TAKENGON-LintasGAYO.co : Menyikapi persoalan Kopi Gayo akhir-akhir ini, sebagaimana diketahui Kopi Gayo sedang mengalami kondisi terburuk ditengah musim panen. Harga yang tidak menentu dan sebagian pengepul kopi menghentikan proses beli.
Wajar saja, saat ini ekonomi dunia tengah terpuruk, lantaran wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Tak tahu mau juak kemana, akhirnya beberapa toke kopi di Aceh Tengah mendatangi kantor DPRK Aceh Tengah. Mereka turut serta membawa kopinya ke gedung rakyat tersebut.
“Bertepatan hari ini, saya didatangi oleh beberapa pengumpul kopi ditingkat desa (toke) menyampaikan persoalan kopi Gayo yang sedang kita alami,” kata ketua DPRK Aceh Tengah, Arwin Mega, Kamis 9 April 2020.
“Kita ketahui bersama kondisi Global sedang tidak normal, adanya Covid-19 sangat berdampak pada kegiatan ekonomi, salah satunya pada sektor Kopi Gayo,” kata Arwin Mega.
Dikatakan lagi, sebenarnya ada Resi Gudang yang dapat menstabilkan keadaan, pertanyaannya kemudian apakah resi Gudang sanggup menampung Kopi Gayo secara keseluruhan?
Bagaimana dengan plafon anggaran yang tersedia untuk Resi Gudang, jika kita kalkulasi pagu yang disediakan oleh perbankan untuk Resi Gudang di Aceh Tengah relatif kecil jumlahnya, jika dibanding dengan jumlah kopi yang dihasilkan dan disesuaikan dengan harga normal Kopi Gayo.
“Untuk itu kita berupaya jangan hanya satu Bank saja yang menyediakan anggaran untuk Resi Gudang,” kata Arwin Mega.
“Kemudian yang perlu kita pahami, saat ini ada aturan aturan khusus, siapa dan bagaimana cara memasukkan kopi Gayo ke Resi Gudang, disaat darurat seperti ini sedang kita pelajari, bisa tidak regulasi itu disederhanakan saja,” timpalnya.
Untuk ini sebagai wakil rakyat, pihaknya akan terus berupaya dengan pihak Kementrian Perdagangan dan Gubernur Aceh, untuk menyederhanakan ketentuan memasukan Kopi Gayo ke Resi Gudang.
“Selanjutnya kita berharap eksportir yang sudah mendapatkan kontrak dengan buyer luar negeri bisa membeli dengan harga kontrak, agar tidak semua terdampak oleh keadaan saat ini, kita pribadi mengajak eksportir Kopi untuk bisa membantu keadaan saat ini,” jelas Arwin Mega.
“Melihat kondisi saat ini Idealnya Aceh Tengah memiliki 10 Resi Gudang untuk menampung Kopi Gayo dan komoditas lainnya,” katanya.
Pernyataan tersebut katanya lagu, terbukti hari ini jika di kalkulasi satu Resi Gudang tidak akan mampu menampung semua kopi Gayo.
Secara infrastruktur gudang-gudang Kopi Gayo yang ada di Aceh Tengah, yang dimiliki beberapa eksportir dan koperasi kopi sudah sangat layak dijadikan Resi Gudang.
“Kita juga akan minta Kementerian Perdagangan untuk membuka ruang dibentuknya Resi Gudang lainnya di Aceh Tengah dengan cepat,” kata Arwin Mega.
Dijelakan lagi, sebagaimana Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
23/PMK.03/2020 sudah memberi keringanan pajak bagi Kopi Gayo dan pelaku usaha kopi Gayo.
“Sekarang kan masalahnya tidak sesederhana itu, untuk menangani dampak ekonomi kopi ini dibutuhkan keadaan lebih dari itu,” tegasnya.
“Memang disaat seperti sakarang ini, kita membutuhkan solusi yang segera dan konkrit, misalnya bisa tidak dana penanganan Covid-19 dapat diinsentifkan/ditalangi untuk menanggulangi kopi Gayo,” ujarnya.
Dampak ekonomi yang dirasakan, lanjutnya hari ini sudah diatur dalam aturan yang terdapat dalam PERPU No. 1/2020, Inpres No. 4/2020 dan Instruksi Mendagri No. 1/2020.
“Untuk itu akan kita pelajari lebih dalam untuk membantu menyelamatkan kopi Gayo, sedang kita cari ikhtiarkan bersama,” tutup Arwin Mega.
[Dan/Darmawan]