Ilmu Pepiluk Aman Demeng

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Jiwanya hanya ingin kedamaian. Kesepian dalam keramaian dan merasa ramai dalam kesepian. Begitulah kehidupan Banta Amat atau para kerabat menyebutnya Aman Demeng.

Betapa Aman Demeng menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat Kampung Badak, Blangkejeren yang ramai, namun karena panggilan jiwa harus hijrah ke kawasan Konyel, Bintang, Aceh Tengah yang kala itu masih hutan belantara.

Tidak ada jalan untuk kendaraan pada saat itu, kecuali jalan setapak yang merupakan lintasan masyarakat Kampung Serule ke Bintang dan begitupun sebaliknya. Aman Demeng beserta istrinya nekad menetap di sana.

Tentu saja untuk tinggal di hutan belantara kawasan Konyel harus mempunyai kesaktian karena daerah tersebut tempat berkembang biaknya harimau dan binatang buas lainnya.

Bukan saja Aman Demeng yang sakti, tetapi juga istrinya terpaksa sering “berurusan” dengan harimau ketika Aman Demeng pergi ke kampung Bintang untuk membawa hasil bumi dan berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak sedikit harimau “mencret” dibuat istri Aman Demeng.

Aman Demeng lengkap syarat untuk tinggal di hutan belantara. Di antara ilmu pengetahuan yang beliau miliki; kekuatannya bisa mengangkat kayu balok dengan diameter 1 meter dan panjang 20 meter, keberkatan tubuh (tampak selalu awet muda), dan juga punya “ilmu pepiluk” yang biasa digunakan untuk memikat perempuan.

Pada saat PT. Alas Helau mulai beroperasi; membangun jalan dan menebang pinus-pinus di Gayo, di dekat rumahnya berdiri sebuah warung dengan pelayannya yang cantik. Aman Demen yang tua mencandai seorang gadis pekerja di warung itu, tetapi sang gadis itu langsung meludahinya.

Pada ke-esokan paginya juga tanpa basa basi gadis pekerja warung itu masih meludahinya. Demikian juga hari berikutnya tingkah gadis itu belum berubah.

Prilaku gadis itu sangat tidak terpuji. Aman Demeng pun, pada tengah malam “bekerja” merafalkan “mantra pepiluk”. Ajaibnya, pada pagi harinya, Aman Demeng bersama istrinya masih belum bangun tidur, si gadis penjaga warung sudah teriak-teriak di luar rumahnya dan ketika dibukakan pintu langsung memeluk Aman Demeng.

“Saya harus menikah sekarang dengan Abang,” kata gadis itu.

“Oooo, Aman Demeng tidak bersyariat, apa yang sudah kamu lakukan pada gadis ini,” Inen Demen marah berat.

Bukan Aman Demeng namanya kalau tidak bisa menyelesaikan masalah. Dengan tenang Aman Demeng merayu gadis itu dan Inen Demeng untuk diam. Beliau mengambil segelas air putih dan menyulangkannya kepada gadis itu. Seketika gadis itu sadar dan menyadari kekeliruannya serta memohon maaf atas tingkahnya kepada Aman Demeng.

Sebagai orang yang sakti, tentu banyak orang yang belajar kepadanya; di antara murid Aman Demeng adalah Camat Gopok dan Geucik Salim. Satu riwayat menyatakan, bahwa mereka lebih cenderung menuntut “ilmu anting-anting.”

(Mendale, Ahad, 28 Juni 2020)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.