Melangkah ke Depan Dalam Rotasi Maju …

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Inspirasi Rotasi Kehidupan Yang Berputar
Kekuasaan Tuhan masih tampak dalam pandangan mata ketika kita melihat adanya pergantian waktu dari malam bertukar kepada siang dan dari siang mertukar kepada malam.

Namun apakah perputaran itu kita maknai dengan perputaran waktu yang berulang-ulang tanpa perjalanan atau perputaran itu dimaknai dengan perjalanan roda menuju suatu arah masa depan atau juga kita maknai sebagai pargantian waktu, hari, minggu tahun dan seterusnya berganti tanpa pernah terjadi pengulangan.

Ketika pergantian siang kepada malam dan juga malam kepada siang dimaknai sebagai perputaran roda maka orang akan mengatakan bahwa kehidupan ini akan berganti, terkadang di atas dan terkadang di bawah, terkadang menjadi orang kaya dan terkadang menjadi orang susah, terkadang menjadi pejabat dan terkadang menjadi masyarakat biasa.

Dan inilah yang sering terdengar di telinga kita dari ucapam kebanyakan orang, sehingg kehidupan manusia selalu bersifat menunggu untuk sebuah kebaikan dan juga menunggu untuk sebuah ketidakbaikkan.

Dalam hal ini kami lebih mekanainya dengan perjalanan waktu bukan dengan perputaran waktu. Karena sebagaimana disebutkan bila dimaknai dengan perputaran maka kehidupan tetap akan kembali kepada awal (titik nol) atau berjalan di tempat, pola pikir seperti ini sepertinya terinspirasi dengan putaran jarum jam dan sepertinya juga terinspirasi dengan perputaran matahari yang setiap hari terbit dari Timur dan terbenam di sebelah Barat.

Inspirasi perputaran waktu biasa ditujukan kepada mereka yang hidupnya harus mengalah kepada keadaan atau karena harus mengalah kepada kekuasaan atau karena tujuan pemerataan.

Ungkapan yang sering terdengar dalam kaitan dengan perputaran waktu, kita harus bersabar dengan keadaan yang kita hadapi karena hari ini kita yang tertimpa musibah besok orang lain, ketika anda mendapatkan harta jangan sombong karena hari ini kita punya harta besok orang lain.

Ketika terjadi pergantian orang dalam menduduki jabatan di kantor-kator atau perusahaan, pimpinan biasa mengatakan kalau pergantian dalam menduduki jabatan ini adalah hal yang biasa sebagai rotasi dan penyegaran.

Pernyataan ini juga merupakan gambara inspirasi dari perputaran jarum jam yang mempunyai batasan 12 (dua belas) dan akan kembali kepada angka 0 (nol).

Mereka yang menganut pola berpikir dunia berputar selalu menunggu kesempatan dan memanfaatkan kelemahan orang lain, dan akan berusaha menggantikannya dengan perilaku, sikap dan pekerjaan yang lebih baik kendati dia telah pernah mengalami kegagalan dalam tempat dan posisi yang sama. Ungkapan yang selalu di jual bahwa kehidupan diibaratkan dengan roda yang selalu berputar sekali di atas dan sekali di bawah.

Inspirasi Rotasi Kehidupan Yang Berjalan
Keterbatasan manusia dalam menghitung waktu disimbulkan dengan jam yang selalu berputar tanpa henti, namun kendati berputar tanpa henti manusia membatasi perputaran tersebut dengan angka yang tertulis sebanyak 12 dan terbaca sampai 24, logika ini dibatasi dengan setengah hari siang dan setengah hari malam sehingga pertukaran waktu itu terjadi di tengah malam.

Berbeda dengan logika Islam yang mengamalkan hitungan bulan bukan dengan hitungan matahari yang mengganti waktu dengan terbenamnya matahari, namun pergantian jam tetap sama dengan penghitungan pergantian itu ada di malam hari dengan angka 00.00.

Demikian juga dengan penghitungan hari yang dimulai dari hari ahad sampai dengan hari sabtu dan kembali balik kepada hari ahad, sehingga semua orang beranggapan bahwa perputaran hari tanpa perjalanan dan selalu kembali kepada angka 0 (nol sama dengan jam.

Sebenarnya bila kita melihat perjalanan hidup manusia bukanlah mengikut perputaran jarum jam dan juga bukan mengikut perputaran matahari, tetapi kehidupan adalah berjalan datar dari awal kelahiran sampau dengan kematian, sama dengan perjalanan hari mulai dari penciptaan sampai dengan berakhirnya dunia yang disebut dengan akhirat (hari akhirat).

Dalam perjalanan hidup tersebut ada yang mendapat keuntungan dan ada juga mendapat kerugian, tergantung kepada kemampuan dan pengetahuan masing-masing dalam menjalani kehidupan.

Tuhan tidak menghendaki hamba-Nya hidup dalam kesusahan karenanya mewajibkan manusia untuk selalu berusaha, kemudian dari usaha yang diupayakan akan mendapatkan hasil sesuai yang diusahakan.

Kalau dia beramal dengan pengetahuan maka hasilnya berbeda dengan mereka yang tidak mempunyai pengetahuan, itulah sebagai bukti dari keadilan Allah.

Karena itu sangat boleh jadi mereka yang berada dalam kemiskinan akan selalu dalam kemiskinan dan mereka yang kaya selalu dalam keadaan kaya, namun kita bisa memahami kalau manusia itu mempunyai keterbatasan sebagai makhluk dalam menentukan kehidupan mereka, sehingga orang lain akan katakan bahwa perjalanan kehidupan terkadang di atas dan terkadang di bawah.

*Anggota Majelis Adat Aceh (MAA) dan Dosen Fakultas Syaria’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.