Lut Atas, Realita Tak Sesuai Ekspektasi

oleh

Catatan Hafni Syafira*

LUT ATAS, salah satu destinasi wisata yang berada di dataran tinggi Gayo. Tepatnya di kabupaten Bener Meriah, kampung Pondok Sayur. Destinasi Wisata baru ini berhasil menarik perhatian para wisatawan untuk melihat langsung danau kecil yang berada diatas 2100 Mdpl.

Danau ini bertambah indah dengan hutan lindung yang masih sangat hijau diselingi lahan dan aktivitas warga membudidayakan kol, kentang, tomat dan lain-lain. Puncak Burni Telong pun dapat dilihat langsung dari sini, sepertinya dengan ketinggian setara.

Angin sepoi-sepoi membawa hawa sejuk segar diselingi suara-suara hewan yang jarang sekali di dengar, pengunjung akan merasa sangat beruntung jika bisa mendengar langsung suara imo (Siamang) sejenis kera yang berasal dari dalam hutan. Sekilas kata Ama (ayah:Gayo-red) ada lagunya dengan lirik tok imo mok emok, lao redok tene male uren (pekikan si imo mok emok, hari mendung pertanda akan turun hujan).

Suasana ini akan lebih indah jika danau ini mendapatkan perhatian khusus dari pihak terkait. Teringat ucapan seorang teman, @ehutt.sisara yang lahir dan besar di Bener Meriah. Dia baru pertama ke Lut Atas, Rabu 14 Juli 2021, dan ketika ia melihatnya spontan bergumam “realita tak sesuai ekspektasi.”

Sulitnya medan yang ditempuh, menanjak berkelok berkerikil dan bikin ngos-ngosan kenderaan belum berhasil terbayar kepada wisatawan dengan keindahan Lut Atas.

Andai saja jalanannya beraspal mulus serta aman, pastinya juga akan sangat membantu para pekebun yang harus pulang pergi mengangkut sayur-sayuran untuk didistribusikan ke pasar rakyat. It’s really happy. Terlebih lagi bagi pekebun yang tidak memiliki kendaraan yang standar dengan beban hasil panen atau perangkat kerja.

Harapan kami, pihak terkait di Bener Meriah dapat segera memberi perhatian khusus untuk wisata yang mirip sekali dengan telaga Madirda di kaki gunung Lawu, Jawa Tengah. Sangat disayangkan jika keindahan alam ini hilang ditelan waktu. Karena alam sangat ahli dalam merubah peradaban.

Dikutip dari detiktravel, bahwasanya Kepala Dinas Pariwisata setempat mengatakan bahwa pihaknya hanya sebagai pintu gerbang bagaimana membuka peluang supaya Lut Atas bisa berkembang sebagai salah satu destinasi wisata yang mampu diandalkan. “Peran lintas dinas untuk perkembangan kawasan ini masih sangat diperlukan. Tentunya, semua harus sesuai dengan ketentuan yang ada”, ungkap Irmansyah.

Kenapa tidak, kedepannya sayur-sayuran yang ditanam di kawasan ini dijadikan menu sajian untuk menemani para wisatawan yang berkunjung. Atau memberi kesempatan kepada pengunjung untuk memetik langsung sayur yang ditanam di sana. Seperti kentang, tomat dan kol. Tentu sangat instagramable dan dengan begitu, pengunjung dapat memastikan bahwa makanan yang tersaji di meja makan rumah adalah sayuran segar hasil bumi Gayo. Atau dijadikan makanan ringan.

Lalu di danaunya, dengan treatment khusus, pasti sangat memungkinkan bagi wisatawan berenang dengan aman dan nyaman, permainan waterball khususnya bagi anak-anak. Juga penyediaan sampan atau sederhananya rakit bambu tentu bikin kepingin untuk berswafoto. Terlebih jika ikan-ikan hias seperti Koi menari-menari mendekati pengunjung.

Ide atraksi flying fox juga bisa disediakan. Ide lainnya adalah paralayang.

Lokasi dengan ketinggian ini tentu juga bisa dimanfaatkan untuk membudidayakan bunga abadi, edelweis.

Solusi semuanya, tentu kemudahan akses. Bisa dipastikan dengan akses yang baik akan memunculkan ide-ide warga sekitar untuk berinvestasi mengais rezeki dari para wisatawan.[]

*santri Dayah Insan Qur’ani Aceh

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.