Oleh : Fifyn Srimulya Ningrum S.Psi*
Kasus Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) terus bertambah, khususnya di Provinsi Aceh dilaporkan bertambah sejak hari Senin, (27/7/2020).
Saat kasus COVID-19 dikabarkan melonjak, masih saja banyak masyarakat yang keras kepala untuk hidup normal tanpa memperdulikan protokol kesehatan, salah satunya masih banyak masyarakat yang enggan untuk memakai masker.
Memakai masker merupakan salah satu kewajiban ketika melakukan aktivitas di luar rumah untuk menekan penyebaran virus corona. Sebab tanpa vaksin atau obat-obatan, satu-satunya solusi yang kita miliki untuk menekan penyebaran covid-19 adalah memakai masker.
Sayangnya, tidak semua orang sepenuhnya sadar pentingnya penggunaan masker. Kontroversi penggunaan masker semakin gencar saat beberapa negara, khususnya Indonesia mulai melonggarkan aturan lockdown dan physical distancing.
Meski pada akhirnya pembatasan kembali diperketat akibat lonjakan kasus baru yang semakin meningkat.
Apalagi dikabarkan cukup banyak ditemukan pasien COVID-19 yang sama sekali tidak menunjukkan gejala. Hal ini seharusnya bisa membuat masyarakat sadar akan peluang terkena COVID-19 lebih besar, sehingga sadar akan pentingnya mulai respek untuk menggunakan masker dimulai dari diri sendiri.
Jika ditelisik dari sisi psikologi, ada alasan mengapa orang-orang enggan memakai masker atau meremehkan COVID-19. Padahal, di luar sana sudah banyak contoh nyata orang-orang yang meremehkannya dan kemudian malah terinfeksi COVID-19.
Belum Ada Orang di Sekitar yang Terinfeksi COVID-19
Gavan J. Fitzsimons, seorang profesor pemasaran dan psikologi di Duke University mengatakan bahwa dalam banyak kasus, mereka menyimpulkan bahwa berdasarkan penilaian terhadap situasi saat pandemi ini, mereka yang memutuskan untuk tidak memakai masker telah melakukan analisis manfaat bahwa menggunakan masker tidak sebanding dengan biayanya.
Pada umumnya masyarakat yang enggan memakai masker belum melihat teman atau anggota keluarga mereka terinfeksi COVID-19, bahkan mereka belum merasakan sendiri secara langsung menjadi pasien poitif. Alasan ini salah satu yang membuat mereka pun bersikap sepele dan sinis tentang pemakaian masker.
Kaum Muda Menganggap Bahwa COVID-19 Tidak Berbahaya
Kenyataannya, lebih banyak masyarakat yang lebih tua meninggal akibat COVID-19. Alhasil, kebanyakan individu yang lebih muda merasa lebih santai, enjoy, merasa aman dan berani untuk keluar di depan umum tanpa memakai masker.
Meskipun begitu, hal yang perlu diingat dan diketahui bagi orang muda, bahwa mereka bisa saja menjadi silent carrier yang bisa membahayakan orang-orang yang lebih tua yang tinggal dengannya dalam satu rumah.
Bagaimanapun, tetap ada kaum muda yang meninggal akibat COVID-19.
Masker dianggap Membuat Kurang Nyaman dan Tidak Efektif Saat Berkomunikasi Bagi Masyarakat
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa membaca emosi adalah bagian tak terpisahkan dari komunikasi antarpribadi, saat menggunakan masker, kita tidak bisa membaca ekspresi lawan bicara seperti biasanya. Dengan begitu kita tak bisa memahami keadaan dan pikiran orang tersebut apakah senang atau sedih.
Umumnya, karena kebiasaan (habbit) yang sudah bertahun -tahun sejak dilahirkan hingga sekarang beraktifitas tanpa menggunakan masker, inilah membuat masyarakat merasa kurang nyaman dan merasa tidak puas saat berkomunikasi menggunakan masker, sehingga ini yang menjadi salah satu alasan masyarakat enggan menggunakan masker.
Aturan Penggunaan Masker yang Tidak Konsisten
Awalnya, masker diutamakan untuk dipakai oleh mereka yang sedang sakit dan para petugas kesehatan yang berjuang di garis terdepan. Kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan aturan baru, yang mana setiap orang yang berada di tempat ramai wajib memakai masker, tak perlu masker medis, tetapi bisa diganti dengan menggunakan masker kain sesuai protokol kesehatan.
Para ilmuwan dan dokter menanggung sebagian besar kesalahan atas banyaknya masyarakat yang enggan memakai masker karena sejak awal informasinya yang diterima sangat simpang siur, hal tersebut yang disampaikan oleh Shane G. Owens, psikolog dan asisten direktur kesehatan mental kampus di Farmingdale State College (SUNY).
Masker dianggap Melanggar Kebebasan Pribadi dan Membuat Seseorang Tampak Lemah atau Tidak Maskulin
Penampilan dan citra tubuh saat mengenakan masker bisa menjadi masalah bagi sebagian orang. Para peneliti telah menemukan bahwa laki-laki lebih memilih untuk tidak memakai masker dan menganggap bahwa ini adalah hal yang memalukan, tanda kelemahan, dan tidak keren.
Selain itu, bagi sebahagian wanita mereka lebih nyaman saat wajah mereka terlihat secara keseluruhan, lengkap dengan riasan wajah. Mereka yang enggan menggunakan masker berdalih bahwa penggunaan masker melanggar kebebasan pribadi mereka, dan memutuskan untuk tidak menggunakan masker adalah hak pribadi mereka yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun.
Pejabat Publik Tidak Mencontohkannya
penting untuk memiliki pemimpin yang bisa menjadi panutan yang baik, yang tidak meremehkan pandemi ini dan melakukan aksi-aksi nyata untuk menekan penyebaran COVID-19 sehingga dapat menghentikan persebaran, dan tidak hanya fokus pada sisi ekonomi.
Bahkan ketika pejabat publik berusaha menggunakan masker, ini akan memberikan contoh yang baik dan mendorong masyarakat mau untuk menggunakan masker. Hal ini diharapkan, karena pada umumnya role model bagi masyarakat adalah pemimpin mereka.
David B. Abrams, seorang profesor ilmu sosial dan perilaku di School of Global Public Health di New York University mengatakan bahwa menonton atau melihat apa yang dilakukan orang lain adalah salah satu bentuk paling cepat belajar perilaku baru.
Mari kita saling mengingatkan dan jangan menghakimi. Cobalah untuk aware dengan lingkungan disekitar kita, mulai perubahan dari hal yang paling kecil terutama memulai dari diri kita sendiri. []