Oleh : Kausara Usman, S.Sos.I. M.Pd*
Pada awal tahun tepatnya bulan Maret 2020 sampai dengan beberapa hari awal tahun 2021 ini, di sani-sini kita melihat di beberapa media seperti Koran, Televisi maupun media radio terdengat dan terlihat di mat akita semua dinampakkan beberapa musibah seperti, pada awal bulan maret 2020 terjadinya bencana wabah Covid 19 yang sampai dengan awal tahun januari 2021 belum dan masih berjangkit dan menular di seluruh dunia tidak terkecuali rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Selain itu pada awal tahun ini kita melihat dan mendengar baik media televisi dan beberapa media lainnya, bencana lainnya seperti gempa di Provinsi Sulawesi Barat, banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, dan banjir bandang di Provinsi Jawa Barat, telah mengakibatkan korban jiwa, harta benda dan penghidupan.
Guncangan gempa turut dirasakan di pusat ibu kota Provinsi Sulawesi Barat, yakni Kabupaten Mamuju yang hanya berjarak 34 kilometer dari pusat gempa.
Kemudian untuk Kalimantan Selatan Sebanyak 14.891 jiwa terdampak banjir yang terjadi di dua lokasi yakni Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sebagaimana laporan yang diterima Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (4/9/2020).
Bencana lain yang terjadi pada awal tahun ini yang sangat tragis adalah kecelakaan pesawat Sriwijaya dalam pers Menhub menjelaskan, pada pukul 14.36 WIB, pesawat take off dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pontianak. Pada pukul 14.37 WIB, pesawat masih dalam posisi ketinggian 1.200 kaki dan diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti standar instrumen departure.
“Pukul 14.40 WIB, pemantau di Jakarta melihat Sriwijaya Air tidak ke arah seharusnya yakni 075 derajat, melainkan ke arah barat laut.
Kemudian tidak kalah prihatin juga telah terjadi banjir bandang yang terjadi di kabupaten Sumedang provinsi Jawa Barat, dan memporak-porandakan baik rumah, tanaman-tanaman pertanian serta hewan ternak. Belum selesai banjir melanda Kaltim, longsor di Sumedang, dan gempa di Mamuju Kalsel, kita dikejutkan lagi dengan letusan Gunung Semeru.
Baru saja terjadi, Gunung Semeru semburkan awan panas dengan jarak lebih dari 5 kilomter. Bupati Lumajang, Jawa Timur Thoriqul Haq melaporkan letusan awan panas itu membuat warga di Lumajang waspada dan mengungsi.
Di daerah kita terutama di provinsi Aceh juga tidak luput dari beberapa bencana seperti banji di beberapa Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Timur dan bencana banjir Bandang di Kabupaten Bener Meriah.
Dari beberapa cerita bencana diatas kita penulis berfikir bahwa, sering terjadinya bencana ini karena cobaan atau bencana, bagi semua kaum mukmin bencana beranggapan sebagai cobaan, karena seorang mukmin harus melalui beberapa cobaan, ada yang menganggap bahwa cobaan yang diberikan kepada seorang mukmin itu merupakan pilihan Allah yang ia kehendaki dan dianggap mampu untuk menjalaninya, kemudian ada Sebagian jika seorang muslim yang diberikan cobaan selalu menjadi beban bagi mereka, bahkan mengganggap Tuhan tidak adil.
Dalam hal bencana yang diberikan Allah adalah suatu bersifat teguran bagi kita yang mengalaminya, karena dengan bencana manusia akan sadar bahwa kita telah melupakannya, dengan bencana tersebut kita menjadi teringat Kembali kepadanya. Namun jika di jabarkan bahwa apakah bencana itu cobaan atau bencana dapat di bedakan yaitu:
Bencana sebagai ujian
Harus kita pahami, Allah SWT menciptakan berbagai macam musibah berikut hikmah yang terkandung di dalamnya, namun tidak kita ketahui ilmunya melainkan Allah semata. Di antara yang Allah beritahukan kepada kita hikmah dari berbagai peristiwa tersebut adalah:
1. Bahwa musibah-musibah tersebut adalah sebagai ujian kesabaran orang-orang beriman. Allah SWT berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah : 214).
2. Sebagai bukti akan lemahnya manusia dan perasaan membutuhkan kepada Tuhan-Nya. Dan tidak ada kemenangan kecuali dengan merasa membutuhkan diri kepada Tuhan-Nya
3. Berbagai macam musibah sebagai penghapus dosa dan juga bisa mengangkat derajat. Rasulullah sallallahu’alaihi wasalam bersabda: “Tidaklah sesuatu pun yang menimpa orang mukmin, sampai duri yang menancapnya kecuali Allah catat baginya kebaikan dan dihilangkan kejelekan” (Muslim no : 2572).
