Oleh : Ahmad Dardiri*
Allah mengatakan bahwa shalat itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. Firman Allah: ” Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”(QS. Al Baqarah[2] : 45-46)
Yang menyebabkan shalat berat itu adalah bagi orang-orang yang malas dan lemah imannya. Namun, orang-orang yang khusyu’ (takut kepada Allah), yang beriman, dan jujur, akan dimudahkan melaksanakannya oleh Allah, karena mereka mengetahui keutamaannya dan besarnya pahalanya yang akan dinikmati ketika kematian menjemput untuk kembali kehadirat Allah swt.
Kesadaran bahwa kehidupan akan berujung dengan kematian akan menjadikan lebih rajin dalam beribadah. Allah berfirman : “Tiap-tiap berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (QS. Ali Imran[3] : 185).
Maka dari itu perintah shalat oleh Nabi Muhammad saw diperintahkan sejak dini. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan). Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Orang tua yang memahami maka akan melaksanakan hadis di atas dengan serius. Bukan hanya dirinya yang rajin shalat, tetapi juga mengajak keluarganya untuk mengerjakannya sebagai wujud tanggung jawab terhadap firman Allah:”Dan perintahkanlah kepada keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Thaha[20] : 132)
Selain itu akan mengajak diri dan keluarga menjauhi hal -hal yang mubah secara berlebihan-lebihan, seperti dalam makan, minum, berpakaian, bermain, dan tidur, Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah menjadikan seseorang malas melakukan ibadah dan itu akan mengeraskan hati. Dan syaitan akan meninakbobokan dengan bisikan yang melalaikan.
Disebutkan dalam hadits shahih:”Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah n bersabda, “Syaitan mengikatkan tiga ikatan pada tengkuk salah seorang diantara kalian ketika dia sedang tidur. Pada tiap ikatannya, syaitan membisikkan, ‘Malam masih lama, maka lanjutkanlah tidurmu!’ Jika orang itu bangun lalu berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla (membaca doa), maka terlepaslah satu ikatan. Jika (setelah bangun) dia berwudhu’, maka terlepaslah ikatan kedua. Jika setelah itu dia menunaikan shalat, maka semua ikatan itu pun terlepas , sehingga dia menyongsong pagi hari dengan ceria, penuh semangat. Namun jika tidak demikian, maka dia akan memasuki waktu pagi hari dengan jiwa yang jelek dan malas (HR. Al-Bukhâri)
Perlu kita ketahui bahwa ketika kita lalai dengan bisikan syaitan lalu kita tidak bangun, tidak berwudhu’ dan tidak menunaikan shalat, maka ketiga ikatan tersebut akan senantiasa membelenggunya, sehingga dia memasuki waktu pagi dengan jiwa dan mood yang jelek serta malas.
Rasa malas untuk melaksanakan shalat adalah sifat yang dimiliki oleh orang munafik, Allah berfirman:”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allâh dan Allâh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk melaksanakan shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan berdiri shalat) dihadapan manusia dan tidaklah mereka menyebut nama Allâh Azza wa Jalla kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’[4] : 142)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman :” Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS. At-Taubah[9] : 54)
Selain itu Nabi Muhammad saw mengingatkan kepada kita dengan sabdanya:”Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik daripada shalat Shubuh dan shalat Isya’. Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang pada kedua shalat tersebut, maka pasti akan berusaha mendatanginya meskipun harus merangkak.” (HR. Al-Bukhâri).
Mari kita minta tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat, menjauhi dari sifat berlebihan -lebihan yang menimbulkan rasa malas dan sikap kemunafikan. Wallahu a’lam bish shawab. [mf]
*Guru Madya & Kepala MAS Al-Huda Jagong Jeget, Aceh Tengah