Oleh : Hammaddin Aman Fatih*
Pandemik penyebaran Corona Virus Disease 2019 atau lebih dikenal dengan sebutan Covid-19, yang sampai hari ini belum ada tanda yang menunjukan kapan akan berakhirnya. Malahan dunia kembali dihantui dengan akan muncul gelombang kedua menyebarannya lagi.
Kejadian ini bukan hanya kita yang mengalaminya, tapi seluruh dunia berusaha untuk keluar krisis ini. Untuk mengantisipasi keterpurukan social, ekonomi dan pendidikan yang lebih parah nantinya, pemerintah mengeluarkan kebijakan New Normal.
Artinya kita harus menjalani kehidupan secara normal kembali seperti biasa berdampingan dengan Covid-19. Tapi, tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat, minimal melaksanakan pola 3S (selalu memakai masker, selalu cuci tangan dan selalu menjaga jarak).
Aktivitas Dunia Pendidikan
Imbas krisis Covid-19 bagi dunia pendidikan kita telah mulai menimbulkan masalah yang harus dicari solusi yang tepat dan cepat agar generasi tidak memuncul lost generation dengan memunculkan kembali angkatan II Covid-19. Artinya dipanen sebelum waktunya, dipaksa besar secara karbitan.
Mengingat pendidikan harus tetap berjalan, yang mana karena itu merupakan hak dasar seorang anak dan harus dijalankan pemerintah. Melihat situasi yang tidak kondusif, akhirnya pemerintah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar Dari Rumah (BDR) lebih trendnya dikenal dengan sebutan DARING untuk mengisi proses jalannya belajar mengajar republik ini.
Jujur kita akui bahwa diberlakukannya pembelajaran ala dunia maya seperti di atas telah memaksa seluruh guru di Indonesia, khususnya diwilayah dataran tinggi tanah Gayo (Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah) mulai berbenah untuk menguasasi ITC dalam melaksanakan menunjang proses belajar mengajar dan diharapkan bisa mengejar ketertinggalannya dengan daerah-daerah lainnya.
Ketika ada pro dan kontra dengan diterapkannya Pembelajaran Jarak Jauh/Belajar Dari Rumah. Sudah menjadi dinamika kehidupan, baik di masa keadaan normal maupun tidak, tidak ada solusi pendidikan satu model untuk seluruh Indonesia.
Hal itu dianggap wajar, hal ini dikarenakan Indonesia memiliki karakteristik wilayah yang beragam, ditambah lagi fasilitas pendidikan yang juga belum merata. Tempat tinggal tersebar dari seluruh Indonesia yang merupakan negara kepulauan membentang dari Sabang sampai Merauke. dan juga dari pulau Miangas sampai pulau Rote.
Begitu juga dengan wilayah dataran tinggi Tanah Gayo (kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah). Jadi, jelas kalau ada satu kebijakan diterapkan, pasti ada golongan yang setuju, pasti ada saja yang merasa tidak sesuai dengan kondisi mereka.
Dengan berlakunya sistem proses pembelajaran ala daring atau belajar dari rumah/pembelajaran jarak jauh. Harus kita akui, bahwa prosesnya banyak mengalami hambatan untuk merealisasikannya dilapangan. Yang paling parah peserta didik renta terpapar pornografis, kekerasan dan stress.
Malahan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengakui bahwa dampak negatif dari kegiatan pembelajaran jarak jauh. Pertama adalah putus sekolah. Hal ini disebabkan karena anak harus bekerja membantu orang tua karena pandemi covid-19.
Pembelajaran jarak jauh jadi bisa tidak optimal, akhirnya terjadi banyak peserta didik putus sekolah. Persepsi orang tua juga bisa berubah, sehingga ancaman putus sekolah ini riil bisa berdampak seumur hidup. Kedua adalah penurunan capaian belajar.
Hal itu disebabkan karena kesenjangan kualitas punya akses teknologi dan tidak itu besar. Selain itu ada risiko learning loss (dampak permanen) karena Pembelajaran Jarak Jauh tak efektif. Ada risiko kita punya generasi dengan learning loss. Lost Generation atau generasi yang hilang di masa yang akan datang.
Ketiga adalah risiko kekerasan pada anak dan risiko eksternal, ada juga ancaman peningkatan kekerasan anak, stres di dalam rumah karena tak bertemu teman dan lain-lain sebagainya.
Melihat perkembangan pembelajaran daring yang telah terlalu lama, khususnya di dataran tinggi tanah Gayo dan dengan diterapkan New Normal seperti yang telah dicanangkan pemerintah sudah seharusnya pemerintah daerah memberlakukan Era New Normal School untuk wilayah kabupaten Aceh Tengah yang sampai saat ini masih memberlakukan daring dan luring maupun Blended.
