Oleh : Win Wan Nur*
“Kalau anda mau periksa, bukan periksa kepala saya, periksa sini (menunjuk ke punggung telapak tangannya) kenapa? Karena hand gun thermometer itu untuk memeriksa kabel panas”
“He he he”
“Lasernya dipakai untuk memeriksa kabel panas. Bukan untuk memeriksa temperatur manusia. Dan kita mau terimaaa…hue he he…dan mereka jual alat dengan mahal. Kebayang kan, bagaimana mereka jual alat dengan mahal, lalu kita kemudian kita dibodohi, kepala kita ditembak laser (sambil membuat gerakan jari dengan gestur menembak ke arah kening). Kita tidak tahu dampak kerusakan struktur otak…Kalau saya nggak mau”
Begitulah potongan singkat dari obrolan Helmy Yahya dengan intelektual fenomenal Dr. Iksanuddin Noorsy. Dalam kanal YouTube miliknya.
Untuk menarik minat orang untuk menonton videonya. Helmy Yahya memberi judul bombastis pada postingannya ini. ‘Obrolan Dengan Ichsanuddin Noorsy ini Paling Bergizi Selain Obrolan dengan Bossman Sontoloyo’.
Terbukti, judul bombastis ini sukses menarik minat orang untuk menonton video berdurasi sekitar 1 jam 3 menit yang tayang pada tanggal 13 Juli 2020 tersebut. Terakhir saya lihat, jumlah penonton video ini sudah lebih dari 700 ribu orang.
Hari ini ketika tulisan ini saya buat, versi asli video yang dimaksud, yang diunggah oleh Helmy Yahya sendiri, sudah tidak lagi bisa saya temukan. Video yang masih beredar, hanya potongan adegan yang saya tuliskan di atas yang dikutip oleh berbagai pihak.
Sekilas, tidak ada yang aneh apalagi menduga adanya potensi bahaya dari potongan wawancara di atas. Bahkan kita saksikan di video itu https://www.youtube.com/watch?v=POSFglgQVs8, mantan direktur TVRI ini tertawa-tawa dan ikut merasa konyol, mendengar apa yang disampaikan oleh sang doktor fenomenal ini.
Tapi apa yang terjadi kemudian, mungkin tidak pernah diduga oleh Helmy Yahya sendiri.
Video ini tiba-tiba muncul di mana-mana, di laman facebook, instagram dan grup-grup WA.
Dibombardir oleh informasi dari potongan video yang mendadak viral ini. Masyarakat tetiba resah . Di mana-mana orang menolak untuk diukur suhu tubuhnya dengan cara menembakkan thermo gun di depan kepala. Karena takut dengan kemungkinan bahaya yang digambarkan dengan sangat dramatis oleh Ikhsanuddin Noorsy.
Seorang pemilik warung, mengaku diserang emak-emak di Instagram, gara-garanya, sewaktu si emak-emak mengunjungi warungnya, dia memaksa mengecek menggunakan thermo gun.
Begitu besarnya dampak keresahan sosial akibat informasi yang muncul di kanal YouTube Helmy Yahya ini, membuat berbagai pihak yang berkompeten di bidang ini sangat terpukul, terutama para tenaga medis yang berjuang hidup mati untuk melawan serangan pandemi ini. Yang tidak sedikit bahkan sudah meregang nyawa akibat dedikasinya dalam menjalankan tugas untuk mengobati pasien yang terserang virus yang belum ada obatnya ini.
Sehingga, mulai dari dokter, direktur rumah sakit sampai juru bicara pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, terpaksa angkat bicara.
Tapi hasilnya, jauh dari menggembirakan. Sepertinya kebanyakan masyarakat lebih mempercayai ucapan seorang Ichsanuddin Noorsy, sosok populer yang dicitrakan sebagai orang hebat di televisi, dibandingkan para dokter yang berjuang bertaruh nyawa untuk mengatasi pandemi ini.
