Tahun Baru Hijriah dan Muhassabah Diri

oleh

Oleh : Nirwanudin*

Al-qur’an berkata bahwa perubahan itu sesuatu yang pasti. Sebagaimana Qur’an menjelaskan “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.” (Al-isra, Ayat 12).

Kamarudin Hidayat dalam bahasa lain kembali menyebutkan dalam bukunya Berdamai Dengan Kematian: Menjemput Ajal Dengan Opimisme. Bahwa tangga proses kehidupan dibagi menjadi Tiga. Tangga pertama adalah anak-anak, Tangga kedua adalah remaja/dewasa, dan Tangga ketiaga adalah tua.
Ternyata perubahan itu tidak hanya pada waktu. Namun, seiring berjalannya waktu, kehidupan seseorang juga berubah sedemikan rupa.

Karena perubahan itu satu kepastian. Maka, pada titik ini kita bersepakat untuk menyambut momentum terbaik adalah satu hal yang sangat kita dambakan dalam kehidupan kita.

Dengan demikian, kita mesti merefleksikan diri kita pada momentum penghujung tahun 1442 Hijriah ini, sabagi dasar kita untuk menapaki perjalanan kita menuju tahun 1443 Hijriah.

Kita tidak perlu bertanya lagi tentang apa yang harus kita refleksikan pada tahun 1442 H. karena kita mesti menyadari bahwa salah satu momentum terpenting dipenghujung tahun ini adalah merefleksikan diri kita. Kita mesti menghisab diri kita, tentang apa yang telah kita lakukan pada proses perjalanan kita sepanjang tahun 1442 H.

Hal-hal yang mesti kita refleksikan adalah tetang apa yang telah kita lakukan, bagaimana kita memanfaat waktu, bagaimana kita bertindak dengan teman kita, kita bertindak dengan orang lain, bagaimana proses spritual kita, ibadah kita, bagaimana proses sosial kita, dan hal lain yang bersinggungan dengan proses perjalan kehidupan kita, mesti kita jawab dan kita refleksikan.

Standar jawaban masing-masing kita terhadap hasil refleksi yang kita lakukan itulah, yang menjadi pijakan awal kita untuk merebut momentum terpenting, pada tahun baru yang sebentar lagi kita akan berjibaku didalamnya dengan segala hiruk pikuk keduniaan.

Ketika setelah kita muhassabah diri terhadap apa yang kita lakukan lebih cenderung pada posisi yang semestinya tidak patut kita lakuan maka, dibutuhkan tindakan-tindakan kongkrit dari kita untuk mangatasinya.

Tentang tindakan apa yang mesti kita lakukan, adalah tindakan yang tidak boleh terjebak atau terbelenggu pada situasi yang sama, kita mesti bangkit dari keterpurukan itu. Kita mesti lari dari zola liar itu, agar proses kehidupan kita lebih bermakna.

Mengapa ini harus kita lakukan, karena kita telah bersepakat bahwa perubahan itu adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat kita tolak kehadirannya. Maka, memilih jalan-jalan terbaik dari perjalan kita, sesungguhnya itulah pilihan penting yang mesti kita pilih.

Kita tidak boleh lagi stagnant pada posisi kita tahun lalu. Kita mesti melangkah pada posisi lain yang lebih tepat. Kita sambut keniscayaan perubahan itu dengan memposisikan diri sebagai pengisi perubahan itu sendiri. Kita mesti merebut satu tiket perubahan itu, agar kita terlepas dari belenggu-belenggu kejumudan yang telah kita tanam pada tahun lalu.

Akhirnya, mari kita songsong tahun baru ini dengan penuh makna dalam bentuk muhassabah diri. Kita masti bersuka cita, karena Allah masih memberikan kita kesempatan untuk intropeksi diri. Jangan kita sia-siakan kesempatan yang Allah berikan, kita isi dengan nilai-nilai yang positif selama kesempatan itu masih ada.

Wallahu’allambisawab.

*Ketua Badan Kemakmuran Mesjid Taqwa Al-Mizan Kecamatan Alafan, Simeulue dan Founder Komunitas Warkop Literasi

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.