Kabupaten Bener Meriah yang merupakan pecahan kabupaten Aceh Tengah Tengah sejak tahun 2003, atau tepatnya memasuki tahun ajaran baru 2020/2021 telah memberlakukan pembelajaran tatap muka. Walaupun pernah daring lagi dari tgl 29 Juli sampai dengan 30 Agutus 2020 yang lalu.
Terlalu lama proses pembelajaran daring dan luring maupun Blended telah mulai berdampak negatif bagi perkembangan psikologis anak-anak, khususnya tingkat sekolah dasar.
Pernah pada suatu hari penulis memberitahukan kepada anak saya sendiri, bahwa menurut informasi bahwa senin depan sekolah sudah mulai masuk. Indikasi ini dikarenakan pihak sekolah telah menghimbau agar wali murid datang ke sekolah membawa materai untuk membuat surat pernyataan minta masuk sekolah. Spontan anak saya yang masih kecil ( kelas I ) mengucapkan “alhamdulilah, makasih ya Allah, telah dikabulkan do’a ku, aku sudah bisa masuk sekolah lagi”.
Pernah suatu hari dia bertanya. Yah kenapa adik ngak bisa sekolah ? Penulis jawab “lagi ada corona nak”. Semprot yah biar mati coronanya. Biar adik bisa sekolah lagi, bisa jumpa ma teman-teman adik. Bayangannya hanya di sekolah mereka ada corona. Karena ketempat lain mereka bisa pergi. Pernah juga dia bertanya. Yah adik kok bisa pegi ngaji. Abang bisa ngaji bisa latihan bulu tangkis. Adik bisa ikut bunda pegi ke pasar.
Pernah juga lagi, suatu hari dia ngotot ikut penulis kesekolah. Kebetulan penulis adalah salah seorang guru yang mengajar di wilayah kabupaten Bener Meriah, yang aktifitas sekolah, dari tingkat dasar sampai menengah normal belajar seperti biasa. Dia heran, kok disini anak yang sebaya seperti dia berseragam merah putih bisa bersekolah.
Hal diatas, cukup pantas kita sebut, mungkin inilah gambaran secara umum anak-anak usia sekolah kita, yang sudah mulai merasa jenuh dan bosan dengan aktivitasnya sehari-hari. Ada keinginan yang besar untuk masuk bersekolah, berinteraksi dengan kawan-kawan yang sebaya dengan mereka, punya kesibukan yang sedikit demi sedikit bisa membuat fondasi perkembangan jiwa mereka menjadi matang karena adanya aktivitas interaksi dengan kawan-kawan di dalam lingkungan sekolah mereka dengan bermacam ragam karakter.
Harus kita akui sejujurnya, kalau cerita kualitas di era pandemik berbasis daring-luring-blended sangat jauh dari harapan. Drs. Iftar (Mantan Kabid. Dikmen Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Bener Meriah) mengatakan “dep i tunu gere tasak, dapuh i daring miene, te hana jadi e”.
Tapi dengan mereka masuk sekolah minimal mereka bisa bercengkram menghilangkan stress menghantui pikiran mereka yang bisa membuat imun tubuh menjadi lemah.
Bagiamanapun canggih teknologi berbasis digital tidak akan dapat menggantikan peran sosok seorang guru dalam proses pembelajaran.
Dan hal ini juga telah membuka mata kita, bahwa peran sosok seorang guru dalam dunia nyata sangatlah penting untuk perkembangan jiwa seorang anak. Hikmah bencana ini telah membuka mata kita. “Guru bukan orang hebat tapi guru banyak membuat orang menjadi hebat”.
Mungkin semua orang tua peserta didik yang ada diwilayah kabupaten Aceh Tengah menginginkan proses pembelajaran tatap muka diselenggarakan berjalan seperti biasanya. Walaupun hanya 2 hari perminggu, yang penting bagi mereka anaknya bisa bersekolah.
Saya punya kawan, kawan saya punya temen.
Dia bercerita, ibunya seorang kepala SD, dipanggil ke kantor dan dimarahi karena telah berani membuka mengadakan pembelajaran di sekolah. Alasan dia berani membuka sekolah yang dia pimpinnya karena desakan wali murid, mengingat di sekitar daerah mereka tidak ada korban Covid-19 dan melihat anak-anak usia sekolah yang berkeliaran tidak ada kegiatan dan juga menimbang ada inisiatif masyarakat yang mengadakan pembelajaran mandiri, menyediakan tempat belajar dan guru yang mengajarnya dengan biaya swadaya.
Wajar, kalau masyarakat bertanya-tanya. Kenapa sekolah-sekolah yang berada diwilayah lingkungan pemerintahan kabupaten Aceh diberlakukan PJJ/DBR dengan alasan untuk memutuskan mata rantai Covid-19. Tapi, kok, tempat-tempat lain yang menggumpulkan orang banyak berjalan seperti biasanya.
