Guru yang Baik : Mengajar Ikhlas, Mengajar Cerdas dan Tuntas

oleh

Oleh : Drs. Uswatuddin, M.AP*

Jika kita membaca buku teori tentang bagaimana menjadi seorang guru, meskipun dibaca kerkali-kali masih sulit dipahami, tetapi jika kita mengalami, melakukannya, maka dengan mudah kita memahaminya. Inilah yang disebut sebagai belajar melalui pengalaman, learning by doing, learning by experience.

Les Giblin (2005) mencatat bagaimana kita mengingat informasi: 10 % dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan ketika kita bicara; 90% dari apa yang kita katakan ketika kita melakukan sesuatu.

Guru yang baik itu ditandai oleh penampilan kompetensi yang dimilikinya secara sinergis. Kompetensi itu merupakan paduan harmoni antara knowledge, skill dan attitude (pengetahuan, keterampilan dan sikap). Pengetahuan dan keterampilan termasuk ranah hardskills, sikap merupakan ranah softskills.

Kompetensi itu merupakan tuntutan mutlak yang perlu mendapatkan perhatian para guru dalam menghadapi kemajuan zaman yang penuh ketidakpastian ini. Supaya hidup menjadi lebih hidup, guru senantiasa perlu terus belajar untuk memiliki daya saing memadai.

Menurut Buyung Syafei (2007), “Kompeten adalah keterampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus dibedakan dengan kompetensi, walaupun dalam pemakaian umum istilah ini dapat dipertukarkan penggunaannya.

Kompetensi adalah sejumlah sifat kepribadian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Kompetensi itu mencerminkan kemampuan potensial untuk melakukan sesuatu.

Menurut BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), kompetensi kerja adalah spesifikasi dari sikap, pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta penerapannya secara efektif dalam pekerjaan sesuai dengan standar kerja yang dipersyaratkan.

1. Mengajar Ikhlas

Mengajar ikhlas sama artinya guru mengajar dengan penuh dedikasi dan keprofesionalitasannya. Mengajar dengan niat ibadah kepada Allah SWT, Mengajar dengan membantu orang lain yang tidak tahu.

Mengajar semata-mata mengharapkan imbalan dari Allah SWT, Dan yang terpenting adalah mengajar dengan ikhlas menyadarkan kita bahwa sebagai khalifah muka bumi bahwa kita di pilih oleh Allah SWT untuk mentransfer ilmu kepada orang lain.

Zaman materialitik sekarang ini telah menghiptoniskan kita bahwa sesuatu itu harus dengan adanya imbalan, bahwa sesuatu itu harus ada uang. Apakah masih ada orang yang mengajar dan dia rela tidak dibayar? Mungkin saja ada. Tapi seberapa sanggup dia bertahan untuk tidak dibayar? Bukankah dia membutuhkan uang untuk kehidupannya.

Pertanyaan itu akan bertubi-tubi keluar dari mulut seseorang, bahwa mengajar ikhlas bukan mengajar karena ada uang,mengajar ikhlas adalah mengajar dengan penuh keyakinan bahwa ilmu kita adalah milik Allah SWT dan kita hanya ditugaskan untuk membantu orang lain melalui kita dan biarlah Allah SWT yang membayar segalanya untuk kita.

Mengajar Dengan Ikhlas; Kunci Sukses Menjadi Guru Teladan

Seorang guru harus bangga menjadi guru bagi orang lain. Sebuah profesi yang mengharuskan guru untuk mengajar dan mendidik seseorang. Menurut banyak orang, ilmu ikhlas merupakan salah satu ilmu yang sulit diterapkan.

Mungkin dalam mempelajarinya gampang, akan tetapi ketika kita mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sungguh sangatlah susah,namun jika dihayati dunia guru itu begitu unik dan menyenangkan,tawa dan canda anak-anak di sekolah akan mewarnai kegiatan belajar mengajar di kelas,menjadi seorang guru ibarat seorang actor/artis di hadapan para siswa, kita mesti tampil sempurna, baik dalam penampilan maupun sikap,tentunya berpenampilan rapi dan bersikap ramah kepada setiap siswa.

Tips menjadi guru teladan atau guru favorit bagi siswa yaitu senantiasa bersikap ikhlas dalam mengajar. Jangan niatnya hanya ingin mendapatkan gajinya saja. Tapi kita harus berniat dengan sungguh-sungguh untuk mengajar sekaligus mendidik siswa agar menjadi pribadi yang cerdas dalam segala tingkatan, baik itu IQ, EQ, SQ maupun AQ.

Guru yang ikhlas adalah guru yang mengajar dengan hati,“Betapa bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya. Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati, dan kepergiannya ditangisi.”

2. Mengajar Cerdas

Guru yang cerdas adalah guru yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk hidup setelah kematian.

Bentuk persiapan untuk hidup setelah kematian adalah taat setaat-taatnya kepada Allah dengan mengikuti Rasulullah Saw.

Taat setaat-taatnya kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun, hingga mati dalam keadaan muslim.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kalian mati kecuali mati dalam keadaan muslim. (QS. Ali-Imran [3]:102).

