Oleh : Husaini Muzakir Algayoni*
Secara umum periode sejarah dunia terbagi kepada tiga periode, yaitu: periode klasik, pertengahan, dan modern. Ketiga periode ini juga terbelah menjadi dua bagian, belahan dunia barat dan dunia Islam.
Dalam perkembangannya, sejarah dunia ada satu masa yang dikenal dengan nama Renaissance. Renaissance merupakan istilah dari bahasa Prancis, dalam bahasa Latin, re-nasci berarti lahir kembali (rebirth).
Istilah ini digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, yang terjadi di Eropa, lebih khususnya di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16 serta mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan Michelet dan dikembangkan oleh J Burckhardt (1860).
Selama abad ke-14 dan ke-15 di Italia muncul keinginan yang kuat dalam penemuan-penemuan baru dalam seni dan sastra.
Renaissance merupakan periode perkembangan peradaban terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern, perkembangannya dalam bidang seni lukis dan sastra, di antara perkembangan itu terjadi juga perkembangan dalam bidang filsafat.
Renaissance merupakan satu dari beberapa periode sejarah dunia, sebagaimana Tamim Ansari (dalam Al-Yasa’ Abubakar, 2012: 284) membagi periode sejarah kepada sepuluh periode dalam perspektif Barat dan dan sepuluh periode dalam perspektif Islam.
Periode sejarah dunia dalam perspektif Barat, yaitu: kelahiran peradaban (Mesir dan Mesopotamia), zaman klasik (Yunani dan Roma), zaman kegelapan (kebangkitan Kristen), kelahiran kembali (renaissance dan reformasi), pencerahan (penjelajahan dan ilmu pengetahuan), revolusi (demokrasi, industri dan teknologi), bangkitnya negara bangsa (perjuangan demi kerajaan), Perang Dunia I dan II), Perang Dingin, dan kemenangan kapitalisme demokratik.
Sementara periodesasi sejarah dunia dalam perspektif Islam, sebagai berikut: zaman kuno (Mesopotamia dan Persia), kelahiran Islam, kekahlifahan, perpecahan (zaman kesultanan), bencana (Tentara Salib dan Mongol), kelahiran kembali (era tiga dinasti), perembesan Timur oleh Barat, gerakan reformasi, kemenangan modernis sekuler, dan reaksi islamis.
Prof. Al-Yasa’ Abubakar menambahkan bahwa masa paling penting dan kritis dalam dua perspektif periodesisasi ini adalah abad ke-15 (peralihan dari zaman kegelapan ke zaman kelahiran dalam perspektif Barat, dan peralihan dari zaman bencana ke zaman kelahiran kembali dalam perspektif Islam).
Renaissance di dunia Barat dengan berkembangnya atau bangkitnya intelektual atau peralihan zaman kegelapan ke zaman kelahiran, sementara di belahan dunia Islam berada pada posisi peralihan dari zaman bencana (Tentara Salib dan Mongol) ke zaman kelahiran (era tiga Dinasti).
Pada periode ini, lahir tiga dinasti besar dalam Islam, yaitu: Dianasti Turki Utsmani, Dinasti Safawi di Persia, dan Dinasti Mughal di India.
Pertama, Dinasti Turki Utsmani, dinasti ini telah muncul dalam periode Mongol.
Negara bagian yang dipimpin oleh Osman, pendiri dinasti di akhir abad ke-13, pada awalnya hanyalah salah satu bagian terkecil dari pemerintahan Turki dan Anatolia.
Militer berhasil di Balkan membuka jalan kekuasaan di Asia Kecil, penaklukan Konstantinopel (1453), berakhirnya kerajaan Bizantium, penaklukan Syiria dan Mesir (1516-1517), berakhirnya kekuasaan Mamluk adalah fase di mana Utsmani memunculkan kekuasaan di Timur Dekat, kekuasaan yang merangkum seluruh daerah Arab klasik-kebudayaan Islam.
Kota Konstantinopel sendiri dibangun oleh Kaisar Bizantium, Konstantin, di sebuah tempat yang terlindung dan sulit diserang sehingga pasukan Bizantium dapat mempertahankannya dengan relatif mudah. Konstantinopel berada di sebuah tempat yang geografisnya sangat istimewa, pembebasan Konstantinopel adalah cita-cita besar di benak kaum muslim dan berhasil dibebaskan oleh Sultan Muhammad II (al-Fatih, 1429-1481).
Kerajaan Aceh Darussalam pernah menjalin hubungan erat dengan Dinasti Turki Utsmani sebagai kekuatan baru yang ditakuti oleh para penjajah dan Eropa saat itu. Hubungan erat kedua kerajaan ini merupakan tinta emas dalam sejarah peradaban Aceh hingga dewasa ini masih dikenang dengan baik.
Kedua, Dinasti Safawi di Persia, dinasti ini bermula dari sebuah gerakan safawi yang didirikan oleh Syaikh Safiuddin (1252-1334 M), ulama sufi sunni keturunan keluarga Kurdi di Barat Daya Iran yang merepresentasikan kebangkitan Islam melawan militer yang represif dan semena-mena.
Gerakan tersebut berbeda dengan gerakan umumnya karena mengarah kepada penaklukan Iran dan pendirian dinasti baru yang masa kekuasaannya cukup lama (1501-1722 M), menyebar di Barat Daya Iran dan Timur Anatolia.
Ketiga, Dinasti Mughal, Sultan Turkish dari Delhi dan pergantian pemimpin yang lebih kecil digantikan oleh pewaris politik dari Timur, pemimpin terakhir invasi Mongol dunia Islam pada akhir abad ke-14.
Invasi berhasil dari India bagian Utara (peperangan Panipat, 1526) mendirikan aturan Timurid yang pada mulanya tidak menentu. Akan tetapi, kerajaan Mughal yang paling besar menstabilkan kontrol Islam terhadap India Utara dan Tengah.
Tiga dinasti besar di atas lahir pada periode renaissance di dunia Barat dengan berkembangnya atau bangkitnya intelektual, sebelum renaissance belahan dunia Barat berada pada periode abad pertengahan atau zaman kegelapan dalam bidang ilmu pengetahuan, di mana alam pikiran dikungkung oleh Gereja.
Bahan Bacaan:
Abdul Aziz as-Shinnawy. Pembebasan Islam. Bogor: Pustaka Darul Izzah, 2006.
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Al-Yasa’ Abubakar. Metode Istishlahiah: Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dalam Ushul Fiqih. Banda Aceh: Bandar Publishing, 2012.
Rusydi Sulaiman. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
*Penulis, Kolumnis LintasGAYO.co. Mahasiswa Prodi Ilmu Agama Islam (Konsentrasi Pemikiran Dalam Islam) Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh.





