Hidup Adalah Perjuangan

oleh

Oleh : Agung Pangeran Bungsu, S.Sos*

Perjalanan hidup sesorang manusia tidak akan pernah usai sampai maut yang akan memisahkannya dari dunia. Persoalan dan pertanyaan yang menghampiri seseorang juga tidak akan pernah selesai sampai ini meninggalkan dunia beserta seluruh isinya.

Saat masih duduk di bangku sekolah dasar pertanyaan yang datang adalah kalau sudah besar kamu mau jadi apa? Tatkala duduk di bangku sekolah menengah atas, pertanyaan yang menghampiri adalah seputar perkuliahan.

Kamu mau masuk perguruan tinggi dan akan memilih jurusan apa? Atau kamu mau masuk sekolah kedinasan yang bagaimana? Tidak berhenti disana. saat mengecam pendidikan di bangku perkuliahan pertanyaan yang dilontarkan adalah tentang kapan kamu lulus dan setelah ini kamu mau kerja apa dan dimana?

Setelah bekerja pertanyaan yang bergulir adalah kapan kamu menikah? Kapan kamu punya anak? Begitulah sekiranya pertanyaan-pertanyaan yang sering kali dilontarkan oleh banyak orang. Padahal takdir dan ketetapan bagi setiap makhluk tentu saja berbeda satu sama lain. Hal ini sudah jauh lebih awal tertulis di lauh mahfuz. Allah ta’ala berfirman

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, bahwa yang demikian itu, terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz)? Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Qs. Al-Hajj 70)

Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang ayat diatas bahwa Allah ta’ala memberitahukan tentang pengetahuannya Yang Maha-sempurna tentang makhluk-Nya. Bahwa Dia meliputi semua yang ada di langit dan di bumi.

Tiada sesuatu pun sebesar semut kecil yang ada di langit dan bumi, serta tiada yang lebih kecil atau lebih besar dari pada itu luput dari pengetahuan-Nya. Dan sesungguhnya Allah mengetahui semua makhluk sebelum kejadiannya.

Tidak jarang rasa kecewa, sedih bahkan berputus asa menghampiri manusia atas putusan dan ketetapan yang Allah gariskan, ketika melihat keberhasilan telah lebih dahulu menghampiri orang lain. Mengapa semua seperti ini? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Seandainya saja saya tidak begini?

Padahal segala ketetapan Allah ta’ala atas makhluknya telah terlukiskan dengan indah sejak ribuan tahun yang lalu sebelum manusia diciptakan. Ketidakmampuannya untuk mengetahui perkara masa depan pulalah yang kerap membuat seorang hamba tergelincir dari tabiatnya sebagai makhluk tak berdaya.

Sejatinya manusia hanya memainkan skenario yang telah ditetapkan bagi dirinya. Lantas bagaimanakah sikap yang benar seorang mukmin atas gejolak yang menghampiri dirinya? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan hadits rasulullah shallallahu alaihi wasallam berikut

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنْ أَمَرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءٌ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءٌ صَبَرَ فَكاَنَ خَيْرًا لَهُ (رواه مسلم)

“Sungguh mengagumkan urusan seorangmukmin, semua urusannya itu baik bainya, dan itu tidak lain hanya bagi seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan dia bersyukur, dan itu baik baginya, dan apabila mendapat kesulitan dia bersabar dan itu baik baginya” (Hr. Muslim 2999)

Maka bersabar dan bersyukur adalah jawaban atas pertanyaan mengapa, seandainya, bagaimana dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sering kali mengusik sanubari seorang manusia.

Sebagai mukmin sejati, sudah semestinya kita meyakini bahwa apapun yang telah terjadi di masa lalu tidak akan mungkin terjadi kecuali atas izin Allah ta’ala. Begitu juga perkara hari ini dan perkara masa depan yang masih misteri.

Tugas kita hanyalah ikhtiar dan berdoa semoga Allah ta’ala memilihkan jalan dan ketetapan yang baik tentunya tidak hanya bagi kita, akan tetapi memilihkan jalan terbaik pula bagi Allah ta’ala. Wallahu a’lam bish shawab. (*)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.