Tindak Tutur Peri Mestike Gayo dan Komunikasi Islam

oleh
Dr. Joni MN, M.Pd.B.I

Oleh : Wienku Genantan*

Sangat terpanggil hati kami dan jiwa kami ketika membaca goresan jiwa engingku Dr. Johansyah, yang mana beliau mendiskusikan dan menegaskan, yakni betapa pentingnya membangun Komunikasi yang Islami. Beliau menuliskan informasi tersebut dengan berkala, yaitu Komunikasi Islam (1) tanggal 26 oktober 2020 dan Komunikasi Islam (2) tanggal 28 oktober 2020 di dinding FB beliau (Johansyah Han).

Menarik memang yang beliau bahas tersebut karena berkaitan dengan perilaku manusia, yakni tertuju pada tindakan sehari-hari dan anjuran Islam yang sudah menganjurkan untuk betindak dan bertutur kata yang baik-baik, tujuannya agar tidak menyakiti atau merusak hati serta perasaan mitra tutur dan/ atau orang lain.

Pembahasan Komunikasi yang menggunakan pendekatan dengan konsep Islam ternyata tidak jauh beda dengan pengkajian bertindak tutur dengan menggunakan konsep Peri Mestike yang terdapat di dalam adat dan budaya Gayo. Konsep bertindak tutur tersebut ternyata sudah terbangun pada masyarakat Gayo sejak zaman dahulu.

Berkomunikasi atau bertindak tutur, di dalam konsep adat Gayo juga sudah memiliki konsep yang mendasar, konsep tersebut di Gayo menjadi perinsip tindak tutur yang mengatur, melingkupi: tata tertib, tata laku dan tata laksana. Setelah dikrisili dan ditilik lebih detail dan terperinci, komunikasi Islam tersebut sangat klob dengan perinsip tindak tutur yang berlandaskan Peri Mestike dalam adat dan Budaya Gayo. Dan, karenanyalah adat Gayo tersebut berfungsi sebagai pagarnya agama, dan dalam term yang lain disebut juga “edet kin peger ni agama”, benasa edet rusak agama mate nahma. ”

Perinsip komunikasi yang terdapat dalam Peri Mestike adat Gayo, yakni salah satunya adalah, (1) cerak bepingang – peri bebulang, (2) remalan betungket peri berabun, dan masih banyak yang lainnya.

Komunikasi dengan menggunakan kedua perinsip tersebut sama halnya komunikator sudah menjadikan perinsip Gayo tersebut sebagai pagar agama, sehingga hal ini berdampak positif kepada komunikan, yakni terjagalah marwah, dan harga diri para komunikator dan komunikan dengan baik.

Perinsip tindak tutur yang pertama, yakni “cerak bepingang” Menganjurkan kepada penutur atau komunikator agar berbicara tidak membuka aib orang lain, yakni materi dari pembicaraan atau komunikasi bukan yang kotor-kotor, terapi dalam hal ini lebih dianjurkan lebih bernilai ibadah serta membangun komunikasi yang dapat memberi kenyaman dan kedamaian kepada mitra tutur/ komunikan atau orang lain di sekitar.

Selanjutnya, yang kedua, yakni “peri bebulang”, yang dimaksud perinsip ini adalah dianjurkan para penutur atau komunikator untuk tidak berbicara secara blak-blakan, lindungi mitra tutur jangan sampai dipermalukan di depan orang lain, artinya jika menasihati seseorang janganlah di depan orang ramai, tetapi panggilah ke tempat yang bukan di depan orang-orang. Selanjutnya, penutur dalam konteks ini diharapkan gunakan akal setelah hati ketika berbicara atau berdialog dengan mitra tutur masing-masing.

Jadi, prinsip-prinsip yang terdapat di dalam adat Gayo sangat dekat energinya dengan konsep Islam yang dibahas dinda Dr. Johansyah yakni dalam pembahasan Komunikasi (1) dan (2), dapat dipahami bahwa perinsip tindak tutur yang terdapat di dalam Peri Mestike pada adat Gayo adalah bentuk wraping atau pembungkus yang baik agar menjadi benar-benar baik. Tidak akan menjadi baik, jika sesuatu yang baik disampaikan dengan cara yang tidak baik, dan sebaliknya tidak etis dan rusaklah akhlak, untuk tujuan tertentu, sesuatu yang tidak baik disampaikan dengan cara baik-baik, di balik itu ada sesuatu yang diinginkan.

Inilah faktanya bahwa sinergisitas konsep Islam dengan perinsip tindak tutur adat Gayo yang digunakan dalam komunikasi akan dapat membangun kenyamanan dan keharmonisasian hidup para anggota masyarakatnya. Karenanyalah posisi adat menjadi pagarnya syari’at Islam. Bagus dan kuat pagar, maka terjaga, terpelihara dan bagus juga tumbuhnya tanaman tersebut.

*Penulis adalah wakil ketua 1 Majelis Adat Gayo (MAG) Takengon.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.