Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*
Ungkapan mimpi di siang bolong merupakan pernyataan terhadap angan-angan yang tidak mungkin diraih, karena semua orang percaya kalau mimpi itu seharusnya terjadi pada malam hari pada saat tidur, dan kalaupun mimpi itu juga ada orang sering menyebutnya dengan bunga tidur, artinya mimpi itu tidak pasti walaupun mimpi itu terjadi pada tidur malam, apalagi lagi bila mimpi itu terjadi di siang hari maka lebih tidak mungkin lagi.
Ketika semua orang seharusnya berusaha mencari kehidupan di siang hari tetapi ada orang bermimpi menjadi orang yang hidupnya kaya atau bahagia melebihi kemampuan dirinya dan melampaui orang lain, maka itu tidak akan mungkin dan inilah yan disebut dengan mimpi di siang bolong.
Untuk itu Allah telah memberi isyarat :
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya (Q.S. Al-qashash : 73) .
Ayat ini menunjuki kita untuk bekerja pada jam kerja dan beristirahat pada jam istirahat, karena bila kita bekerja pada saat istirahat dan istirahat pada jam kerja maka kita sama dengan menghayal atau akan hidup dalam angan-angan atau mimpi.
Karena itu bermimpilah ketika sedang bekerjan sehingga melahirkan kesungguhan dalam bekerja dan mimpikanlah pekerjaan yang sedang dikerjakan sehingga akan melahirkan inovasi. Jangan pernah tidak bekerja lalu mimpi bekerja dan berhayal akan keberhasilan niscaya akan berakhir dengan kehampaan dan kekecewaan.
Hal seperti itu tidak hanya bisa kita lakukan kepada diri kita sendiri tetapi juga bisa kita lakukan kepada orang lain. Seseorang akan dijadikan sebagai orang yang selalu dalam harapan yang harapannya sama dengan mimpi yang tidak akan pernah pasti, karena kenikmatan dalam harapan biasa melebihi kenikmatan dalam realita, sehingga mereka yang terperangkap dalam mimpi tidak hanya kepada mereka yang bodoh tidak punya ilmu tetapi juga kepada mereka yang berilmu dan hidup dalam kecukupan.
Di samping memberikan mimpi pada orang lain, dalam kehidupan manusia sering ada orang yang menggantungkan mimpinya pada orang lain, yang jelas mereka yang diberi mimpi dan orang yang menggantungkan mimpinya pada orang lain mempunyai setrata kehidupan lebih rendah, dan mereka yang memberi mimpi dan yang digantungkan mimpi kepanya mempunyai strata lebih tinggi.
Kebanyakan mereka yang menggantungkan diri kepada orang dikarenakan ketidak percayaan kepada kemampuan diri atau juga dikarenakan keputus asaan dalam usaha mencapai apa yang mereka inginkan.
Mungkin perlu pemahaman antara meminta pertolongan kepada orang lain dengan makna menggantungkan diri pada orang lain. Makna minta pertolongan adalah meminta pemenuhan kebutuhan atau pemenuhan kehendak kepada mereka yang dapat dipastikan mampu memenuhi kebutuhan atau kehendak yang meminta bantuan.
Dan tidak akan memberikan harapan yang dijadikan sebagai mimpi yang tidak pasti. Kemudian ketika pemenuhan kebutuhan yang dilandasi pertolongan maka dipastikan penerima pertolongan mampu membayar dan kalaupun tidak memerlukan penggantian maka penolong merasa rela dan ikhlas terhadap pertolongannya. Sebaliknya kepada mereka yang menggantungkan diri dengan mimpi akan melahirkan kekecewaan dan kalaupun mimpi itu tercapai maka akan melahirkan ketidak ikhlasan pemberi mimpi.
Dalam realita kekinian banyak mereka yang bermimpi dan menggantungkannya pada orang lain, dengan harapan satu saat mimpinya akan tercapai padahal kalau dia merenung sebenarnya mimpinya adalah mimpi ketika tidak waktunya tidur. Seperti mereka (si A) yang diiming-imingkan akan diberikan jabatan (oleh si B) apabila satu saat si B mendapat kedudukan.
Ini bisa dikatakan dengan mimpi di siang bolong, karena si pemberi janji telah memberikan janji diluar kemampuannya untuk berjanji, yakni memberi keyakinan kepada orang dengan ketidak pastian, demikian juga dengan mereka yang dijanjikan menerima sesuatu yang menurut taqdirnya belum pasti. Tapi karena harapannya terlalu besar dia juga rela melakukan apa yang dihendaki pemberi mimpi.
Lalu kita bisa melihat seberapa banyakkah mereka yang sedang mimpi di siang di siang hari, sehingga hidupnya tidak bisa bebas karena terus dan terus berharap tercapainya mimpi, dan juga berapa banyak pemberi mimpi yang selalu akan ditagih sehingga apa yang didapat selalu harus memenuhi mimpi orang lain. []