Oleh : Hammaddin Aman Fatih*
Pasca mudik Imlek di Wuhan Cina pertengahan bulan februari yang lalu, kita hanya melihat pemberitaan dilayar tv tentang banyaknya korban yang berjatuhan akibat virus corona yang tidak tertangani oleh tenaga medis.
Dengan begitu banyak korban yang terjangkit akhirnya tenaga medis hanya memperhatikan pasien-pasien yang punya harapan hidup yang dibesar. Sedangkan yang mempunyai harapan kecil hanya dibiarkan begitu saja sambil menunggung maut datang menjemput. Hal disebabkan tidak sebandingnya tenaga medis yang kurang dan banyaknya korban yang terjangkiti.
Hanya hitungan hari, World Health Organition (WHO) menetapkan virus corona sebagai sebuah pandemik global digunakan untuk menggambarkan wabah yang telah menyebar ke lebih dari 100 negara dan menginfeksi lebih dari 120.000 orang. Seluruh Negara telah memberlakukan lockdown.
Virus corona merupakan jenis penyakit zoonesis, dimana infeksi akan menyebar dari hewan ke manusia. Virus corona dapat menyebar melalui cairan yang terinfeksi dan tertular kepada orang lain melalui batuk dan bersin. Virus ini juga dapat menyebar melalui udara.
Penyebaran virus ini juga dapat menyebar jika seseorang saling bersentuhan dengan orang yang terinfeksi, menyentuh benda yang terinfeksi disertai menyentuh hidung dan mulut secara bersamaan.
Secara umum, saat ini virus Corona makin hari makin merajalela, bahkan telah merusak tatanan agama, sholat di masjid tak boleh lama-lama, iktikaf di masjid tak dianjurkan, bersilaturrahim harus dihindari, bersalaman pun harus dijauhi.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena manusia menempatkan virus ini sebagai penjajah tanpa batas, menjadi raja kejam yang membinasakan siapapun, tak pandang usia, bangsa dan agama.
Tiap hari terus dibahas, diceritakan, diberitakan, bahkan, ekspansinya yang telah mengacaukan semua sendi kehidupan dan terus menerus diekspose oleh para pemilik ponsel di seluruh dunia. Tidak hanya itu, banyak orang ; mendadak menjadi ; ahli medis, dokter, ahli kesehatan, ahli virus, pengamat, pejabat dinas kesehatan.
Tanah Gayo
Dulu kita masih cuek dan menganggap ngak mungkin sampai ke dataran tinggi tanah Gayo. Sekarang ini semua sendi-sendi kehidupan masyarakat yang berada di dataran tinggi tanah Gayo mulai merasakan dampaknya.
Apalagi hari ini telah keluarnya maklumat pemberlakuan jam malam (Minggu,29 Maret 2020 ) dari jam 20.30 Wib s/d 05.30 Wib.
Konon katanya, diakhir abad ke-18 tanah Gayo pernah merebak virus yang sangat mematikan yang di sebut Pakan Laya (Baca : Bahasa Gayo ) “Penyakit ini menyerang kulit, warga yang terpapar akan merasakan gatal yang luar biasa hingga berujung kematian massal “.
Menurut Salman Yoga S, yang dituliskan Darmawan Masri dalam sebuah artikel ; virus tersebut patut diduga dibawa oleh Kolonialis Belanda pada tahun 1874-1880 yang dipimpin oleh Kapten Gotfried.
Catatan tentang ini juga diperkuat oleh Prof M. J. Melala Toa yang mengutip hasil riset Edwin M. Loeb lewat buku Sumatra Its Hystory and People yang diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 1970 di Kuala Lumpur dan menyebutkan sebelum tahun 1930 wilayah Gayo kemudian sering diserang wabah penyakit yang disebut Laya. Penyakit ini sering menimbulkan kematian massal,”.
Terkait ; Pakan Laya, Virus Mematikan yang Pernah Menyerang Gayo Diakhir Abad ke-18
Menurut Zainuddin Tebe yang sekarang berumur ± 80 tahun berdomisili di Kayu Kul Toa mengatakan kepada penulis; “ ketika dia kecil pernah merasakan suasana mencekam lebih parah dari sekarang ini, Banyak orang yang meninggal secara tiba-tiba. Ada orang yang mengungsi menghindar mencari tempat yang aman dari wabah pakan laya itu. Salah satunya daerah tempat mengungsi yang aman pada saat itu yang sekarang orang menyebut dari tersebut daerah Jamur Laya.”.
