[Bag. 2] Bidadari Terakhir

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Saya telah banyak makan asam garam kehidupan soal jodoh. Kegagalan saya, salah mengartikan pepatah Yunani, “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama.”

Pengalaman saya tentang memilih pasangan hidup sudah tergolong sistematis, terstruktur dan masif. Saya sudah berdiskusi dengan para datok dan raja Brunei Darussalam yang hobby mengkaji soal karakter pendamping hidup dari sisi bentuk kakinya.

Setelah saya renungkan, ternyata perintah Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59; hendaknya para wanita mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, bukan semata-mata tentang menutup aurat, tetapi lebih dari itu, untuk menutupi sisi kelemahannya.

Rahasianya akan terungkap dari segi bentuk kakinya. Sehingga kita dengan mudah tahu dari karakter sampai kepada “rasanya”. Ini masuk pertengahan antara ilmu alam dan ilmu sosial; khususnya ilmu biologi dan ilmu psikologi.

Pertama, bentuk kaki merpati akan berasa “tanduk” dan karakternya pandai menjaga perasaan suaminya kelak dan selama berumah tangga tetap menjaga agar tidak ada ketersinggungan yang menyebabkan retaknya hubungan suami istri.

Tutur kata yang keluar dari mulutnya tertata dengan bahasa yang santun dan lembut terdengar di telinga suaminya. Di sanalah sang suami merasakan, “Tetapnya lelaki karena perempuan.”

Tidak hanya sifat terpuji yang terhimpun pada dirinya “kaki merpati” sudah dipastikan dialah bidadari yang diturunkan ke dunia yang digambarkan; warna kulitnya yang kuning langsat itulah memantulkan dan menghasilkan cahaya berwarna lembayung di ufuk barat pada sore hari dan pelangi adalah kilau selendang bidadari yang warna warni.

Kedua, orang dengan model kaki “burung roak” rasanya seperti “bambu” yang karakternya tidak pernah berfikir mengeluarkan kata-kata dengan tidak mempertimbangkan perasaan suaminya. Orang “kaki roak” berusaha dengan ucapannya agar selalu menyakiti hati suaminya.

Ketiga, orang dengan bentuk “kaki bebek” berasa seperti “buah labu” dan sifatnya memang setia, tetapi semua pekerjaannya harus dipuji, kalau tidak mereka akan merajuk. “Si kaki bebek” ini rasa curiganya atau suudzonnya tinggi dan sering merajuk.

Saya berbagi ilmu pengetahuan ini “dalam hukum”. Begitulah pentingnya menjaga rahasia “anatomi tubuhnya” agar para wanita membungkus dirinya baik-baik dengan mengulurkan jilbabnya.

(Mendale, Ahad, 26 Juli 2020)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.