Senjakala Generasi Emas Barca dan Salah Paham Soal Messi

oleh

Oleh : Teuku Fadli*

Generasi pecinta bola saat ini, tumbuh dalam daya pukau generasi emas Barca sebagaimana generasi akhir 80-an sampai awal 90-an terpukau dengan AC Milan dengan dream teamnya.

Epos tentang generasi emas Barcelona diawali oleh kedatangan Ronaldinho ke tim ini, yang sebenarnya hanyalah pilihan terpaksa sebagai alternatif atas kegagalan presiden Barca terpilih memenuhi janji kampanyenya. Di mana dia berjanji kalau terpilih akan mendatangkan David Beckham. Tapi begitu dia terpilih, Beckham yang meninggalkan Manchester United malah memilih bergabung dengan Real Madrid dengan nilai transfer ‘hanya’ sebesar 25 Juta Euro saja. Sebuah nilai yang terbilang teramat sangat kecil untuk pemain sepopuler dirinya.

Tapi kemudian, sejarah mencatat. Justru pilihan terpaksa inilah yang menjadi awal kebangkitan Barcelona yang bertahun-tahun berada di bawah bayang-bayang Real Madrid.

Pada perkembangannya, selain Ronaldinho yang menjadi motor kebangkitan. Barcelona juga diperkuat oleh Puyol, Busquet, Xavi, Iniesta, Eto’o dan Messi. Bayangkan, dalam sebuah tim, ada 7 posisi yang diisi oleh 7 pemain dengan kemampuan bermain bola tingkat dewa. Ya TINGKAT DEWA.

Seumur-umur, saya belum pernah menyaksikan ada satu tim yang punya 7 posisi utamanya diisi oleh pemain level dewa. Bahkan, AC Milan dengan label Dream Team dulupun tidak sampai sebegitunya.

Ketika permainan Ronaldinho menurun dan Puyol memutuskan pensiun. Barca, yang tinggal memiliki Busquet, Xavi, Iniesta dan Messi. Ternyata masih memimpin dan mendominasi dunia sepak bola.

Pada titik inilah saya mulai memperhatikan kekuatan Barca secara mendalam.

Setelah piala dunia pertama yang diselenggarakan di Afrika yang dimenangkan oleh Iniesta itu (seharusnya balon d’or tahun itu juga jatuh ke tangannya) Saya mulai menyimpulkan dengan yakin bahwa kekuatan Barca ada pada 3 orang ini :

1. Busquet
Alasannya, karena dialah yang dengan indah mampu menyeimbangkan 2 tim Barca, yaitu tim menyerang dan tim bertahan. Sebab, dua kekuatan itu hanya bisa menghasilkan kekuatan dahsyat kalau dihubungkan oleh satu link yang sangat kuat dan “berpendidikan” tinggi. Di sini Busquet menjalankan peran itu dengan sangat baik.

Jadi, wahai adek-adek mualaf bola, fans Barca yang meremehkan Busquet. Tolong camkan, dialah tokoh utama tim menyerang dan tim bertahan Barca, sehingga mereka bisa memainkan Tiki Taka Ingat TOKOH UTAMA.

2. Xavi
Dia adalah otak tim menyerang Barca yang sangat jenius. Dia menggerakkan tim menyerang yang gila itu ke arah manapun yang dia suka dan sekejam apa yang dia mau.
Xavi ini jenius habis, JENIUS. Bahkan terkadang kadang dia main sampai deep lying mindfilder sebagaimana peran yang dimainkan Pirlo di AC Milan dan Juventus. Pendeknya, dia sangat JENIUS

3. Iniesta
Ini anak membuat tim menyerang generasi emas Barca menjadi sangat susah ditebak, eksplosif bertenaga dan sangat tak terduga.

Kalau anda tidak percaya, lihatlah Spanyol waktu juara dunia. Iniesta membuat lini depan tim ini yang didominasi oleh anggota tim menyerang Barca, sangat tajaammm sekali.

Lalu, karena saya hanya menyebut tiga nama itu. Muncullah pertanyaan atau mungkin lebih tepat disebut, tuduhan naïf dari para muallaf bola “BAPAK INI MELUPAKAN MESSI”

Lah MESSI…???
Jadi begini adek-adek sekalian.

Messi itu adalah Pieta
Dia adalah Monalisa
Dia adalah Stairway to Heaven
Dia adalah segala hal yang indah dalam sepakbola

Akan tetapi adik-adikku para muallaf bola.
Akan tetapi…
Saya sudah menegaskan ini berkali kali…sejak dulu.

Messi adalah produk
DIA ADALAH PRODUK
Messi bukan Michelangelo
Dia bukan Leonardo da Vinci
Dia bukan Led Zeppelin

Messi adalah karya seni
Bukan pembuat seni

Dia bukan MARADONA yang tak lain ADALAH PEMBUAT KARYA SENI SEKALIGUS KARYA SENI ITU SENDIRI.

Jadi berhentilah bermimpi bahwa Messi bisa seperti Maradona.

Contoh nyata, bagaimana Messi bukanlah creator, bisa kita lihat sekarang ini. Ketika Barca yang menghabiskan uang 16 triliun lebih (Ini adalah rekor belanja terbesar sepanjang sejarah. Tak ada klub lain di alam semesta yang sudah ada triliunan tahun ini pernah menghabiskan uang sebanyak itu untuk membeli pemain) tapi tidak mendapatkan satu pialapun.

Alih-alih tampil membawa Barca lebih baik. Dia minta tolong ke tim untuk lebih baik lagi. Messi malah melemahkan mental tim yang dikapteninya, dengan mengatakan dengan tim ini, di Liga Champions bisa saja mereka disingkirkan Napoli yang sebelumnya sudah mereka kalahkan di leg I.

MARADONA jelas tidak mungkin bicara seperti itu. MARADONA tidak pernah menuntut tim apalagi pemain lain untuk bermain lebih baik. MARADONA MEMBUAT TIM BERMAIN LEBIH BAIK.

Hal itu pula yang membuat Messi berbeda dengan Ronaldo.
Ronaldo tidak mengeluh di MU
Dia menikmati masa masa kehancuran beberapa waktu lalu Madrid dengan menjadi top skorer. Begitu pula di Juventus yang dia terima dengan segala kelemahannya.

Tapi, beruntung bagi Barcelona. Saat Xavi dan Iniesta melemah dan pergi. Madrid , musuh berbuyutannya sedang berada dalam masa transisi, sehingga Madrid tidak benar-benar mendominasi.

Tanda-tanda kehancuran Barcelona saat Xavi dan Iniesta melemah untuk kemudian hilang, sangat disadari oleh GUARDIOLA, pelatih tersukses mereka.

Karena itulah, ketika tanda-tanda melemahnya Xavi dan Iniesta sudah tampak sedemikian nyata. Guardiola langsung buru-buru pergi dan tak pernah berniat untuk kembali.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.