Oleh : Teuku Fadli*
Bagi sementara kalangan, terutama di kalangan kaum muallaf bola. “Latino,” “Total Football,” “Positioning Football” dan “Tiki Taka,” adalah hal yang sama, padahal keempatnya adalah entitas yang berbeda.
Dalam pandangan kalangan ini, generasi emas Barca yang hadir di era 10 tahun belakangan ini sering dikatakan sebagai tim tim yang memeragakan permainan sepakbola terbaik dan paling enak ditonton.
Tapi dalam pandangan saya, memeragakan permainan sepakbola terbaik dan memainkan sepakola terbaik adalah dua hal yang berbeda.
Barcelona era ini bermain dengan pola yang dikenal dengan nama TIKI TAKA
Lalu…..
Beberapa pengamat mulai menggila, menghubungkan TIKI TAKA ini dengan TOTAL FOOTBAL-NYA Belanda Johan Cruiyf, ketika dia masih bermain (bukan saat dia menjadi pelatih) saya tidak menyebut ini sebagai Total football-nya Rinus Michels.
Kalau ini diibaratkan komik silat, dengan adanya Tiki Taka, seolah mereka menemukan kembali kitab “ajian serat jiwa” yang telah lama hilang atau kalau dalam versi legenda bangsa Keltik, menemukan kembali pedang Merlin.
He he he
Sebegitunya mereka ingin mem-blow up Barca yang itu. Lalu tidak cukup sampai di sana, mereka melangkah semakin jauh dan berani, mengatakan TIKI TAKA itu sehebat jiwa LATINO…. eits…. Tunggu dulu kawan ! Sampai di sini anda sudah benar-benar kelewatan.
Kenapa saya katakana kelewatan?
Mari kita lihat secara singkat.
Ide LATINO, ide TOOTAL FOOTBAL, ide POSITIONING FOOTBALL dan TIKI TAKA.
Tiki Taka menurut pengamatan saya, baru hadir pada era Xavi Hernandez “memimpin” Barca. Bukan masa ketika Ronaldinho Gaucho dan Deco menjadi inspirasi permainan Barca.
Jadi, terangnya begini. TIKI TAKA adalah cara bermain bola dengan memposisikan bola secara kuat untuk supaya tetap berada dalam kontrol tim agar lawan hanya mampu menerima sedikit sekali bola. Dengan maksud meminimalisir ancaman lawan dan MEMPERBESAR PELUANG mencetak gol.
Ide dari tiki taka sebenarnya sangat membosankan. Inti dari permainan ini adalah: Tim yang memainkan pola ini sebenarnya hanya menunggu dengan lambat sekali untuk dapat menemukan celah kelemahan tim lawan. Tapi utk menutupi perlambatan bola tersebut, mereka bermain satu dua sentuhan. Ingat itu !
Untuk menutupi PERLAMBATAN ALIRAN PERMAINAN, supaya mereka mempunyai kesempatan mengintip celah dari tim lawan, Xavi membuat skema ini begitu baik.
Berkat Xavi, Barca tak terlihat seperti tim medioker yang terlalu lama menyerang tanpa benar-benar menciptakan peluang. Xavi meminta dan mengalirkan bola setiap saat dia bisa dan membuat pemain lain ikut menikmati itu. Di sisi lain, pelatih menyusun posisi pemain agar mereka dapat selalu menerima bola. Dan ini terskema dgn baik.
Tiki Taka ini menjadi berbahaya karena keberadaan Iniesta dan Messi. Dan ini adalah tahap lanjutan dari Tiki Taka. “Menghukum kesalahan dan rasa kagum lawan”
Tugas Messi dan Iniesta dan pemain di area depan adalah menghukum kekaguman lawan itu.
Tak dipungkiri di tengah kebosanan dunia sepakbola dan over promosi gila-gilaan terhadap English Premier League (EPL,) padahal tim-tim di liga ini memerakagan permainan yang bisa dikatakan “biasa saja” cuma modal “meh moh” dalam lapangan. Lalu tiba tiba muncullah Barca yang membuat kita terkejut meilihat mereka bermain bola dari kaki ke kaki dengan sangat sempurna.
Disinilah lawan dibuat KAGUM, TAKUT dan BERGETAR KAKI KAKI mereka. Lalu, setelah lawan terhipnotis dalam kekaguman, Iniesta dengan ketajaman visinya masuk merengsek ke dalam pertahanan lawan dan GOL tiba tiba saja sudah TERCIPTA.
Lalu MESSI mendapatkan “airnya” dia melakukan gerakan gerakan indah luar biasa untuk menghancurkan kenikmatan menonton langsung dalam lapangan dari permainan tiki taka.
Tahap selanjutnya, “KETIKA KEHILANGAN BOLA” lihatlah bagaimana pemain Barca melakukan presing di saat itu juga. Kalau dengan pressing, bola tidak berhasil dapat juga, maka mereka segera melakukan plan B dalam bentuk diving dan drama untuk mempengaruhi wasit.
Padahal pada hakikatnya, Barca takut, TAKUT SEKALI lawan sadar dari mimpi indahnya bermain melawan Barca. Kalau dilihat, ditilik dan diteliti.
TIKI TAKA hampir mirip dengan POSITIONING FOOTBALL-nya van Gaal ketika dirinya menahkodai Timnas Belanda yang diisi dengan pemain-pemain seperti Kluivert, Bogarde, Cocu, si kembar de Boer, Reiziger, Zenden dan Edgar Davis. “Der Oranje “ di bawah van Gaal punya ide yang sama dengan tiki taka tapi agak lebih nge-ROCK.