Ini bisa dimaklumi, karena sejak beberapa tahun yang lalu. Masyarakat memang sangat akrab dengan sosok Ichsanuddin Noorsy yang begitu sering tampil di televisi. Yang mencitrakan dirinya sebagai ahli dari segala ahli, dengan kompetensi utama sebagai ahli ekonomi.
Setelah merebaknya kehebohan ini dan daya rusaknya mulai terlihat nyata, tampaknya Helmy Yahya merasa tidak nyaman.
Entah karena takut reputasinya rusak, entah merasa bersalah, atau memang benar sebagaimana dia katakan di video klarifikasinya “Sebagai anak bangsa, memiliki tanggung jawab moral.” Helmy Yahya mengundang Dr. Ghufron Zaid Msc, Direktur Standar Nasional Satuan Ukur Termoelektrik dan Kimia. Untuk mengklarifikasi disinformasi yang dia sebarkan melalui ke-sok tahuan Ichsanuddin Noorsy.
Di video yang berdurasi 22,02 menit ini, Dr. Ghufron Zaid Msc mengupas secara jelas, komprehensif dan tuntas, semua kesesatan informasi yang disampaikan Ikhsanuddin Noorsy.
Tapi, sebagaimana yang umum terjadi. Video klarifikasi ini, tak cukup menarik perhatian orang dibandingkan informasi sesat yang disampaikan sebelumnya.
Sampai, tulisan ini dibuat. Video klarifikasi ini “baru” ditonton oleh 100,686 orang saja. Bandingkan dengan video sebelumnya yang ditonton lebih dari 700 ribu orang, tanpa kita menghitung potongan video itu yang disebar orang lewat instagram, WA dan Facebook.
Jadi, tak heran, meskipun Helmy Yahya sudah membuat video klarifikasi. Kerusakan akibat disinformasi yang dia sebarkan, tidak serta merta bisa diperbaiki.
Apa yang terjadi pasca video wawancara yang disebarkan Helmy Yahya ini, mengingatkan saya pada cerita dalam buku anak-anak. Buku yang sering saya bacakan untuk anak saya menjelang tidur.
Buku itu berjudul “Mr. Peabody’s Apples”, sebuah buku cerita bergambar yang dikarang oleh Madonna, ya Madonna yang penyanyi terkenal itu.
Menurut Madonna, cerita ini dia tulis berdasarkan inspirasi yang dia dapat dari cerita kuno berusia 300 tahun yang dia dengar dari Rabbi Baal Shem Tov, guru Kabbalah (Semacam aliran sufi dalam agama Yahudi)-nya.
Dalam buku yang dirilis pada 10 November 2003, oleh Callaway Arts & Entertainment ini. Madonna bercerita tentang seorang Guru sejarah bernama Mr. Peabody, yang tinggal di kota Happyville.
Setiap sabtu sore, Mr. Peabody mengadakan pertandingan bisbol yang mempertandingkan murid-murid sekolahnya dengan sekolah-sekolah lain. Pertandingan ini sangat menarik minat warga kota kecil ini dan menjadi semacam hiburan rutin bagi mereka.
Selesai pertandingan, Mr. Peabody selalu membersihkan lapangan, dibantu oleh seorang muridnya yang bernama Billy Little.
Ketika lapangan sudah bersih, Mr. Peabody pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalan utama kota Happville.
Dalam perjalanan pulang itu, rutinitas lain dari Mr. Peabody adalah mengambil apel dari toko Mr. Funkadeli. Mr. Peabody selalu memilih apel yang paling mengkilat, lalu memasukkannya ke dalam sakunya.
Suatu hari, seorang muridnya yang bernama Tommy Tittlebottom melihat Mr. Peabody melakukan rutinitas hari sabtunya ini. Melihat Mr. Peabody mengambil apel tanpa membayar. Tommy menyangka, gurunya mencuri apel dari toko Mr. Funkadeli.