Guru yang cerdas, ia mendidik murid-muridnya agar selain memiliki pengetahuan, ilmu dan pengalaman belajar untuk kesiapannya menjalani kehidupan di dunia, juga mampu mendidik murid-muridnya agar menjalankan ketaqwaan untuk persiapannya menghadapi kehidupan setelah kematiannya.

Kecerdasan ini harus ada pada diri semua guru, karena kecerdasan ini merupakan bentuk ketaqwaan yang wajib dijalankan oleh setiap orang yang beriman kepada Allah.

Guru Cerdas di Era Milenial

Di era milenial yang serbadigital ini, seorang guru juga dituntut untuk : Pertama, guru cerdas milenial harus mengajak anak didik tentang keteraturan.

Kecakapan keteraturan ini seperti halnya dapat mengatur diri sendiri, dapat mengatur waktu dan keterampilan belajar, guru harus banyak memberikan bimbingan dan latihan dalam mengembangankan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan konsisten.

Kedua, guru cerdas milenial harus memiliki alternatif strategi keterampilan mengajar. Karena situasi dan kondisi yang dihadapi oleh siswa saat ini berbeda dengan dulu ketika guru masih menjadi murid yang munkin hanya mengandalkan kapur dan papan tulis hitam.

Apalagi, saat pandemi covid-19 melanda dunia maka alternatif mengajar guru diperlukan agar pesan pendidikan sampai kepada murid,guru saat ini di tuntut untuk mampu menguasai tekhnologi informasi (Digital learning) yang berkembang begitu pesat dan setiap detik bisa berubah .

Ketiga, guru cerdas milenial harus membantu anak didiknya agar mampu menyelesaikan masalah, baik masalah nya sendiri maupun masalah temannya,guru cerdas harus mampu membantu anak didiknya untuk dapat mengungkapkan masalah dan menyelesaikan masalah dengan cara produktif.

Jadi untuk menjadi guru yang hebat kenali siswa lebih dalam,guru harus berinovasi pembelajaran, inovasi manajemen kelas. menciptakan ekosistem yang literat. Buatlah lingkungan belajar yang mengakui dan menghargai setiap kontribusi anak didik.

Dengan demikian guru hebat menjadi kreatif maka anak didiknya pun akan lebih inovatif dan mandiri, untuk menghadapai tantangan pendidikan dimasa yang akan datang.

Menjadi guru bukanlah hal gampang, seorang guru yang baik harus mempunyai strategi mengajar yang mampu membuat anak didiknya merasa tertarik dengan materi pelajaran.

Selain itu, sang guru harus dapat memastikan bahwa anak-anak tersebut mendapatkan pengetahuan baru dari apa yang telah diajarkannya. Hal ini biasanya dapat dilakukan dengan cara menggunakan alat peraga ataupun mempersiapkan materi pelajaran yang menarik. Kesemuanya harus disajikan tanpa membuat anak didik merasa kesulitan.

Salah satu faktor keberhasilan mengajar guru adalah wawasan yang luas. Selain itu, metode dan media pembelajaran juga sangat penting. Tentunya kita membutuhkan guru yang berwawasan dan menguasai bidang yang dia ajarkan. Karakter seorang guru juga menentukan bagaimana dia akan mengajar.

Untuk menjadi guru yang cerdas dan tentunya disenangi oleh murid bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, perlu adanya sinkronisasi antara niat si guru dengan realita prilaku. Maksudnya ssadalah antara hati, ucapan dan perbuatan harus selaras.

Lucu jika guru menyuruh siswanya untuk melakukan A tapi gurunya malah melakukan B. Siswa akan bingung dan hilang kepercayaannya. Ingat, siswa tidak membutuhkan bimbingan saja tetapi contoh dari gurunya juga.

Selain yang diapaprkan diatas ada hal lain juga yang perlu dilakukan oleh guru untuk menjadi guru cerdas, yaitu peningkatan kualitas diri. Peningkatan kualitas diri diperlukan tentunya untuk semakin memantapkan posisinya sebagai guru yang berkualitas dan memberikan dampak positif bagi para anak didiknya.

2. Mengajar Tuntas

Pengertian Konsep Belajar Tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas.

Konsep Belajar Tuntas sebagai cara belajar mengajar sangat menguntungkan bagi siswa karena setiap siswa dapat dikembangkan secara optimal.

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati dalam bukunya menjadi guru profesional, mengemukakan bahwa belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari siswa dapat tercapai semua.

Menurut Suryosubroto dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di sekolah menjelaskan, belajar tuntas adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Kunandar dalam bukunya guru propesional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan persiapan menghadapi sertifikasi guru mengatakan bahwa ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.

Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk mencapai ketuntasan ideal.

Pembelajaran tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kemampuan siswa disesuaikan dengan pelaksanaan belajar tuntas, yaitu adanya program perbaikan/program remedial, yakni jika siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, maka siswa diberi program perbaikan sampai mencapai ketuntasan.

Semoga bermanfaat

*Penulis adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tengah

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.