Oleh: Mahbub Fauzie *
Sudah populer kata-kata motivasi penuh inspirasi yakni: “kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas”, dalam berbagai kesempatan sering diungkapkan dan diperdengarkan.
Kata-kata tersebut mengandung pesan penuh semangat. Agar dalam suatu pekerjaan benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh perhitungan, dan terpenting didasari dan dilaksanakan dengan keikhlasan dan selesai dikerjakan sesuai target yang direncanakan alias tuntas.
Memang dalam perspektif ajaran Islam tentang suatu pekerjaan atau dalam bekerja harus diawali dengan niat yang tepat. Apapun pekerjaan itu, terlebih pekerjaan itu mengandung amal kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan setiap sesuatu dibalas sesuai dengan apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari). Dari hadits ini jelas bahwa suatu amal atau pekerjaan harus ada niat yang tepat.
Baik dalam pekerjaan ibadah maupun muamalah atau amaliah lainnya yang diperbolehkan dalam Islam, harus diniatkan dengan benar dan tepat. Niat yang benar dan tepat menurut Islam adalah karena Allah SWT.
Apapun pekerjaan seseorang, baik sebagai petani, pedagang atau pengusaha, pegawai pemerintahan seperti pegawai negeri atau honorer, tentara atau polisi dan lain sebagainya. Jika sejak awal niatnya tepat karena Allah SWT, maka bernilai ibadah.
Tidak tanggung-tanggung, jika benar bekerjanya karena Allah SWT niscaya akan dicatat sebagai “ibadah dan jihad fii sabilillah”, bilamana niat dan maksud pekerjaannya adalah untuk mencegah dirinya dari hal-hal yang diharamkan!
Bekerja sungguh-sungguh untuk mencukupi kebutuhan dengan hal-hal yang halal, guna menafkahi keluarga. Mengikuti aturan, norma dan nilai kebaikan dalam pekerjaannya. Tidak berlaku khianat dan penuh dusta serta hal-hal yang merugikan diri atau siapapun dan pihak manapun.
Apalagi pekerjaannya melahirkan manfaat bagi sesama, baik keluarga atau masyarakat banyak. Maka nilai ibadahnya pun lebih dahsyat lagi. Bekerja bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk umat.
Hukum syar’i dan nilai akhlak mulia menyertai semangat dalam bekerja. Menjadi pengawal melekat dalam dirinya, selalu merasa dalam pengawasan Allah SWT. Itu semua tidak lain karena niat bekerjanya diawali dengan “Bismillah”!
Dengan demikian, hasil dari pekerjaannya pun bermanfaat. Baik efek pekerjaannya yang dilakukan dan ditunaikan maupun hak yang diterimanya berupa “penghasilan” yang menjadi rezekinya.
Petani dengan hasil panennya, pedagang dengan keuntungannya, pegawai pemerintah seperti pegawai negeri, tentara dan polisi dengan gajinya mengandung keberkatan dari Allah SWT.
Penghasilan atau rezeki yang dibawa ke rumah untuk nafkah keluarga pun akan dipahalai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang mukmin diberikan pahala dalam setiap hal, bahkan sampai sesuap nasi yang disuguhkan ke mulut isterinya,” (HR. Ahmad)
Demikianlah, begitu indah Islam mengajarkan umatnya tentang bekerja dan pekerjaan. Sesuai dengan fitrah kemanusiaan yang tidak terlepas dari kebutuhan dan hajat hidupnya.
Tuntunan Islam juga sesuai logika dan akal sehat. Termasuk dalam bagaimana seharusnya bekerja. Maka, harus tetap diingat dalam segala sempat dan dimanapun tempat ketika melakukan pekerjaan, tanamkan semangat: “Niat Tepat, Kerja Giat dan Hasilpun Manfaat!”
Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat
*Pelayan Masyarakat yang bertugas di KUA Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah