebelumnya dilakukan pada dua pekan lalu. Kini zikir dan doa pun kembali menggema di ruang rawat pasien Covid-19 tersebut.

Seperti biasa, acara rutin tersebut juga diikuti secara virtual oleh ASN Pemerintah di seluruh SKPA beserta UPTD di kabupaten/kota, seluruh guru SMA di Aceh, dan seluruh pegawai BUMD seperti Bank Aceh dan PT PEMA.

Setidaknya ritual zikir dan doa itu diikuti lebih dari 1000 partisipan zoom meeting secara virtual dan setiap partisipan pada hari ini lebih kurang terdiri dari 50 orang atau lebih dari itu.

Dalam kesempatan tersebut, Sekda Taqwallah, kembali mengajak segenap unsur yang mengikuti zikir tersebut untuk menyukseskan vaksinasi di Aceh. Terutama terhadap unsur sekolah, diharapkan seluruh siswa sekolah di Aceh divaksin 100 persen. Sekda kembali meminta segenap unsur Pemerintah Aceh yang pernah dirawat dan bertugas di ruang Pinere untuk berbagi pengalamannya dalam melawan Covid-19.

“Penyampaian pengalaman tersebut bertujuan untuk memotivasi seluruh siswa agar segera menuntaskan vaksinasi,” kata Taqwallah.

Sementara itu, Iqbal Tawakkal, ASN Pemerintah Aceh yang juga sebagai penyintas Covid-19, merasakan kesedihan mendalam pada akhir Juni lalu karena harus diisolasi lebih dua minggu di Pinere RSUDZA. Selama empat hari di ruang Pinere kondisinya makin memburuk hingga harus dirawat di RICU. Setiap jam tiga malam, selama satu sampai dua jam ia merasakan sesak nafas yang berat meskipun sudah dipasang oksigen. Hal tersebut terjadi sampai hari ke sembilan dirawat.

“Saya hanya pasrah hanya doa dan zikir yang bisa saya panjatkan. Kondisi makin membaik di hari ke sepuluh, setelah itu isolasi tujuh hari lagi untuk penyembuhan,” ujar Iqbal.

Iqbal berharap kondisi yang dirasakan olehnya tidak dialami oleh masyarakat lain. Ia mengajak semua pihak untuk menyukseskan program pemerintah, terapkan protokol kesehatan dan ikut vaksin.

Dokter Spesialis Paru Berurai Air Mata

Lain lagi seperti apa yang diceritakan oleh salah seorang dokter spesialis paru di RSUDZA, dr. Heri.

Ia tak dapat menahan tangis saat menceritakan pengalamannya saat harus terinfeksi Covid-19. Bulir-bulir seperti kaca di matanya tak bisa tertahan. Ia pun berurai air mata.

Yah sebagaimana diketahui, dokter paru menjadi orang yang bertanggung jawab dalam menangani pasien Covid-19. Dimana rata-rata, orang yang terinfeksi virus ini akan bermasalah pada saluran pernafasannya.

dr. Heru pub menangis tersedu-sedu mengingat istrinya yang ikut terpapar Covid-19 bersamaan dengannya harus kehilangan nyawa. “Saya tak ingin pengalaman ini dirasakan oleh orang lain,” katanya.

Untuk itu, ia mengajak semua masyarakat yang belum divaksin Covid-19 agar terbuka hatinya untuk mau divaksin. “Mari semuanya sukseskan vaksin,” kata dr. Heri.

Cerita Petugas Ambulan Jenazah Covid-19

Lain lagi dengan apa yang diceritakan oleh Mawardi salah seorang petugas ambulans jenazah Covid-19 RSUDZA.

Ia menceritakan pengalaman sedihnya saat mengantarkan jenazah. Pernah satu waktu ia harus mengantarkan jenazah ke Simeulue. Pertama sekali ia harus menempuh perjalanan selama tujuh jam ke kabupaten Aceh Selatan. Di sana ia dikawal ketat tim Covid-19 daerah setempat.

“Dari Aceh Selatan saya harus menaiki kapal untuk berlayar 13 jam menuju Pulau Simeulue. Selama dalam kapal saya tidak dibolehkan keluar dari mobil. Betapa susahnya saya harus terkurung dalam mobil saat kapal berlayar. Bahkan harus kencing dalam botol minuman,” ujar Mawardi dengan nada pilu.

Selama sibuk mengantarkan jenazah, ia harus memulangkan anak dan istrinya ke kampung. Selama itu pula komunikasi dengan keluarga hanya bisa dilakukan melalui video call.

“Kami berharap masyarakat dapat segera menuntaskan vaksinasi, ini sangat penting agar kondisi pandemi ini segera berakhir,” tandas Mawardi.

Yah, sebagaimana diketahui saat ini vaksinasi Covid-19 memang sedang gencar dilakukan di seluruh penjuru dunia agar pandemi Covid-19 segera berakhir dengan terciptanya kekebalan kelompok atau herd immunity.

[Darmawan Masri]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.