Oleh : AlMisry Al Isaqi*
Energi bangsa Indonesia terus terkuras untuk melawan Pandemi Covid-19. Semua kalangan mulai dari paramedis hingga petani mengambil perannya masing-masing. Waktu terus berbutar, curva positif Covid-19 belum juga kita ketahui kapan akan berakhir.Ini tandanya gotong royong melawan pendemi Covid-19 masih panjang. Cahaya terang yang kita harapkan masih jauh diunjung lorong kegelapan.
Ditengah kondisi pendemi ini, kabar buruk soal pangan sudah mulai muncul. Dari “Presiden RI Jokowi” maupun dari pemerintah kab/kota di media massa bahwa kita harus waspada terhadap kelangkaan pangan. Apalagi menyongsong musim hujan di berbagai daerah di Indoesia.
Tidak hanya itu, dampak yang sudah dirasakan akibat Covid-19 adalah dampak ekonomi. Banyak orang yang di PHK di kota dan pulang ke kampung. Hal ini memberikan permasalahan tambahan bagi pemerintah dan warga di desa. Maka dari ini butuh solidaritas dari desa untuk membantu memerangi pendemi global.
Desa-desa di Indonesia telah mengambil inisiatif-inisiatif yang dilandaskan pada solidaritas sosial di antara mereka (IRE, 2020).
Menurut Sosiolog Eric Klinenberg (dalam Klein, 2020), yang dikutip dari artikel bertajuk “The Covid-19 Question: Can Solidarity Replicate Faster Than The Virus?, solidaritas sosial merupakan interdependensi antara individu-individu dan antar kelompok, sebuah mekanisme krusial untuk melawan penyakit menular atau ancaman kolektif.
Solidaritas sosial lah yang menggerakkan kita untuk berkorban demi satu sama lain, termasuk memikirkan kesehatan masyarakat di atas kesejahteraan personal: tidak pergi keluar ketika kita sakit, mengetuk pintu tentangga yang usianya lebuih tua.
Namun, kata Klinenberg lagi, ketika kita menginginkan orang lain untuk melakukan kompromi dan pengorbanan yang besar dan untuk kepentingan kelompok, perlu ada rasa kolektif–kebersamaan–yang dibentuk.
Kita menyaksikan warga desa mengambil inisiatif melalui pemerintah desa untuk saling melindungi dalam menghadapi Covid-19.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan bantuan pangan dibagi antar sesama warga untuk memayugi mereka yang rentan akan kelaparan. Di desa masih berlaku saling berbagi bahan pokok dan bumbu dapur antar sesama tentangga. Praktik ini perlu dilestarikan sebagai sebuah solidaritas sosial yang lebih besar terutama ditengah Covid-19 ini. Modal sosial di desa dapat menjadi gerakan solidaritas sosial dari desa untuk pusat (negara).
Solidaritas Untuk Kelompok Kurang Mampu
Perhatian khusus wajib diberikan kepada kelompok kurang mampu di desa. Mereka adalah janda, lansia, petani yang tidak memiliki kebun,buruh yang kerja di pemilik kebun, dan buruh harian di desa. Ketika Covid-19 ini melanda Indonesia dan Pemerintah memberlakukan pembatasan sosial, maka sebagian besar aktifitas mereka ikut terhambat.
Bahkan ada yang berhenti bekerja. Akibatnya pendapatan mereka terhenti dan ancaman kelaparan pun menanti di depan mata. Solidaritas sosial sesama warga desa harus fokus kepada mereka,dan bantuan bahan pokok dialokasikan paling besar kepada kelompok kurang mampu.
Namun,masih ada di desa yang belum memiliki data update kelompok kurang mampu. Kondisi ini menjadi kendala bagi pemerintah desa dan warga yang mampu dalam menyalurkan bantuan.Tidak heran masih ada kasus salah sasaran dalam penyaluran bantuan.
Maka dari itu, dalam momentum ini pemerintah desa dapat sekaligus belajar menyusun data kelompok rentan yang digambarkan dalam bentuk peta kelompok rentan yang sesuai dengan karakteristik desanya.
Tujuan penyusunan data kelompok kurang mampu yaitu : (1) dapat digunakan sebagai data dalam memetakan kelompok-kelompok di desa; (2) dapat digunakan dalam perencanaan kebijakan pemerintah desa khususnya tentang kelompok sektoral desa; dan (3) dapat digunakan untuk menyusun program berkaitan dengan kelompok kurang mampu.
Adapun manfaat dari pembuatan peta kelompok kurang mampu adalah; (1) membantu pemerintah desa dan BPD dalam meyerap aspirasi kelompok-kelompok di desa; (2) memudahkan dalam pemberian bantuan kepada kelompok-kelompok kurang mampu di desa; (3) membantu pemerintah dalam memantau apakah kelompok kurang mampu sudah mendapatkan manfaat dari dana desa atau belum; (4) membantu pemerintah dalam mengontrol kelompok kurang mampu yang mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat,Prov dan daerah.
Perlawanan terhadap Covid-19 ini harus diselimuti dengan gerakan solidaritas sosial.Masyarakat yang mampu perlu diinisiasi ataupun secara individual bergerak untuk menyalurkan bantuan kepada sesama warga.
Gerakan ini dimulai dari lingkungan sekitar, sehingga bantuan yang diberikan sesuai dan tepat sasaran. Semoga solidaritas sosial antar warga yang telah teruji diberbagai bencana alam terus dapat lestari dalam menghadapi bencana non-alam Covid-19.
*Koordinator Pendamping Desa Pemberdayaan Kec.Rikit Gaib Kab.Gayo Lues