Oleh : Agung Pangeran Bungsu S.Sos*
Sederet bencana alam kini sedang menimpa bumi pertiwi, fenomena alam yang datang silih berganti. Pasalnya musibah yang terjadi tidak lama berselang dengan musibah yang lainnya. Dimulai dari gempa bumi, tanah longsor, banjir hingga erupsi gunung vulkanik yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan data yang dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana setidaknya semenjak tahun 2021 hingga tanggal 18 Januari 2021 telah terjadi 154 kejadian bencana.
Didominasi dengan 105 kejadian banjir dan 28 kejadian tanah longsor. Bencana alam yang melanda berbagai daerah di seluruh penjuru tanah air kini telah menyebabkan berpulangnya 140 orang korban jiwa, 13 orang dinyatakan hilang dan sebanyak 776 orang lainnya mengalami luka-luka.
Antara lain terjadinya longsor di Sumedang Jawa Barat tanggal 9 Januari, banjir di Kalimantan Selatan sejak tanggal 12 Januari, gempa bumi di Majene Sulawesi Barat tanggal 15 Januari, erupsi gunung Semeru Jawa Timur tanggal 16 Januari dan pada hari yang sama di waktu sorenya juga terjadi banjir dan longsor di kota Manado Sulawesi Utara. Kondisi yang ada diperparah akibat dampak covid-19.
Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan selama wabah melanda, yang akhirnya mempengaruhi hampir seluruh sektor perekonomian.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh CNN media pada tanggal 19 Januari 2021 dengan seorang peneliti di Geologi LIPI Adrin Tohari dan ketua Tim juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia Arie Rompas, menyebutkan bahwa bencana yang terjadi dipicu oleh faktor hidrometeorologi dan geologi.
Hutan yang memiliki fungsi sebagai paru-paru kehidupan kini telah jauh dari harapan yang diinginkan, eksploitasi secara besar-besaran kini terjadi hampir di seluruh wilayah hutan Indonesia. Mulai dari wilayah hutan Sumatera, Jawa, Kalimantan bahkan hingga wilayah hutan Papua disikat habis oleh para investor dan pemilik modal. Hal ini menyebabkan hutan tidak mampu lagi menyerap tingginya tingkat curah hujan bagi iklim tropis Indonesia.
Pembukaan hutan yang telah terjadi sejak lama kini dialih fungsikan menjadi industri perkebunan kelapa sawit dan juga sebagai lokasi penambangan. Para konglomerat yang semakin beringas menguasi kawasan hutan kini menjadi penyebab dari bencana yang ada, hal ini tentu saja berbanding lurus dengan putusan serta ketetapan yang diambil oleh pemangku kebijakan, tidak lain adalah pemerintah sendiri.
Anehnya selain sebagai pengusaha mereka juga memiliki fungsi ganda sebagai penguasa. Dalih percepatan ekonomi yang selalu digaungkan bukan berarti segala regulasi tentang keselamatan lingkungan dapat diterabas dengan begitu saja. Akan tetapi keselamatan lingkungan dan masa depan generasi bangsa adalah yang utama.
Dengan kejadian bencana yang ada pemerintah akan menghabiskan dana untuk kembali memulihkan keadaan seperti sedia kala. Proses recovery akan memakan waktu yang lama, menguras tenaga, tentunya akan menghabiskan dana yang tidak sedikit jumlahnya.
Lantas apa yang semestinya dilakukan, tentunya problematika covid dan bencana ini harus diselesaikan secara serius. Dibutuhkan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat agar umat dapat bangkit dan kembali menata kehidupannya. Pemangku kebijakan haruslah berpihak pada kebenaran bukan mencari pembenaran.
Kementerian yang mewakili pemerintahan merapatkan barisan untuk dapat mengartur strategi pembenahan tata kelola tiap ruang tugas kementerian yang ada. Umat Islam bergerak memperbaiki kehidupan masa depan yang lebih baik lagi. Bencana yang datang bukanlah sebagai momentum untuk saling menyalahkan dan menjatuhkan satu sama lain, melainkan kesempatan yang tepat untuk mengintrofeksi diri.
Sejauh mana peranan kita sebagai putra-putri terbaik bangsa yang telah diberikan amanah, kemudian apa sumbangsih kita bagi negara ini. Kebermanfaatan apa yang telah kita torehkan untuk saudara-saudara kita yang tengah ditimpa musibah. Dalam Al-Quran Allah berfirman
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri (QS. An-Nisa 79).
Apakah kita masih belum yakin akan campur tangan Allah pada musibah yang terjadi. Masihkah kita menganggap bencana yang datang hanya sebatas fenomena alam yang tiada kaitannya dengan ulah tangan manusia.
Sudah sepatutnya kita kembali ke jalan Allah, meluruskan hati dan niat kita dalam melakukan suatu tindakan. Menghindarkan diri dari kemaksiatan kecil yang sekiranya mampu menjadikannya sebagai maksiat besar. Boleh jadi bencana yang sedang terjadi karena sebab ulah tangan perbuatan kita yang dihamparkan oleh Allah kepada orang-orang yang tak bersalah.
Sejatinya apabila Allah berkehendak menurunkan suatu bencana tentunya tak akan dipilih kepada siapa bencana itu akan diturunkan. Marilah kita bermuhasabah dari tiap-tiap musibah yang ada, memperbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah atas semua dosa.
Semoga kiranya dibukakan pintu maaf bagi kita, bagi pemimpin-pemimpin kita dan juga bagi saudara-saudara kita yang diuji dengan musibah agar senantiasa Allah kokohkan keimanannya. Indonesia adalah kita, milik kita bersama, yang Allah titipkan lewat perantaraan kita semua, tentulah lingkungan dan alamnya menjadi tanggung jawab yang harus dijaga bersama. (*)
*Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)