Manusia dan Eksistensinya : Apakah Birokrasi Sebagai Drama Pencitraan?

oleh

Oleh : Pajaryadi*

Dunia dengan segala topik dan permasalahan yang muncul didalamnya hingga kini masih terkoyak oleh kebaikan semu. Sebuah kebaikan atau karya akan terasa lebih bermakna ketika seluruh upaya dan dimensi kemanusiaan kita terpusat pada apa yang kita sebut sebagai keihklasan.

Kebaikan yang dibangun dengan nilai ini jelas memiliki efek yang kuat bagi seluruh perubahan dan pencerahan menyangkut pribadi dan orang lain.

Ihklas memiliki kedalaman makna dan akan menjadi sebuah barang mahal manakala praktek di lapangan tidak muncul dengan eksitensinya yang asli. Yang terjadi pada sekarang ini manusia terus giat menawarkan eksitensinya ke publik, kita sebut (pencitraan).

Dalam kacamata ilmu komunikasi hal ini sudah tidak asing. Kita lihat dalam bidang politik, eksintensi yang dilakukan terus merambah demi membangun citra pribadi atau kelompok masing-masing. Yang terjadi kesombongan begitu ganas sehingga banyak politikus melacurkan intelektualitasnya.

Lihatlah mereka yang di partai, parlemen, yudikatif dan eksekutif di negeri ini. Kerja mereka bukan lagi untuk mendapatkan ridho Allah SWT dan masyarakat melainkan hanya untuk meningkatkan pamor di mata publik.

Bahkan banyak manusia menggunakan/melakukan propaganda, yang seharusnya esensi dari propaganda itu adalah baik. Karena propoganda sebagai sebuah cara berkomunikasi yang sangat efektif.

Namun yang terjadi sekarang kekeliruan yang menggunakan propaganda ini, menjadikan propaganda memiliki makna yang buruk, menyeramkan, pembohongan.

Manusia demi mencari eksitensi/citra pribadi dan kelompoknya akan menghalalkan segala cara. Makna yang seharusnya baik akan menjadi bias bahkan sangat buruk karna nafsu manusia.

Mari kita analisa contoh ini, beberapa minggu yang lalu tepatnya di Bener Meriah. Viralnya informasi yang dimuat di media massa ataupun media sosial menghebohkan masyarakat dengan pembagian sabun Sunlight dan brosur.

Memunculkan berbagai kritikan dari masyarakat, aktivis, mahasiswa, dll. Ada yang menyimpulkan bahwa pembagian ini sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat untuk mencegah virus Covid-19.

Bahkan ada yang berkata bahwa ini adalah strategi untuk pilkada mendatang, lagi-lagi eksintensi (pencitraan). Apa yang dilakukan oleh pemerintah dengan membagikan browsur yang memperlihatkan fotonya adalah tindakan untuk memkampanyekan dirinya.

Apakah itu benar? Mari kita analisa dengan mengambil kutipan perkataan Harold Laswell.
Bapak Ilmu Komunikasi Harold Laswell menyebutkan seorang komunikator membutuhkan strategi kampanye yang dikembangkan dengan baik dan berjangka panjang (melipatgandakan stimuli-stimuli) dalam memperkenalkan secara perlahan-lahan.

Simbol-simbol diciptakan dan masyarakat secara langsung akan terdoktrin.
Apakah seluruh kehidupan kita ini harus terkuasai untuk mencari eksitensi yang nantinya akan menjadi kesombongan? Lagi-lagi manusia harus sadar, hidup bukan hanya untuk mencari eksitensi. Di Dalam Al-Qur’an menyatakan sifat dasar kebenaran hidup di dunia.

Dalam (QS, Al Hadid :20), Artinya “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak., seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumi para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning kemudian menjadi hancur.

Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Penulis sangat percaya bahwa sejarah manusia yang paling berjasa bukanlah orang-orang yang mencari eksitensi diri (pencitraan), melainkan orang-orang yang berpikir baik, bukan hanya untuk dirinya atau kelompoknya tapi untuk semua orang. Eksitensi yang secara sadar didapatkan manusia akan menjadi kesombongan. “Sangat bahaya jika dunia ini dihuni oleh kesombongan.”

*Seorang Mahasiswa.Asal Simpang Layang Bener Meriah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.