Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

oleh

Oleh : Rizkan Abqa, S.M*

Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, bakik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Allah SWT berfirman:

Artinya: Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. (QS. Ali Imran : 185).

Ayat diatas merupakan ayat yang agung yang apabila dibaca, mata menjadi berkaca-kaca. Apabila didengar oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa dirinya pasti akan menemui kematian.

Sudah ribuan bahkan jutaan manusia meninggal dunia sejak masa pandemi Covid-19 hingga saat ini. Mereka semuanya tidak kuasa menolak datangnya kematian, karena memang kematian adalah suatu keniscayaan, dan tidak ada seorangpun yang mampu menahannya. Seandainya ada seseorang selamat dari maut, niscaya manusia yang paling mulia yang akan selamat. Allah SWT berfirman:

Artinya: Sesuatu yang bernyata tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali ‘Imran : 145).

Semua yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan-Nya. Siapapun yang ditakdirkan mati pasti akan mati meski tanpa sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup pasti akan hidup.

Dan sebab apapun yang datang menghampiri tidak akan membahayakan yang bersangkutan sebelum ajalnya tiba karena Allah SWT telah menetapkan dan menakdirkannya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan. Namun begitu sedikit manusia yang mau bersiap menghadapinya. Allah SWT berfirman:

Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu kan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah : 8).

Tidakkah kita mengambil pelajaran, Setelah begitu banyaknya bencana wabah terjadi dimana-mana yang menggemparkan kehidupan manusia di dunia ini, dan begitu banyak orang yang tenggelam dalam keindahan fatamorgana dunia dan disibukkan dengan senda-gurau permainan-permainan yang membuat mereka lalai akan ibadah kepada Allah SWT dan membuat banyak orang berpaling dari persiapan dalam menghadapi kematian.

Allah SWT berfirman yang artinya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). (QS. Al Anbiya’ : 1).

Sebelum terlambat marilah kita renungkan bersama kehidupan yang fana ini. Jika kita telah banyak berbuat kebajikan, maka marilah kita tingkatkan semasih kita diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini.

Bagi yang masih banyak melakukan kemaksiatan, sadar dan hentikanlah kemaksiatan itu sekarang juga, karena ajal akan datang kepada kita tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tidak pandang tua atau masih muda, jika Allah telah menentukan maka ajal itu akan menjemput kita.

Artinya: “Maka tatkala ajal mereka telah tiba, tidak dapat diundur dan dimajukan sedikitpun”. (QS. Al-A’raf : 34)

Ayat di atas menjadi bahan tafakkur bagi kita semua, yakni tentang ajal yang tidak bisa ditunda-tunda datangnya sedetikpun, Jika telah datang ketetapan ajal, tiada satupun kekuatan yang bisa menundanya, apalagi menghentikannya, tidak pandang tua atau masih muda, pejabat maupun rakyat jelata.

Dengan demikian, mengapa kita masih santai, berleha-leha tidak ada persiapan sedikitpun untuk menyambutnya, Padahal sudah hampir setiap hari kita mendengar berita tentang kematian.

Tidak cukupkah keadaan ini menyadarkan kita semua bahwa alangkah besarnya dan berharganya segala nikmat yang telah Allah SWT karuniakan, yakni berupa kesempatan masih bisa tidur tanpa obat tidur, masih bisa terbangun tanpa melihat adanya alat-alat medis yang menempel di tubuh kita, masih diberi kesempatan hidup untuk bertaubat kepada-Nya, dan berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai tanpa harus memakai Protokol kesehatan, itu bertanda kita hidup sejahtera.

Selama ini mungkin kita anggap itu semua bukan karunia Allah SWT. Kematian memberikan nasihat bahwa kebahagian di dunia jangan membuat kita lupa akan segalanya. Apalagi menjadikan diri angkuh di hadapan manusia dan Allah SWT.

Demikian pula kesengsaraan di dunia jangan membuat larut dalam kesedihan, sehingga murka kepada pencipta. Sebab kebahagiaan dan kesengsaraan di dunia hanya sementara. Selagi masih diberi kesempatan maka manfaatkan kesempatan hidup ini untuk sujud bertaubat dan bersimpuh kepada-Nya.

Wallahu a’lam bish-shawabi.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.