Oleh : Khaironi, M.Pd
Nah anak rantau yang berasal dari wilayah tengah Provinsi Aceh yang umumnya bersuku Gayo, Sudah tidak asing lagi dengan istilah kupen sudere (bahasa Gayo) kita bersaudara (bahasa Indonesia).
Menurut Wikipedia Saudara merupakan kerabat keluarga laki-laki maupun perempuan yang lebih muda ataupun lebih tua. Hubungan ini mencakup yang berstatus anak kandung dari orang tua maupun sepupu dan anak angkat.
Secara tradisi, panggilan saudara juga berlaku untuk panggilan seseorang yang dihormati secara formal. Dalam ilmu semantik, kata saudara bisa digunakan untuk memanggil orang kedua tunggal atau jamak. Bentuk feminin dari saudara adalah saudari.
Indonesia yang hingga kini masih patut sebagai representasi keberhasilan menjaga kerukunan dan perdamaian, bukan berarti nihil konflik. Konflik dan perseteruan penah terjadi. Faktor ekonomi-politik yang kemudian disulut melalui bahan pemantik berupa suku-agama seakan-akan menamsilkan hidup rukun dalam balutan multikultural adalah utopia.
Namun, melalui kata “kita” sebagai kekhasan bahasa Indonesia, rupanya ampuh mengikat kembali sekat-sekat yang sempat tercerai berai.
Konflik yang sudah pernah terjadi dilingkungan kemasyarakatan yang kemudian mengerucut dalam perseteruan antarpemeluk agama, suku, budaya dan politik rupanya bisa diredam dengan kesadaran kebersatuan.
Kalimat “Kita Semua Bersaudara”, tidak sekadar selogan atau simbul semacam petuah moralistik. Melainkan benar-benar bisa dilaksanakan dan dibuktikan. Kata “kita” menjadi ikatan persaudaraan dan pondasi perdamaian dilingkungan kemasyarakatan, Muhammad Itsbatun Najih (jalandamai.org).
Masyarakat Gayo umumnya selepas menyelesaikan studi tingkat atas maka melanjutkan studi di perguruan tinggi yang biasanya keluar dari tempat asalnya dengan alasan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pengalaman, pergaulan dan wawasan yang lebih luas. Ketika sesorang yang keluar dari daerah tempat tinggalnya maka disebut sebagai perantau.
Perantau disini sesorang yang berpindah tempat secara tetap dan atau untuk sementara waktu dengan maksut dan tujuan tertentu. Biasanya sesorang maupun kelompok berpindah kesuatu tempat dengan tujuan bekerja, berwirausaha dan melanjutkan studi.
Kebiasaan masyarakat Gayo saat sudah berada di wilayah lain. Maka tatkala bertemu dan berkenalan dengan sesorang yang berasal dari wilayah tengah provinsi Aceh tidak jarang akan menimbulkan rasa ingin tau terhadap kenalan tersebut. Ada beberapa pertanyaan sering muncul saat bertemu dengan seseorang yang baru dikenal dalam satu wilayah di tempat lain, di antaranya :
1. Arisihen ( dari mana)
2. Male kusihen (mau kemana)
3. Sahan kite gerel (siapa nama mu)
4. Kuliah ke atau bebuet (kuliah atau kerja)
5. I Gayo isi tareng (di Gayo tinggal dimana)
6. Kenal ke orom Polan & Polin (apakah kenal dengan Polan & Polin)
7. Oya sudere / sudere kune (itu sodara / sodara bagaimana)
Pertanyaan tersebut sering muncul pada saat berkenalan dengan seseorang yang baru dilihat. Kemudian Budaya masyarakat Gayo rasa ingin tau terhadap sesama, yang berasal dari wilayah tengah sangat dominan. Lebih-lebih perantau yang berada diluar pulau Sumatra.
Secara emosional, karakteristik, sifat dan logat sesama masyarakat Gayo pasti mengatahui bahwa sesorang tersebut berasal dari wilayah tangah. Hal ini juga dapat mempengaruhi sesorang rasa ingin tau terhadap seseorang tersebut.
Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010:3) berpendapat rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik.
Setelah melayangkan pertanyaan-pertanyaan di atas terhadap lawan bicaranya dan mengatahui bahwa sesorang tersebut berasal dari satu wilayah yang sama, maka pertnyaan-pertanyaan dari perkenalan tesebut semakin melebar seterusnya juga mendapatkan informasi diri sehingga pada akhirnya kata “kupen sudere / kita bersaudara pun” terucap. Hal ini merupakan resam / sifat masyarakat Gayo terhadap sesamanya diperantauan.
*Warga Berawang Gading, Aceh Tengah