Dan keadaan ini berbanding terbalik dengan kabupaten tetangga (Kab. Bener Meriah) yang notabene mirip kondisi social budaya ekonomi geografis dan perkembangan Covid-19 sama, khususnya dunia pendidikan bisa beraktifitas berjalan normal seperti biasa. Alhamdulillah sampai saat ini tidak memunculkan klaster sekolah covid-19 yang sangat ditakutkan itu.
New Normal Era School
Semestinya dengan pemerintah pusat memberlakukan New Normal maka bisa menjadikan New Normal Era School di wilayah kabupaten Aceh Tengah. Artinya sekolah beraktifitas normal seperti biasa tapi harus dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesuai dengan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) yang ada.
Atau dengan simulasi atau skonario minimal setiap angkatan seminggu dua kali hari masuk, itu pun dengan catatan proses pembelajar berbasis belajar sambil bermain dengan durasi waktu yang pendek. Apalagi dalam kondisi pandemik ini, kita tidak dtuntut harus menuntaskan kurikukulum yang ada.
Tingkat Kelas Hari
SD/MI I/VI Senin Rabu
II/V Selasa Jum’at
III/IV Kamis Sabtu
SMP/MTs VII Senin Rabu
VIII Selasa Jum’at
IX Kamis Sabtu
SMA/SMK/MA X Senin Rabu
XI Selasa Jum’at
XII Kamis Sabtu
Contoh Skonario jadwal masuk sekolah perjenjang dan angkatan Sebagai langkah pertama masuk sekolah menuju New Normal Era School
Kita sangat berharap, badai ini pasti akan berlalu. Setiap yang datang pasti akan pergi. Kita berharap dan selalu berdo’a agar kita secepatnya keluar dari krisis ini dan dunia pendidikan kita cepatnya normal kembali. Anak–anak kita bisa kembali ke sekolah menyonsong masa depan yang kita sendiri tidak tahu bagaimana kehidupan masa depan mereka nantinya. Tetapi, kita generasi pendahulunya hanya berhak mengarahkannya. Jangan sampai mereka jatuh dalam parit yang kita generasi pendahulunya pernah jatuh dalam parit itu.
Kita akan keluar dari kondisi ini dan bisa memutuskan mata rantai perkembangannya dengan memunculkan kesadaran kolektif untuk mematuhi dan menjalankan secara kontinyu dan konsisten protocol kesehatan secara ketat dan saling mengingatkan dan membuka kesadaran yang reflex jangan sampai kita menjadi silent killer.
Disatu sisi, bagaimana kita membayangkannya kondisi kedepan generasi kita hari ini jika sekolah-sekolah tidak beraktifitas. Sekolah sangat berperan penting sebagai salah satu instrument pembangunan yang urgent untuk maju dan berkembang negeri ini.
Sekolah akan menyiapkan bekal bagi generasi–generasi kita nantinya menjadi penentu kebijakan di negeri ini. Di sekolah mereka belajar dan berinteraksi membuat mereka banyak tahu tentang kehidupan ini, menjadi bekal mereka untuk meraih masa depan.
Semoga rencana pemerintah daerah Aceh Tengah yang akan membuka kembali sekolah pada tanggal 09 November 2020 yang akan datang bisa terwujut dengan tidak mengenyampingkan alasan-alasan lain yang lebih rasional terutama dari pihak kesehatan dalam hal ini satgas penanganan Covid-19 Aceh Tengah, hingga nasib pendidikan di kabupaten Aceh Tengah jangan hanya diputuskan satu atau dua golongan saja yang berprestasi mana tahu mana yang baik bagi masyarakat.
Untuk membawa aktifitas pendidikan kabupaten Aceh Tengah ke hari depan yang penuh tantangan, yang hanya dapat kita atasi dengan selamat, dengan sebesar mungkin sikap ilmiah, rasional, keterbukaan, kesediaan menerima kritikan dan koreksi, dengan pola yang horizontal dan egaliter agar terbuka, kemungkinan mengeluarkan pikiran–pikiran alternative lewat proses kreatif yang bebas oleh sebanyak mungkin orang dalam struktur yang benar–benar demokrasi dan menerima masukan dari pakar-pakar yang berkompeten dalam bidangnya.
Hasil analisis (masuk sekolah atau tidak) itu harus dipublikasi ke masyarakat dengan jelas tidak samar-samar, sehingga tidak menjadikan fitnah, masyarakat tidak memiliki prasangka yang bukan-bukan dengan berita hoaks yang banyak bergentayangan di mensos yang bisa membuat masyarakat menjadi resah.
*Antropolog yang berdomisi diseputaran Kota Takengon tepatnya Kampung Kemili.
Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :