Kualitas Diri

oleh
jamhuri

Oleh : Jamhuri Ungel, MA*

Ketika seseorang melihat buah dan ingin mengetahui rasanya maka tidaklah susah hanya cukup dengan melihat bentuk dan warna kulitnya saja, tidak perlu memegang apalagi menekannya.

Namun sering kita lihat orang-orang yang berbelanja buah, semua buah dia pegang dan dia tekan demikian juga dengan orang yang datang sesudahnya, akhirnya buah yang dijual sepertiganya tidak bisa digunakan lagi.

Karena itulah si penjual menghitung total harga dari buah yang dijual menjadi jauh lebih mahal dari harga sebenarnya. Rusaknya barang sehingga membuat harga menjadi mahal dikarenakan ketidak tahuan pembeli terhadap barang yang dipilih.

Kita masih ingat ketika dahulu masih hidup di kebun dan ada juga kawan-kawan kita masih bersahabat dengan kebun. Pada saat itu ketika kita memanjat pohon jeruk, kita tidak pernah menekan buah yang mau kita ambil, ketika kita mau mengambil buah jambu kelutuk (gelime) kita tidak pernah menekannya demikian juga ketika kita mengambil buah lain.

Lalu pertanyaannya tentu…kenapa ?, tidak lain adalah karena kita perlu mengambil rasa dari muah tersebut, dan rasa bisa didapat dengan tidak harus menyentuh.

Dahulu tidak banyak media dalam masyarakat kita sehingga kita tidak banyak tau tentang kualitas diri seseorang, orang yang berkualitas dari sisi ilmu adalah mereka yang terjun dalam bidang pendidikan, seperti guru sekolah dan guru mengaji, karena kualitasnya maka mereka menjadi orang yang selalu menjadi khatib untuk shalat jum’at dan dua hari raya, mengisi ceramah-ceramah dalam momen keagamaan dan menjadi tokoh dalam masyarakat dalam bidang adat.

Orang yang seperti disebutkan tidak banyak dalam masyarakat, sehingga tidak pernah terjadi khilafiyah dalam masyarakat.

Ketokohan yang dimiliki seseorang dalam masyarakat tidak hanya bisa dilihat dari pekerjaan dan keilmuan yang dimiliki tetapi juga dari kuantitas ekonomi yang dia punya. Ini bisa dilihat di lingkungan kita masing-masing.

Tokoh yang ada dalam masyarakat ekonominya lebih bagus, mereka menjadi orang pertama yang melaksanakan ibadah haji, mempunyai rumah yang lebih bagus dari anggota masyarakat yang lain, lebih awal mempunyai kendaraan, dan lebih banyak membantu masyarakat, ketokohan yang mencerminkan kualitas diri mereka lebih terjaga.

Pemahaman terhadap kualitas diri mulai berubah ketika di dalam masyarakat dipisahkan antara ketokohan bidang agama, bidang adat, pemerintahan sampai kepada kepemilikan harta.

Di sini mulai muncul pemilahan bahwa kalau orang yang memiliki kualitas diri dan menjadi tokoh adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan berpenampilan bagaimana layaknya tokoh agama dalam pandangan masyarakat, yaitu : Menjawab permasalahan agama kalau ada yang bertanya, menjelaskan agama dalam sebuah mimbar, menjawab permasalahan kemasyarakat, dan berpenampilan sederhana.

Sedangkan ketokohan dalam bidang adat yang pada awalnya melekat pada ketokohan agama (edet urum agama lagu senuen urum peger) mulai juga dipisahkan atau setidaknya ketokohan adat hanya perperan dalam acara-acara srimonial adat.

Demikian juga dengan mereka yang memiliki harta yang dulu juga melekat pada diri ketokohan, kini malah dianggap sebagai lawan lawan dari ketokohan seseorang.

Penilaian seperti yang disebutkan di atas kini berubah, tidak lagi cukup dengan melihat dan merasa suatu barang atau itu berkualitas atau tidak. Demikian juga ketokohan seseorang, tidak lagi memadai dengan profesi sebagai guru, sebagai khatib atau penceramah dan tokoh adat apalagi ukuran yang bersifat finansial, tidak lagi cukup dengan diamnya ulama sebagai bukti tingginya ilmu, menjawab pertanyaan kalau ada yang bertanya atau yang lainnya.

Tetapi untuk melihat kualitas diri seseorang sekarang apakah dia mampu menggunakan media dalam menyampaikan ilmu, memberi ilmu atau solusi walaupun tidak diminta, terlebih lagi seseorang akan dijadikan tokoh apabila mempunyai orientasi ke depan. Ini tentu sangat berhubungan dengan bacaan-bacaan atau juga kepedulian diri terhadap apa yang sedang terjadi saat ini. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.