Oleh : Dr. Hamdan, MA*
Sudah menjadi sunatullah bahwa manusia harus hidup berdampingan dengan alam baik dari jenis hayati atau hidup maupun yang mati, oleh sebab itulah Allah yang menciptakan alam semest memerintahkan agar kita senantiasa memelihara alam dengan segala isinya. Sebab dengan keberadaan nya merupakan salah satu yang disiapkan oleh pencipta untuk kelanggengan dan kemaslahatan hidup manusia itu sendiri.
Diantaranya yang keberadaannya sangat dekat dengan kehidupan manusia adalah burung. Burung memiliki spesies yang lebih dari 10 ribu, burung adalah satwa yang sangat dekat keberadaannya dengan manusia bahkan terkadang manusia lebih membutuhkan satwa burung dari pada hewan tersebut membutuhkan keberadaan kita.
Begitu banyak diantara kita yang gemar memelihara burung baik karena terkesima dengan keindahan bulu maupun suaranya. Bahkan terkadang tingginya harga yang cukup fantastis tak menjadi persoalan.
Kedekatan dan kebutuhan manusia terhadap burung salah satunya dapat dilihat pada burung merpati yang kita kenal dengan burung dara. Sejak dahulu burung merpati ini banyak yang dilatih dan dididik sehingga burung ini mampu mengantar surat hingga jarak yang cukup jauh sekalipun.
Fungsi keberadaan burung di alam sangatlah urgen bagi manusia, selain sebagai salah satu sumber protein yang sangat penting bagi manusia juga merupakan juga sumber rezekibagi sebagian kita.
Kotorannya dapat dijadikan sebagai sumber pupuk bagi tumbuh-tumbuhan disebabkan kotoranya banyak mengandung zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu burung juga membantu dalam penyerbukan bunga, penyebaran bibit tanaman, dan fungsi serta peranan lainnya bagi kehidupan manusia.
Dalam Al-quran Allah menjelaskan keberdaan burung, meskipun burung bukanlah makhluk yang berakal namun burung memiliki tatanan hidup yang banyak dijadikan inspirasi dan hikmah bagi manusia.
Burung hidup berkelompok sebagaimana ummat juga berkelompok dan berbangsa. Selanjutnya dalam surah al-mulk ayat: 11 dijelaskan bahwa Allah begitu hebat mengajarkan terbang kepada burung dan dari sinilah manusia mencontohnya dan digunakan dalam ilmu penerbangan.
Dalam al-Quran Allah menyebutkan empat jenis burung dalam hubungannya dengan manusia. Pertama dalam Q.S. al-Fiil ayat 1-5 Allah menyebut ‘’Burung Ababil”, dalam surah tersebut Allah menyebutkan kisah pasukan gajah yaitu tentara Abrahah dari Yaman yang ingin menghancurkan ka’bah disebabkan keinginan Abrahah agar tidak ada lagi rumah ibadah yang dikunjungi oleh orang keceuali rumah ibadah yang dibuatnya.
Namun Allah tidak merestui perbuatannya tersebut sehingga Allah mengirim sekumpulan burung dengan membawa batu yang panas menghancurkan mereka. Pada dasarnya burung ababil bukanlah nama spesies burung.
Ini disebabkan kata-kata Ababil artinya berbondong-bondong, karena burung yang datang menghancurkan pasukan Abrahah tersebut sangat banyaknya.
Kedua, “Burung Gagak, ini tercantum dalam surah al-Maidah: 31, burung ini dalam bahasa al-Qurannya adalah ’’Ghurab’’. Burung ini diceritakan Allah dalam konteks hubungan dengan manusia terutama putra nabi Adam yang bernama Qabil, dimana disebabkan oleh perasaan dengki yang dimilikinya terhadap saudaranya yang bernaa Habil.
Kemudian Qabil membunuh Habil, hingga terjadilah pembunuhan pertama dalam sejarah kehidupan manusia. Qabil yang saat itu kebingungan ketika melihat mayat saudaranya tersebut, lalu Allah mengutus burung gagak dimana burung tersebut menggali-gali tanah dengan cakarnya sehingga Qabil mendapatkan inspirasi bagaimana cara menguburkan mayat Habil.
Ketiga, “Burung Hud-Hud”. Burung ini Allah sebutkan dalam Q.S.an Naml: 22-23, burung ini merupakan burung yang menjadi tentaranya Nabi Sulaiman as, dimana dalam al-Quran dijelaskan ketika Nabi Sulaiman as mengumpulkan tentaranya.