Kemudian, dengan penuh keyakinan, Tommy Tittlebottom memberi tahu teman-temannya, kemudian informasi ini juga sampai kepada orangtuanya dan orangtua siswa lainnya.
Alhasil, sabtu berikutnya, tak ada anak yang hadir ke lapangan. Para orangtua juga tak ada yang datang menonton pertandingan yang dia adakan. Mr. Peabody pun kebingungan. “Ada apa ini, pikirnya”
Di tengah kebingungannya, Billy Little datang menghampiri. Dengan takut-takut dia menceritakan apa yang terjadi.
Mr. Peabody menarik nafas panjang, kemudian mengajak Billy Little menemui Mr. Funkadeli dan mendengar sendiri dari pemilik toko itu kalau Mr. Peabody sudah membayar apel yang dia ambil selesai pertandingan, di setiap Sabtu pagi ketika dia mengambil susu.
Mengetahui itu, Billy Little segera mencari Tommy. Setelah mengetahui fakta yang sebenarnya, Tommy pun merasa sangat bersalah dan segera menemui Mr. Peabody untuk meminta maaf.
Tentu saja, Mr. Peabody memaafkan muridnya itu. Tapi sebelumnya, sang guru menyuruh muridnya ini mengambil bantal bulu ke rumahnya. Lalu, kemudian dia mengajak Tommy Tittlebottom naik ke bangku paling atas stadion saat angin sedang berhembus.
Kemudian dia menyuruh Tommy untuk membelah bantalnya, dan tak ayal bulu-bulu dari dalamnya keluar dan berterbangan ke segala penjuru.
“Sekarang, silahkan kamu kutip semua bulu itu dan masukkan kembali ke bantal ini,” kata Mr. Peabody ketika isi bantal itu sudah kosong.
Tommy memandangnya dengan masygul “ Mana mungkin saya bisa mengumpulkan, semua bulu yang sudah berterbangan ke mana-mana pak,” protesnya.
“Begitu juga dengan cerita tentang saya mencuri apel yang kamu sebarkan. Kamu tidak mungkin lagi menariknya dari semua orang yang sudah mempercayainya.” Ujar Mr. Peabody.
Apa yang dilakukan Tommy Tittlebottom ini, persis seperti apa yang dilakukan Helmy Yahya. Kerusakan sudah terjadi. Bulu-bulu dari bantal yang dia belah sudah bertebaran ke mana-mana. Helmy, tak mungkin lagi mengutipnya satu persatu dan memasukkannya kembali ke dalam kantongnya.
Karena itu, saya pikir bukan hanya dalam ajaran Yahudi. Dalam Islam pun kita sangat dilarang keras secara serampangan menyampaikan kabar yang belum jelas kebenarannya. Karena kalau itu sampai itu menimbulkan kerusakan. Kita akan menanggung dosa jariyah.
Begitu kerasnya Islam tentang hal ini, sebagaimana dulu saya ingat disampaikan oleh guru ngaji saya. Bahkan di dalam Al Qur’an sendiri dengan tegas dikatakan “Jika datang seorang fasik kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya (klarifikasi dan verifikasi), agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Dan sebagaimana dikatakan oleh Helmy Yahya sendiri di kanal YouTube-nya, 3 bulan yang lalu. Pada postingan yang dia beri judul “Mulutmu, Harimaumu.” Yang dia publikasikan, jauh sebelum wawancarannya dengan Ikhsanuddin Noorsy yang menghebohkan itu.
“Republik ini sudah belajar banyak, dari orang-orang yang salah ngomong. Pikirkan dulu sebelum bicara. Mulutmu adalah harimaumu”
Sekali lagi, Helmy Yahya memberi kita pelajaran mengharga.
Bahwa ternyata, menasehati orang lain, jauh lebih mudah daripada menerapkan nasehat itu pada diri kita sendiri. []