Kisah Percakapan Pasien dan Dokter Tentang Rokok

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Ketika terjadi pembakaran pada ujung rokok, sebelum sampai ke pangkal terjadi proses pengumpulan minyak atau disebut nikotin yang berfungsi sebagai filter. Sehingga asap yang keluar dari pangkal rokok yang dihisap telah menjadi asap herbal.

Awalnya saya fikir hanya candaan; seorang dokter senior yang enggan disebut namanya karena soal etika bahwa merokok merupakan salah satu dari sekian banyak obat untuk Covid-19. Eh, ternyata teorinya seperti itu.

Pantas saja merokok semakin nikmat mulai dari pertengahannya karena pembakaran sudah mulai sempurna. Seperti ketel serewangi, pada awal pembakarannya minyaknya tidak terlalu bangus, tetapi setelah panasnya cukup, kualitas minyaknya semakin baik.

Sebenarnya banyak rahasia merokok yang tidak kita tahu. Perlu penggalian lebih dalam tentang manfaat rokok. Para profesor Yahudi akan menghisap rokok saat berfikir mulai mengalami kebuntuan. Hanya saja mereka sengaja menutupi “keutamaan merokok” agar orang di luar Yahudi selalu larut dalam kebodohan.

Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi dalam pidato penyampaian pertanggungjawaban menegaskan, “Jangan merasa paling agamis dan jangan pula merasa paling pancasilais,” tetapi tidak untuk petani tembakau dan perokok, mereka bisa mendeclair dirinya paling Pancasilais. Benarkah? Mari kita buktikan!

Petani tembakau memulai menanam dengan membaca, “Bismillahirrahmanirrahim” dan membaca do’a agar tembakaunya tumbuh dengan sempurna dan dengan hasilnya mudah melaksanakan ibadah. Sikap itu sesuai dengan sila pertama. Lalu tembakau ditanam berbaris rapi untuk menunjukkan bahwa petani beradab dan tidak centang perenang. Sikap itu sesuai dengan sila kedua.

Pada sila ketiga bahwa perdagangan rokok yang tersebar di nusantara sehingga terjalin silaturahmi antar sesama dan daerah lainnya. Sila ke-empat; bermusyawarah membahas sesuatu akan terasa lebih mengena dalam membuat keputusan dalam suasana merokok dengan paduan ngopi. Sedangkan sila kelima; berbagi rizki antara petani tembakau dengan para perokok, SPG, pengusaha dan buruh pabrik rokok.

Begitu pentingnya merokok yang menghasilkan asap herbal dan berguna untuk obat serta menjadikan orang sebagai pancasilais tulen. Bahkan sampai dokter menyadarkan pasien bahwa salah satu nikmat hidup adalah merokok.

“Dokter saya sakit!” kata pasien.

“Saudara merokok?” tanya dokter

“Benar Dok” jawab pasien.

“Saudara minum minuman keras?” tanya dokter lagi.

“Benar Dok” jawab pasien.

“Saudara main perempuan?” tanya dokter dengan sinis.

“Benar Dok” jawab pasien malu-malu.

Pasienpun pulang tanpa bertanya lagi lebih lanjut dan berusaha dengan tekad yang kuat untuk meninggalkan rokok, mabuk dan tidak main perempuan. Setelah merasa sembuh, pasien kembali lagi ke dokter tadi untuk menyampaikan progres dari usahanya.

“Dokter saya sudah sembuh total karena saya tidak lagi merokok, tidak mabuk dan tidak main perempuan” tegas pasien itu dengan bangga.

“Kalau begitu apa artinya saudara hidup?” kata dokter dengan nada datar.

(Mendale, 16 Januari 2021)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.