Islam-Iklan Versus Iklan-Islam

oleh

Oleh : Johansyah*

Ada hal menukik ketika saya kita membahas kata Islam dan iklan. Di satu pihak Islam datang dengan membawa ‘iklan’ sebagaimana yang diwahyukan dalam al-Qur’an. Di pihak lain sebaliknya, banyak sekali iklan yang berlabel dan mengatasnamakan Islam. Yang pertama menjanjikan sebuah kebenaran dan kepastian. Sedangkan yang kedua kebanyakan hanya janji manis belaka tanpa bukti nyata.

Mungkin kita kurang sepakat dengan pernyataan Islam itu iklan. Tapi memang begitu adanya. Bukankah firman-firman itu iklan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam al-Qur’an banyak janji Allah SWT bagi manusia dan kita meyakini bahwa apa yang dijanjikan itu semua akan terjadi.

Banyak sekali ‘iklan’ yang sampaikan Allah SWT dalam al-Qur’an. Minsalnya Allah SWT menyatakan; “sekiranya kalian bersyukur, maka akan Aku tambah nikmat-Ku (QS. Ibrahim: 6); “ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepada kalian (QS. al-baqarah: 152); “berdo’alah kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan do’a kalian” (QS. Ghafir: 60); “Allah tidak akan mengadzab mereka selama mereka memohon ampun beristighfar kepada Allah SWT” (QS. al-Anfal: 33).

Iklan yang paling menarik dari al-Qur’an salah satunya adalah tentang surga. Siapa yang tidak ingin ke surga dengan kemewahan yang digambarkan dalam al-Qur’an? Di mana itu semua tidak pernah kita lihat dan nikmati selama hidup di dunia. Makanan, buah-buahan, sungai yang mengalir, kenyamanan tempat tinggal dan fasilitas lainnya begitu indah digambarkan oleh al-Qur’an.

Lalu apakah ini sekedar iklan Islam? Tentu tidak. Allah SWT akan menepati janji-Nya. Setiap yang ada dalam al-Qur’an adalah benar adanya, bukan janji-janji manis belaka. Allah SWT berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (Q.S. Fathir: 5).

Lalu siapa yang berani meragukan janji-Nya? Ternyata sebagian ada yang keliru memahami janji Allah SWT. Saya cerita tentang seseorang yang kesehariannya sangat taat beribadah. Salah satu permohonannya dalam shalat adalah agar suatu saat dia dijodohkan dengan seorang gadis yang memang sangat dia cintai. Di setiap shalatnya dia senantiasa bermohon agar dijodohkan dengan gadis tersebut.

Tibalah waktunya untuk mewujudkan hasratnya. Dia meminta orangtua agar segera melamar gadis tersebut. Karena sudah merasa yakin orangtuanya pun pergi ke rumah si gadis dan mengutarakan maksudnya pada orangtuanya untuk melamar anaknya. Namun tidak disangka, si gadis menolaknya.

Orangtuanya pulang dan mengatakan bahwa gadis itu menolak pinangannya. Laki-laki ini kecewa berat. Hari-harinya yang diwarnai dengan semangat dalam ibadah, kini menurun drastis. Bahkan dia terlihat tidak lagi mendirikan shalat lima waktu. Si ibu yang biasa melihat anak ini taat beribadah lalu bertanya; ‘kenapa kamu tidak shalat’? Dia pun menjawab; ‘karena kalau shalat pun, Allah SWT tidak mengabulkan permohonanku’. Begitu katanya. Bahkan dia menilai Allah SWT tidak memperdulikannya padahal Dia sudah berjanji siapa yang berdo’a kepada-Nya niscaya akan dikabulkan. Tapi nyatanya tidak, katanya.

Hari berlalu dan waktu terus berjalan, hingga suatu ketika dia mendengar kabar bahwa si gadis yang sudah menikah dengan orang lain ini bercerai. Penyebabnya karena dia tidak pernah menghargai dan bahkan sering menghina mertua atau orangtua suaminya. Hingga suaminya tersebut memutuskan untuk menalaknya.

Mendengar kejadian itu, barulah dia sadar, ternyata Allah SWT menjawab do’anya. Barulah dia menyadari bahwa si gadis yang dia cintai ternyata tidak baik akhlaknya dan akhirnya dia bersyukur tidak menikah dengan gadis tersebut seraya memohon ampun kepada Allah SWT.
Dari sini kita dapat pahami bahwa terkadang janji Allah SWT itu penuh teka-teki.

Sesuatu yang dia janjikan itu terkadang ditunda atau diganti dengan yang lebih baik. Kita saja yang sering keliru dan berprasangka buruk kepada Allah SWT hanya karena satu keinginan dari diri kita belum dipenuhi oleh Allah SWT. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa janji Allah SWT itu adalah benar dan pasti.

Hal ini tentu saja berbeda dengan iklan yang membawa nama Islam; bisnis syari’ah, bank syari’ah, dan beragam usaha yang mengatasnamakan syari’ah. Ternyata dalam kenyataannya jauh panggang dari api. Manis yang dijanjikan, pahit yang dirasakan.
Contoh rilnya perbankan syari’ah (dengan tidak menunjuk bank tertentu). Coba lihat lebelnya dan istilah-istilah yang digunakan semua terkesan islami. Tapi begitu kita nimbrung di dalamnya, ternyata syari’ah itu hanya dijadikan embel-embel untuk menarik minat masyarakat maupun nasabah.

Di satu sisi mungkin kita memaklumi posisinya di bawah regulasi pemerintah. Di sisi lain, kalau memang sama dengan bank konfensional, untuk apa melabeli diri dengan bank syari’ah.
Salah satu sifat iklan itu adalah menarik. Ketika orang membaca, mendengar, dan melihat, ada keinginan untuk membeli dan memilikinya. Coba perhatikan iklan-iklan yang ada di televisi itu, tampilannya luar biasa karena memang tujuannya untuk menarik hati. Bahkan yang sangat lucu, banyak iklan yang menggunakan jasa para perempuan cantik.

Padahal kalau dipikir tidak ada hubungannya dengan perempuan. Contohnya adalah iklan rokok, hampir semua iklan rokok melibatkan perempuan, padahal tidak ada korelasinya. Tapi begitulah karena sifat iklan itu menarik perhatian, orang yang menjual yang ingin cepat produknya dikenal memilih untuk menggunakan jasa perempuan walaupun tidak ada hubungannya.

Sebenarnya kalau mereka kreatif, banyak model yang dapat ditawarkan.
Lalu mengapa pula bisnis kekinian sering menjual nama syari’at? Itulah bukti adanya keyakinan di ranah publik maupun mereka sendiri bahwa syari’at itu mengandung kebenaran sehingga kalau itu yang ditawarkan akan menggugah hati masyarakat, tidak mungkin ada kebohongan dan manipulasi di dalamnya. Tapi begitulah, pada akhirnya banyak yang merasa kecewa karena tidak seperti yang diiklankan.

Sebagai catatan akhir, alangkah indahnya Islam yang mengiklankan kepada manusia tentang berbagai hal. Itu semua merupakan kepastian dan nyata adanya. Berbeda dengan iklan yang membawa-bawa nama Islam yang kebanyakan bisa di kata Pemberi Harapan Palsu (PHP). Wallahu a’lam bishawab!

*Pegawai Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah Kabupaten Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.