Mereka bahkan mampu memeragakan TIKI TAKA di daerah permainan lawan hampir sepanjang pertandingan (Vs irlandia kalo ngak salah di play off piala dunia sekitar tahun 95)
Mereka juga amat sukses. Ide mereka KUASAI BOLA SEPENUHNYA bergeraklah di posisi posisi yg sudah diskemakan dan hukum ketakutan lawan.
Tentu hukuman ini datang dari Kluivert dan Davis (epic sekali si kriwil ini memecah kebuntuan para penyerang Belanda)
Kekurangan Belanda versi van Gaal ini adalah, mereka tidak memiliki Iniesta dan Messi
Tapi kalau dilihat dari segi skema, mereka jauh lebih banyak mengancam gawang lawan dibandingkan Barcelona yang memainkan Tiki taka.
Lalu bagaimana dengan TOTAL FOOTBALL- nya Johann Cruijff?
Saya melakukan beberapa riset tentang ini dengan menonton beberapa pertandingan dan mengulik kisah di baliknya.
Tapi sebelumnya, mari kita TEGASKAN ini bukan era para fans boy. Ini era hippies, era kedamaian. Ini adalah era musik sederhana dan marijuana murahan. Era kebahagiaan sesuka-suka pribadi mereka yang menikmatinya.
Pada era inilah Orange melahirkan seorang pemimpin bernama Cruijff. Dia memiliki visi cemerlang. Di kakinya, TOTALFOOTBALL dimainkan dengan ide “Mari kita bermain bola, ayo kita getarkan mereka”
Lalu atas dasar ide ini, semua anggota tim bermain bola, dengan pola yang kadang saya lihat berbeda dengan yang selama ini banyak dipromosikan yait”SEMUA MENYERANG SEMUA BERTAHAN”
Aslinya tidak benar-benar seperti itu, tapi yang jelas “SEMUA BERMAIN BOLA”
Cruijff sendiri bukanlah seorang pemain yang eksplosif, dia sangat tenang dan mampu membaca apa yang dibutuhkan tim.
Dan di samping Cruijff, tim ini punya seorang “perusak” yang juga bernamanya Johann … Ya Johann Neeskens.
Johann yang ini kerjanya menusuk-nusuk menyusahkan lawan (mengingatkan saya pada sosok Ngoh Lem di Persiraja). Karena semua punya ide bermain bola bersama, jadilah tim ini sangat tangguh seolah tak punya celah dan seolah mampu menyerang setiap saat (Ya kesenangan orang Eropa lah… kaku juga)
Lalu apa itu LATINO?
Ini adalah level yang berbeda dengan Tiki taka. Latino ini kalau kita ibaratkan dalam komik Tiger Wong, ini adalah ilmu 9 matahari.
Selain ilmu ini, memang masih ada ilmu dahsyat lainnya seperti “baju besi emas” dan “tangan tengkorak” tapi semua ilmu itu derajatnya di bawah ilmu 9 matahari.
Nah, kebanyakan Tim Amerika Latin memainkan pola ini.
Kalau kita bertanya pada orang Amerika Latin, apa itu SEPAK BOLA?
Mereka akan menjawab, SEPAKBOLA adalah kesengan tanpa modal yang menjadi tempat pelarian himpitan ekonomi dan tekanan kartel narkoba sekaligus cita-cita menjadi orang Eropa.
Dengan persepsi atas sepakbola yang seperti ini, para Latino bermain dengan hati berbung- bunga dengan imajinasi yang indah.
Maka lahirlah Ronaldinho, Kaka, Riquelme, Redondo, Batistuta, Aimar, Dybala bahkan YANG MULIA sang DIEGO ARMANDO MARADONA.
Pendeknya, Latino adalah keindahan tanpa aturan, dimana skema permainan lahir di dalam dan jalannya pertandingan mengalir tergantung pada imajinasi si pemain.
Mereka tidak terduga, lihatlah, bagaimana pemain Milan bisa menduga back heel Redondo mengecoh pertahanannya sehingga membuahkan gol.
Bagaimana David Seaman, kiper inggris bisa menduga Ronaldinho mengirim tendangan bebas jauh yang melambung yang kipernya bahkan tak mampu menduga bahwa Dinho tahu sisi mana yang tak terjangkau olehnya.
Dan bukti paling sahih dan nyata adalah BAGAIMANA DUNIA TAHU KALAU SANG DIEGO MENGECOH SETENGAH PEMAIN INGGRIS DI EVENT PIALA DUNIA juga BAGAIMANA DUNIA SEPAK BOLA TAHU SANG DIEGO MENCEPLOSKAN BOLA DENGAN TANGANNYA?
IT’S LATINO FOR YOU kawan-kawan.
Mereka para Latino memainkan permainan satu dua. Tapi permainan satu dua ini mereka ciptakan dalam permainan untak mengecoh lawan dan menghibur penonton bukan, permainan satu dua yang diskemakan.
Ini yang membedakannya secara mencolok dengan TIKI TAKA yang memainkan permainan satu dua ketika meraka tak tahu lagi harus mengalirkan bola kemana dan mandeg di depan.
Walaupun dengan kulaitas super pemainnya, mereka mampu juga sekali-kali berbuat satu dua seperti Latino, tapi jelas Latino tidak bisa disandingkan dengan skema TIKI TAKA.
LATINO adalah gairah murni bersepak bola.
Mereka bisa kalah, iya. Mereka bisa menangis? Iya.
Tapi Para LATINO bersenang-senang di dalam lapangan, membuat kita juga ikut bersenang-senang. Itulah SEPAK BOLA di hati saya.
Tulisan ini saya turunkan seturut dengan akan berakhirnya era Generasi emas Barca yang menciptakan POLA TIKI TAKA.
Editor : Win Wan Nur