Oleh : Fauzan Azima*
Saya anggap kaum Yahudi nekad sekali. Mereka berani sekali menempatkan Tuhan Maha Kuasa di bawah para rahibnya. Sungguh! Tidak ada bangsa di dunia ini, sejak Nabi Adam sampai manusia terakhir nanti sedegil mereka.
“Dalam waktu-waktu senggang Tuhan pun mempelajari kitab Talmud” demikian tertulis pada preamble kitab yang ditulis para Haqom (Rahib orang Yahudi).
Para haqom dengan kitab Talmudnya itu, hanya ingin membangun kembali dan memodifikasi sejarah kegagalan Fir’aun menjadi Tuhan.
Fir’aun sendiri awalnya seorang ahli ibadah dan “penganut tarekat” yang seluruh do’a dan harapannya dikabulkan Tuhan sebenarnya. sayangnya lama kelamaan justru mendeclare dirinya sebagai tuhan.
Secara individu, bukan komunal seperti Yahudi, tidak dipungkiri, ada orang yang lebih parah dari Yahudi soal Tuhan, kalau tidak ingin menyebutnya gila.
“Tuhaaaan? Kalau saya melihat berdiri di sini, akan saya tendang dia” kata seorang ateis penuh amarah ketika berdiskusi tentang Tuhan.
Astaghfirullahal’adzim!
Parah Yahudi dan Ateis, ada yang lebih parah lagi, yang seolah menganggap Tuhan seperti kawan sekelas waktu SMP.
“Thank’s Ya Tuhan” kata seorang artis dalam sambutannya ketika menerima penghargaan.
Pendapat saya, artis memang profesi keren. Betapa tidak, hanya mereka yang mampu menjalankan “pekerjaannya” dengan bersenang-senang di sisi Tuhannya.
Alangkah elegan kalau mereka menstandarkan diri dengan syariat lewat ungkapan, “Segala Puji bagi Allah.”
Beberapa artis “memarahi” Tuhan dalam syair lagunya yang memaksa agar Tuhan segera bertindak terhadap situasi sekarang ini.
Padahal kita sudah tahu “kelemahan” Tuhan melalui QS. Ar-Ra’d ayat 11, “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…”
(Mendale, 11 November 2021)