Oleh : Dr Hamdan, MA*
1441 H dalam perjalanaan Islam semenjak Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, berarti hampir 15 abad semenjak itu tentunya beragam peristiwa yang menyenangkan dan menyedihkan yang menerpa umat Islam.
Sejarah Islam banyak meninggalkan berbagai kenangan dan beragam peristiwa yang seharusnya bisa dijadikan pelajaran berharga yang dapat membuka kesadaran hati ummat dari kelalaiannya.
Dalam menegakkan kebenaran Islam bukanlah dilalui dengan tawa dan gembira namun perjuangan Rasulullah SAW para sahabat serta pejuang islam hungga saat ini mampu menjadi agama yang besar pemeluknya didakwahkan dengan kerja keras yang bukan saja mengorbankan tenaga yang tidak kecil akan tetapi juga mengorban darah para syuhada’ yang dalam peperangan untuk membela Islam.
Pada masa Rasulullah saw sendiri peperangan yang dialami olehnya beserta para sahabatnya hampir menyetuh angka 30 kali, padahal peperangan tersebut hanya dialami ketika Rasulullah telah hijrah ke Madinah, sedangkan Rasulullah saw sendiri berada di Madinah hanya selama 10 tahun, ini berarti hampir tiga kali terjadi peperangan dalam setahun.
Keadaan telah memaksa umat islam harus mengangkat senjata untuk membela Islam. Dalam peperangan yang dialami, disamping banyaknya kemenangan yang ditorehkan kaum muslimin, terdapat pula beberapa kali kekalahan yang diteriama kaum muslimin.
Diantara peperangan yang paling menegangkan dan dirasakan meninggalkan luka bagi kaum muslimin adalah pada perang Uhud.
Perang Uhud adalah perang kedua setelah perang Badr yang terjadi pada bulan Syawal tahun ke 3 H, salah satu peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah itu terjadi di sebuah bukit bernama Uhud, bukit ini berada sekitar 4 Mil dari kota Madinah. Perang Uhud ini terjadi 1 tahun lebih seminggu setelah perang pertama yaitu perang Badar.
Dalam peperangan ini persiapan yang dilakukan oleh Rasulullah saw hanya dua minggu. Awalnya perasaan Rasulullah saw mengatakan bahwa akan ada penyerangan yang dilakukan dengan kafir Quraisy, hal itu dikuatkan dengan laporan Paman Rasulullah saw yakni Abbas bahwa kafir Quraisy sedang mengadakan persiapan besar-besaran untuk menebus kekalahan mereka dalam perang Badar.
Dalam perang ini Rasulullah saw awalnya mampu mengumpulkan 1000 pasukan muslimin namun dalam perjalanannya kaum munafiq yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay yang berjumlah 300 0rang kembali ke Madinah, namun Rasulullah saw tetap memberangkatkan kaum muslimin setelah bermusyawarah dengan para sahabat bahwa mereka akan menggunakan taktik menyerang dan bukan bertahan, sedangkan kaum Quraisy mampu mengumpulan 3000 pasukannya.
Betapapun besar pasukan musuh namun tidak pernah menyurutkan semangat juang pasukan muslimin, ini dibuktikan pada waktu perang Badr yang ketika itu jumlah kaum muslimin hanya 300 orang lebih, sementara kaum musyrikin mencapai 1000 orang. Pada peperangan tersebut kaum muslimin menang telak dari kafir Quraisy, karena kaum muslimin berprinsip dengan merujuk pada firman Allah dalam Q.S.aL-Baqarah: 249 yang artinya ’’berapa banyak golongan yang kecil dapat mengalahlan golongan yang besar dengan izin Allah’’
Dalam perang ini kendatipun jumlah kaum muslimin yang hanya 700 orang sementara kaum Quraisy berjumlah 3000 orang, namun kaum muslimin menggunakan taktik yang yang cukup baik sesuai arahan Rasulullah saw yakni dengan menempatkan 70 orang pasukan pemanah yang dipimpin oleh paman beliau bernama Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sebenarnya pada awalnya pasukan muslimin berhasil memukul mundur pasukan Quraisy sehingga kafir Quraisy lari tunggang langgang meninggalkan harta benda mereka, dan kondisi ini yang dilhat pasukan pemanah maka kemudian dengan serta merta mereka meninggalkan posisi yang telah ditetapkan Rasulullah saw untuk mengambil harta rampasan perang.