Namun beliau tidak melihat keberadaan sang burung, seketika itu Nabi Sulaiman as mengatakan bahwa jika sang Hud Hud tidak menjelaskan alasan ketidak hadirannya dengan maka akan dihukum dengan hukuman yang berat.
Dan ketika sang Hud-Hud hadir kehadapan Nabi Sulaiman as burung tersebut menjelaskan alasan bahwa ketidak hadirannya adalah disebabkan memasuki suatu negeri (Saba) dimana dikatakan sang burung negeri tersebut dikuasai oleh seorang wanita yang rakyatnya menyembah matahari, Nabi Sulaiman as menerima alasan yang diajukan oleh sang burung yang kemudian ditugaskan kembali oleh sang nabi untuk mengantarkan surat kepada bangsa tersebut.
Keempat, “Salwa”, kendatipun Salwa dalam al-quran tidak digandengkan dengan kata-kata burung, namun Salwa ini adalah satu jenis burung. Burung ini disebutkan Allah dalam al-Quran terutama ketika Allah menyebutkanya sebagai salah satu nikmat yang diberikan kepada pengikut nabi Musa as.
Salwa yang sering disebutkan orang sebagai burung puyuh, merupakan nikmat makanan yang besar dari Allah kepada Bani Israil disamping manna (madu yang turun pada pagi hari).
Kelima, dalam konteks yang lain interaksi manusia dengan burung dijelaskan oleh al-quran adalah dalam surah Yusuf: 36 dan 41, dimana diceritakan bahwa Nabi Yusuf as mempunyai dua orang teman di dalam penjara, ketika pada suatu hari kedua temannya tersebut bermimpi salah seorang bermimpi memeras anggur sedangkan teman yang lainnya bermimpi bahwa di kepalanya membawa roti dan kemudian seekor burung memakan roti yang ada dikepalanya tersebut.
Itu terdapat dalam ayat yang ke 36, mimpi tersebut diceritakan kepada Nabi Yusuf as dengan harapan agar mimpi tersebut dijelaskan maksudnya oleh nabi Yusuf as kemudian dalam ayat 41 Nabi Yusuf as menjelaskan takwil mimpi tersebut bahwa yang bermimpi memeras anggur dia akan dibebaskan dan akan mengabdi kepada raja, sedangkan yang kedua dimana seekor burung memakan roti dikepalanya akan dihukum mati oleh sang raja.
Dari penjelasan al-Quran yang menyebutkan keberadaan burung dengan beragam fungsi yang ada dalam al-Quran ada yang dijadikan sebagai pembawa senjata yang memusnahkan sebagai mana burung ababil, ataupun yang mampu mengajarkan sesuatu yang tidak diketahui manusia sebagaimana burung gagak, atau yang dapat memberikan keuntungan langsung bagi manusia sebagi mana burung salwa atau mampu dimanfaatkan manusia untuk mata-mata seperti burung Hud-hud, ataupun dengan kemampuan terbangnya dapat dipelajari manusia untuk kebutuhannya.
Semuanya menunjukkan kebesaran dan kasih sayang Allah kepada manusia dan juga menunjukkan kebenaran kebenaran al-Quran, dimana betapa besar nikmat Allah yang diberikan kepada manusia oleh sebab itu keharusan bagi kita untuk mensyukuri nikmatnya disamping itu juga semakin mengakui kebesaran kekuasaan Allah.
Namun kita tentunya mengakui bahwa banyak keberadaan spesies burung punah, bukan saja spesies yang dihargai mahal namun burung yang tidak dihargai dengan harga yang mahal sudah mulai nampak kepunahannya, hal ini dapat dirasakan ketika di lahan pertanian yang sekitar 30 tahun lalu beragam burung berkicau dan berterbangan disela-sela pohon dan dedaunan namun kini sudah sangat jarang.
Seolah tak ada lagi burung yang bertengger, hal ini salah satunya disebabkan oleh kerakusan dan manusia. Banyak yang membunuh burung tersebut dengan beragam alasan tanpa perhitungan padahal sebagai makhluk yang berakal seharusnya tetap menjaga keberadaannya dan juga habitatnya demi untuk kelangsungan kemaslahatan hidup manusia.
*Penulis adalah Dosen IAIN Takengon

											



