Virus-Virus Perpolitikan

oleh

Oleh : Husaini Muzakir Algayoni*

Apa itu politik? Benarkah politik itu kejam, jahat, kotor membawa kehancuran atau sebaliknya politik itu baik membawa manfaat bagi manusia di muka bumi? Setiap orang mempunyai perspektif masing-masing tentang politik. Jiwa-jiwa yang sakit, jiwa rakus, akal sehat, dan hati yang bersih berbeda melihat politik.

Pada awalnya politik sebagai seni dalam mencari solusi untuk menyelesaikan masalah. Nah, dewasa ini benarkah politik itu sebagai seni dalam menyelesaikan masalah atau menambah masalah bahkan bisa membawa kehancuran.

Politik seperti yang dirumuskan Harold Laswell: Who gets, What, When and How. Politik adalah siapa, mendapatkan apa, kapan dan bagaimana. Aktor politik setiap pemilu datang mulutnya bagaikan tebu, ada aroma-aroma manis. Romantis bagaikan pengantin baru, duhai senangnya pengantin baru, duduk bersenda gurau, duhai senangnya pengantin politik, bersenda gurau menyusun proyek.

Pasca terpilihnya sebagai pemenang dalam kontestasi politik, barulah rumah tangga diuji dengan kesabaran. Diuji oleh keegoisan, kerakusan, ketamakan, dan para penjilat yang datang. Virus-virus mulai menjangkiti dan menggerogoti tubuh perpolitikan yang berasal dari jiwa-jiwa yang sakit.

Golongan manusia rakus dan tamak dalam perpolitikan sejatinya sama seperti virus, menggerogoti dan menghisap sendi-sendi keharmonisan. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa dunia ini menyediakan segala keperluan untuk memuaskan kebutuhan manusia, namun tidak untuk memenuhi keserakahan manusia.

Politik itu baik karena mengatur kehidupan manusia, tapi bisa menjadi kotor disebabkan karena ada virus-virus yang menyebarkan wabahnya ke tengah-tengah masyarakat.

Filsuf Andre Comte, mengatakan bahwa politik adalah sebuah keniscayaan. Kita membutuhkan politik supaya konflik kepentingan dapat diselesaikan tanpa kekerasan. Kita perlu membentuk negara bukan karena semua orang baik dan adil, justru karena mereka tidak seperti yang kita harapkan.

Mau tidak mau, suka atau tidak suka, politik dibutuhkan dalam kehidupan manusia dan bernegara untuk menjamin kehidupan dan peradaban seperti halnya yang sudah dipraktikkan Rasulullah Saw, sebagai politisi ulung dan cakap dalam berdiplomatik yang membangun stategi politik dengan hikmah dan menjadikan Madinah sebagai negara terbaik dalam menjaga keamanan dan perlindungan.

Kebaikan politik yang ada di dalamnya dirusak oleh virus manusia, virus-virus tersebut seperti tidak pernah puas sehingga untuk meraih hasrat kepuasannya ia rela berbuat jahat dan berpikir picik, di depan orang banyak sok suci dengan kata-kata manis dengan narasi mementingkan urusan rakyat, tapi bohong!.

Virus manusia seperti ini sangat berbahaya, karena ia bagaikan kanker yang merayap dan bersembunyi dan tidak mau memperlihatkan diri sampai busuk, terus menggerogoti tanpa ada rasa puas. Virus lainnya yaitu dalam aspek kepentingan kelompok/partai bukan kepada kemaslahatan umat manusia karena dalam politik tidak ada kawan sejati dan musuh abadi, yang ada hanya kepentingan.

Virus kepentingan membuat ideologi cinta dalam perpolitikan hilang, aktor-aktor politik tidak ada rasa cinta dalam hubungan manusia, dalam politik yang ada hanyalah virus kepentingan.

Susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah, susah melihat lawan politik berhasil dan sukses menjalankan program. Senang tertawa terbahak-bahak sampai menggelar ngopi bareng di cafe menyambut gagalnya lawan politik menjalankan visi dan misi roda kepemerintahan.

Virus perpolitikan juga menjangkiti para bandit, sosok yang tak kenal humanis, jahat dan melawan kebaikan, mereka menempuh segala cara untuk mendapatkan kebutuhannya dengan kekerasan, mengadu domba, memfitnah, dan intimidasi-intimidasi rendahan yang menjijikkan.

Nah, satu-satunya vitamin dalam politik sehingga bisa menjadi seni yang indah dalam berdemokrasi adalah kritik konstruktif, namun jenis manusia mengkritik konstruktif langka dalam perpolitikan pragmatis. Banyak orang-orang kritis dengan segala narasi mengkritik pemerintah, namun tidak banyak orang kritis yang menggunakan akal sehat dan goyah kekritisannya dengan tawaran jabatan.

Dengan akal sehat virus-virus perpolitikan bisa ditangkal dengan baik sehingga tidak menggerogoti dan merusak sendi-sendi perpolitikan yang dapat mengganggu seni mencari solusi dalam menyelesaikan masalah.

Untuk mendapatkan akal sehat pertama-tama haruslah mempunyai hati yang bersih, kenapa harus dengan hati yang bersih? Dengan hati yang bersih senantiasa membuat pikiran bekerja efektif, lantaran kebaikan yang dipikirkannya, kata KH. Abdullah Gymnastiar.

Sementara hati yang diwarnai dengan corak kekotoran, kejahatan, kebencian, dan kedengkian; akal sehat tidak akan masuk dalam dirinya justru yang ada hanya jiwa-jiwa sakit sehingga laiknya seorang bandit yang meresahkan masyarakat.

*Penulis: Kolumnis LintasGAYO.co. Mahasiswa Prodi Ilmu Agama Islam (Konsentrasi Pemikiran dalam Islam) Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.