Ketika pimpinan Quraisy Khalid bin Walid melihat hal tersebut, maka dia berusaha mengumpulkan pasukannya yang bercerai berai kemudian kembali menyerang balik umat Islam sehingga pasukan pemanah tersebut dapat dikalahkan bahkan para pasukan pemanah pada peperangan tersebut wafat dan Rasulullah saw mengalami luka ringan.
Peristiwa kekalahan kaum muslim dalam perang Uhud setidaknya dapat diambil pelajaran yang sangat berharga.; pertama: pada dasarnya dalam peperangan tersebut umat Islam sudah merasakan kemenangan, bahkan kaum kafir Quraisy sudah putus asa dalam kekalahannya namun ketika melihat kaum muslimin lengah untuk mengambil harta rampasan kemudian mereka kembali untuk mengalahkan kaum muslimin disebabkan melihat pasukan panah muslimin meninggalkan pos yang semestinya tidak boleh ditinggalkan, padahal pesan Rasulullah kepada mereka adalah tidak boleh meninggalkan tempat mereka bagaimanapun kondisinya.
Ini mengajarkan kepada kita bahwa pada prinsipnya dalam kehidupan umat islam sekarang ini ketika umat islam abai dengan perintah Rasulullah saw yang merupakan utusanNya dengan kebenaran yang dibawanya serta meninggalkan ajaran Islam dan dalam segala aspeknya maka hal itu merupakan awal kekalahan umat islam dari para musuhnya.
Kedua: salah satu yang menyebabkan para pasukan pemanah tersebut meninggalkan pos mereka di bukit Uhud adalah disebabkan oleh tergiurnya kaum muslim kepada harta rampasan perang yang ditinggalkan kaum Quraisy, hal tersebut pernah dikhawatirkan oleh Rasululullah saw kepada umat Islam dalam sebuah haditsnya ”bukan kemiskinan yang saya khawatirkan pada kalian sepeninggalanku, melaikan jika dunia dibentangkan pada kalian, lalu kalian saling berlomba memperolehnya sehingga sebagian kalian memukul sebagian yang lainnya’’ (H.R. Muttafaq ‘Alaih)
Apa yang dikahawatirkan oleh Rasulullah juga terjadi pada masa Abbasyiah dimana umat Islam semakin menunjukkan kejayaannya dengan majunya beragam aspek keduniaan umat Islam.
Namun kehidupan umat Islam gersang dari ajaran mereka sendiri, ketika kehidupan dalam tumpukan harta dan kekuasaan menyebabkan para khalifah dan umumnya kaum muslimin tidak menyadari akan bahaya yang siap menghancurkan umat Islam yang lengah, sehingga ketika datang serangan Hulaghu Khan mampu menghancurkan banyak kota-kota kaum muslimin hingga kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Abbasyiah.
Banyaknya harta banyak membuat kaum muslimin lengah, dan ketika lengah itulah musuh mengambil kesempatan untuk berupaya menghancurkan kita. Di Negara kita sendiri, kita melihat beberapa kali muncul kondisi yang jika tidak disikapi secara bijak dan hati hati maka akan menggerus kekuatan kaum muslim, diantaranya munculnya RUU yang juga direkomendasikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar dihapuskan.
Dalam sejarahnya kita berhasil kaum muslim mencatat kemenangan dalam menghadapi partai berhaluan kiri ketika dipimpin oleh Muso dan juga pada tahun 1965, namun kemenangan tersebut hendaknya tidak membuat umat Islam lengah sebab tidak menutup kemungkinan itu akan kembali bangkit yang yang menurut para pemerhati banyak yang telah masuk kedalam partai politik dan beragam sektor pemerintahan.
Ketiga: Euforia berlebihan yang dirasakan seseorang ketika merasa menang melakuakan sesuatu sering sekali justru menjadi jebakan yang akan akan menghancurkan kemenangan yang sudah diraihnya, atau menjadi penyebab seseorang tidak mau lagi melakukan perbaikan dan perjuangan karena euforia tersebut.
Minsalnya adalah orang yang sudah merasa sukses melakukan puasa pasca Ramadhan ia merasa telah melakukan banyak kebaikan dan kembali kepada fitrah, padahal perasaan tersebut jika tidak dibarengi oleh kehati-hatian dan dan tetap menjaga ruh perjuangan dalam melakukan ibadah dan melawan hawa napsu maka pada dasarnya hal tersebut adalah kemenangan semu semata; Dan masih banyak kasus-kasus yang lainnya yang dapat dianalogikan dengan hal-hal yang telah penulis terangkan.
*Penulis adalah Dosen IAIN Takengon