Penguasaan Bahasa Inggris Rendah, Daya Saing Siswa Asal Aceh Lemah

oleh

Oleh : Tim Redaksi LintasGAYO.co*

Dari sebuah bincang-bincang dengan seorang kenalan lama yang sekarang banyak diminta bantuan oleh berbagai lembaga pemberi beasiswa ke luar negeri, sebagai salah seorang penguji, LintasGAYO.co mendapatkan fakta bahwa mahasiswa yang berasal dari siswa lulusan sekolah menengah di Aceh kesulitan bersaing dengan mahasiswa yang berasal dari provinsi lain untuk mendapatkan beasiswa luar negeri.

Menurut sang kenalan lama, pokok pangkal dari kesulitan bersaing ini adalah lemahnya penguasaan bahasa Inggris oleh para mahasiswa asal Aceh karena semasa di sekolah menengah, mereka tidak mendapatkan pengajaran bahasa Inggris yang berkualitas.

Fakta ini menjadi lebih ironis lagi karena sebenarnya beberapa negara pemberi beasiswa yang menyadari kelemahan para mahasiswa asal Aceh ini, sebagai wujud rasa simpati atas bencana tsunami belasan tahun yang lalu, untuk bisa memberikan bantuan pendidikan, khusus pada mahasiswa asal Aceh, mereka menurunkan standar persyaratan penguasaan bahasa Inggris, menjadi jauh lebih ringan dibandingkan dengan persyaratan yang mereka wajibkan untuk dipenuhi oleh mahasiswa yang berasal dari provinsi lain.

Sebagai contoh, berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh tim riset LintasGAYO.co, media ini mendapati fakta bahwa untuk calon penerima beasiswa AAS (Australian Awards Scholarship) yang diberikan oleh pemerintah Australia untuk mahasiswa Aceh yang akan mengambil S2, mereka hanya mewajibkan calon penerima beasiswa ber-KTP Aceh untuk memiliki nilai IELTS sebesar 5,0 saja, setara dengan nilai 500 untuk TOEFL ITP dan IPK minimal 2,75.

Padahal untuk calon penerima beasiswa dari provinsi lain mereka haruskan untuk mencapai nilai IELTS 5,5 setara TOEFL ITP 580 dan IPK minimal 2,9.

Ketika ini fakta ini kami konfrontasikan dengan seorang penguji calon penerima beasiswa AAS, dia mengamini apa yang kami sampai, sembari menambahkan bawah bahkan untuk mencapai skor IELTS sebesar 5,0 itupun adalah pekerjaan yang sangat sulit bagi mahasiswa calon penerima beasiswa asal Aceh.

Akibatnya dia mengaku, seringkali menahan rasa perih di dada ketika dirinya terpaksa tidak meloloskan mahasiswa asal Aceh yang merupakan tanah kelahirannya sendiri untuk mendapatkan beasiswa.

Disamping sebagai persyaratan memperoleh beasiswa luar negeri, di era cyber ini sebenarnya penguasaanbahasa Inggris juga sangat banyak membantu untuk mengakses berbagai informasi dari internet.

Dengan menguasai bahasa Inggris, cukup dengan bantuan YouTube atau Google, orang bisa belajar dan menguasai banyak hal. Mulai dari memasak, informasi ekononomi, pelatihan bisnis dan lain sebagainya. Termasuk membuka peluang untuk menguasai bahasa asing lain, dengan aplikasi seperti duolingo misalnya.

Di era internet ini, kapasitas diri seseorang bisa melesat sangat tinggi hanya dengan sebuah kelebihan, menguasai bahasa Inggris.

Inilah yang menjadi alasan, mengapa lemahnya penguasaan bahasa Inggris siswa-siswa sekolah menengah bahkan mahasiswa Aceh sangatlah disayangkan. Kelemahan ini, menurunkan daya saing mereka ke tingkat yang sangat jauh kalau dibandingkan dengan siswa-siswa dari daerah lain yang memiliki penguasaan bahasa Inggris yang baik.

Ketika hal ini kami nyatakan di hadapan Alhudri. Pucuk pimpinan tertinggi dinas pendidikan Aceh ini mengamini adanya situasi seperti ini. Putra Gayo ini sama sekali tidak membantah kondisi yang ada.

Berdasarkan pengamatan LintasGAYO.co atas siswa-siswa sekolah menengah di berbagai wilayah di provinsi Aceh, kondisi yang disampaikan oleh sang kenalan lama ini memang benar adanya.

Selama meliput dan menjelajahi kabupaten-kabupaten di Aceh, LintasGAYO.co menemukan bahwa persoalan utamanya adalah metode pendidikan bahasa Inggris di sekolah-sekolah yang ada, rata-rata tidak berkualitas. Dengan pengecualian sekolah-sekolah swasta bonafide seperti Fatih dan Labschool atau sekolah boarding sekelas Modal Bangsa. Selebihnya, sangat miris.

Situasi ini diperburuk dengan tidak adanya lembaga pendidikan atau kursus bahasa Inggris yang berkualitas, yang memungkinkan siswa-siswa asal Aceh meningkatkan kemampuan dirinya untuk menguasai bahasa Inggris. Di luar apa yang mereka dapatkan di sekolah.

Menyadari situasi ini, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs. Alhudri, MM belum menyatakan dirinya puas meski tahun ini lembaga pemerintah yang dia pimpin baru saja mencetak prestasi membanggakan dengan keberhasilan masuk ke dalam sepuluh besar daerah yang meluluskan siswanya ke perguruan tinggi negeri.

“Sejalan dengan tekadnya untuk lebih berfokus pada peningkatan sumber daya manusia dibandingkan pembangunan fisik. Mulai tahun ini, disamping bertekad untuk mempertahankan pencapaian prestasi saat ini,” tegas Alhudri.

Alhudri juga bertekad untuk memberi perhatian lebih untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para siswa sekolah menengah tingkat atas, baik SMA maupun SMK di seluruh Aceh dengan cara mengadopsi pola-pola pembelajaran bahasa Inggris yang sudah terbukti efektif dijalankan di daerah lain. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.