Etos Kerja Menurut Pandangan Islam

oleh

Oleh : Kausara Usman, S.Sos.I., M.Pd*

Dalam agama islam mengajarkan setiap kegiatan manusia di dunia ini di tuntun oleh Al-Quran maupun hadist, untuk menuju keberhasilan yang dicapai sesuai keridhaan Allah SWT. Demikian juga kiranya dalam hal mencari rezekinya sendiri dalam agama islam itu juga mempunyai tuntunan.

Demikian pula dalam mencari rezeki sesuai dengan ridha Allah dalam islam juga diatur tata cara mencapainya sesuai dengan harapan Allah dan harapan kita. Etos kerja merupakan unsur terpenting dalam hal mencari rezeki, karena dalam islam seseorang yang mencari rezeki harus mempunyai semangat untuk bekerja dalam mencapai apa yang diharapkan, tanpa semangat kerja, kita tidak akan bersunggunh-sungguh dalam mencari rezekinya Allah.

Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah.

Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.

Dari hadist diatas bahwa jelas mencari rezeki perlu ada keterkaitan antara dunia maupun akhirat, dan mencari rezeki itu seolah-olah perlu di dunia maupun di akhirat, karena tujuan hidup seperti doa kita sehari hari-hari perlu dua-duanya bahagia diduia maupun di akhirat kelak.

Berbeda dengan golongan lain selain agama islam bahwa kebahagian di dunia saja dengan berbagai cara yang ditempuh. Dalam islam juga sangat keras dinyatakan bahwa kemiskinan lebih dekat kepada kefakiran, jadi begitu penting mencari rezeki itu, dan dalam islam tentu sangat ditekankan keseimbangan antara didunia maupun di akhirat kelak.

Secara pengertian dapat dijabarkan Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.

Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna. (An-Naml : 88). Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim.

Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS. Ash Shaad : 22).

Pengertian Kerja dapat diartikan dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.

KH. Toto Tasmara mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh asset dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya.

Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.

Di dalam kaitan ini, Al-Qur’an banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif.

Dalam Etos Kerja Menurut Islam, seorang muslim ialah semangat menapaki jalan lurus, mengharapkan ridha Allah SWT, Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah (1) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. (2) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.

(3) tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. (4) tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. (5) Professionalisme dalam setiap pekerjaan. (Ahmad Abrar)

Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja Muslim dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.

Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).

Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh.

Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).

Sebagaimana yang diutarakan diatas bahwa tanpa semangat kerja itu akan mengurangi hasil kerja yang dicapai dan islam sangat menekankan mencari kebahagiaan didunia maupun di akhirat kelak, diharapkan sebagai individu muslim juga harus memiliki sosok amanah, jujur, dan konsisten terhadap apa yang dikerjakan demi memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tujuan hidup bahagia di dunia dan bahagia diakhirat kelak.

Dalam islam juga menekankan bahwa menjaga waktu adalah sangat diharapkan dan menekankan untuk disiplin dalam menjalankan aktifitas, dan tidk boleh menyia-nyiakan waktu seperti shalat harus tepat pada waktunya, demikian juga saat bekerja juga perlu memperhatikan waktu demi keefektifan hasil kerja dan waktu digunakan guna untuk waktu pekerjaan yang lain.

*Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Washliyah Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.