4. Hikmah musibah lainnya adalah agar tidak terlalu condong terhadap dunia. Kalau sekiranya tidak ada musibah, maka kebanyakan orang akan lebih mencintainya sehingga dia lalai urusan akhirat. Akan tetapi dengan adanya musibah seseorang jadi bangkit dari kelalaiannya sehingga dia bisa beramal untuk hari depan yang tidak ada musibah dan cobaan-cobaan yaitu akhirat.
5. Sebagai peringatan bagi yang lalai dalam beberapa urusan sehingga dia masih ada kesempatan untuk melakukan perbaikan. Peringatan ini seperti peringatan yang diberikan kepada pegawai atau murid yang malas. Tujuannya agar dia bisa memperbaiki.
Kalau dia lakukan maka itu yang diinginkan, tapi kalau dia tidak memperbaiki maka dia berhak untuk mendapatkan hukuman. Di antara dalilnya adalah firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan“. ( Al-An’Am 42 – 43 ). (https://www.islampos.com/12-hikmah-bencana-bagi-seorang-muslim-206017/).
Bencana sebagai Teguran
Jika kita cermati hampir semua penyebab bencana yang disebut Rasulullah saw dalam Hadits tersebut tengah melanda bangsa ini. Pertama, masalah kepemimpinan, amanah dan penguasa. Jika suatu bangsa memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat, baik (shalih), cakap/cerdas dan kompeten (gawiy) dan amanah (amin), maka kebangkrutan dan kehancuran sebuah bangsa tinggal menunggu waktu saja.
Sebab, pemimpin seperti itu menganggap kekuasaan bukan sebagai amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan ketentraman bagirakyatnya, tetapi sebagal sarana dan kesempatan untuk memperkaya diri dan bersenang-senang.
Akibatnya, perilaku korupsi merajalela, penindasan dan pemiskinan menjadi pemandangan yang lumrah, dan kebangkrutan moral menjadi hal yang sangat sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, memilih pemimpin atau pejabat harus hatihati dan selektif, sebab mereka akan memanggul amanah yang sangat berat.
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya; “Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau menjawab,”Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)”. ( H R. Bukhari).
Kedua, orang kaya tidak menunaikan kewajibannya. Zakat adalah kewajiban minimal bagi orang kaya untuk peduli kepada orang miskin. Jika kewajiban minimal ini tidak ditunaikan, maka kegoncangan social tdak bisa ditawar-tawarlagi, karena tindakan orang miskin yang terampas haknya tidak bisa dipersalahkan. Sehingga azab Allah menjadi keharusan (Al-Isra’: 16).
Demikian intisari istinbathAmirul Mu’minin Umar bin Khathab ra yang didukung Ibnu Hazm rahimallahu ta’ala.
Ketiga, hilangnya ketulusan dan kebijakan para ulama dan cendekiawan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penguasa dan pengusaha (orang kaya) itu akan menjadi-jadi jika ulama/cendekiawan sebagai pilar penting suatu bangsa yang bertugas untuk memberi peringatan dan beroposisi secara loyal terseret ke dalam kepentingan pragmatis para penguasa dan pengusaha tersebut.
Aktualisasinya bisa berwujud pada terbitnya fatwa-fatwa pesanan yang tidak memihak orang-orang lemah dan tertindas serta opini yang menyesatkan dan membingungkan umat sebagai akibat terialu banyak menerima pemberian yang tidak jelas dan sering mengemis pada musuh-musuh Islam dan bangsa pada umumnya.
Karena ketulusan telah hilang, para ulama pun menjadi orang yang membuat gaduh di masjid dengan perdebatan dan berbantahan mengenai hal yang sudah diputuskan dengan jelas oleh Allah dan Rasul-Nya.
Pada akhirnya, bukan hanya perintah Allah dan Rasul-Nya yang tidak diperhatikan dan disia-siakan. Akan tetapi para sahabat Rasul dan generasi mereka sesudahnya (ulama dari kalangan tabi’in dantabi’tabi’in )sebagai generasi terbaik umat Muhammad saw menjadi bahan olok-olok dan ejekan dalam perbincangan mereka dengan merendahkan dan mencampakkan kezuhudan dan hasil ijtihad mereka yang cemerlang.
Jika ketiga pilar bangsa penguasa, pengusaha dan ulama atau cendekiawan sudah tidak menjalankan fungsi yang semestinya, maka kebangkrutan moral yang lain seperti durhaka pada orangtua, suami yang manut pada hawa nafsu istrinya, mewabahnya khamr (narkoba) dan kesenangan pada hiburan yang memancing keliaran syahwat menjadi pemandangan yang biasa.
Pada saatitu”kemarahan” Tuhan dipastikan tidak bias dihalang-halangi untuk menghancurkan bangsa yang durhaka. [sumber: muhammadiyah.or.id]
Jadi jelaslah bahwa bencana itu kita pahami menjadi dua kesimpulan bahwa ada bencana sebagai sebagai ujian atau teguran dan bencana sebagai teguran kepada kita.
*Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Washliyah Aceh Tengah