Sikap Kita Saat Ini
Ditengah muncul saran untuk memutuskan mata rantai perkembangan virus corona ini hindari kerumunan, jaga jarak, tetap di rumah, tidak bersalam.
Larang sholat Jum’at demi menghindari penyebaran virus. Eh malah dicaci maki oleh orang-orang awan yang selama ini shalatnya ngawur tanpa fikih melebih ulama dan menyatakan itu tanda akan datang hari kiamat karena sholat Jum’at telah dilarang, tiba-tiba merasa paling tawakal melebihi ulama.
Kefanatikan yang membabi buta tanpa pengetahuan. Memang semua telah ditentukan tapi iktiar itu penting.
Ada seorang nenek yang begitu percaya pada Tuhan. Nenek ini selalu ingat firman Tuhan yang mengatakan : Percayalah untuk Aku akan menyelamatkanmu. Suatu saat rumah si nenek kebanjiran.
Ketika airnya masih setinggi 1 meter, Ketua RT datang dan mengajaknya untuk mengungsi, tapi si nenek menolak dan berkata ; Tuhan akan menyelamatkanku. Lalu Pak RT pergi mengungsi.
Air terus naik dan si nenek mulai naik ke lantai 2 rumahnya. Tak lama datang tetangganya yang kebetulan lewat akan mengungsi dan mengajaknya pergi, tapi si nenek menolak dan tetap berkata : Tuhan akan menyelamatkanku.
Air terus semakin tinggi, akhirnya si nenek naik keatap rumahnya dan tak lama rumahnya mulai tenggelam, lalu Tim SAR datang untuk menyelamatkannya dan mengajaknya pergi ke tempat pengungsian, namun dia tetap menolak. Akhirnya si nenek tenggelam bersama rumahnya dan meninggal.
Singkat cerita, ketika di pintu surga saat bertemu malaikat si nenek protes dan berkata “kenapa Tuhan membiarkanku mati tenggelam ? Bukankah Tuhan akan menyelamatkanku?” Apa jawaban malaikat ? Tuhan sudah berusaha menyelamatkanmu, tapi kau berkali-kali menolaknya. Kau pikir Ketua RT, tetanggamu dan Tim SAR yang datang untuk menyelamatkanmu itu siapa yang menyuruh?
Tuhan yang menyuruhnya, dengan perantaraan merekalah akan menyelamatkanmu!. Si nenek baru sadar, kalaupun Tuhan akan menyelamatkannya bukan berarti Tuhan sendiri yang mendatanginya, tetapi melalui orang lain.
Pemberitaan dan Semangat Hidup
Pernah penulis membaca sebuah pesan yang dishare di WA group. Surat seorang WNI yang Kuliah di China mengirimkan Email kepada temannya di Indonesia : “Disini (Wuhan) kami sangat cepat untuk bangkit (recovery), karena kami saling menyemangati. Kami tidak memberitakan berita kematian. Yang kami beritakan adalah berita kehidupan dan berita kesembuhan. Namun kenapa netizen di Indonesia lebih memilih memberitakan berita ketakutan? Apakah mereka memang ingin membunuh saudaranya sendiri?” Bisakah mulai saat ini kita hanya memberitakan berita yang penuh harapan, berita yang menenangkan, berita kehidupan.
Bisakah kita membantu tim medis yang sudah sedemikian lelah, untuk berhenti membuat postingan-postingan yang berkonten menakut-nakuti membuat orang khawatir dan panik.
Bisakah? Tahukah bahwa kekhawatiran berlebih akan menurunkan immun tubuh lebih cepat. Jangan buat mereka khawatir, sehingga terus menerus berbondong bondong ke Rumah Sakit dan makin membuat lelah para tim medis kita. Jangan teruskan posting-posting Corona. Saring dan filter, info-info Corona. Biarlah info Corona hanya dari media online atau media elektronik. Jangan ikut-ikutan posting. karena Kita, bukan Ahlinya.
Menurut Ary Ginanjar Agustian pengarang buku ESQ ( Emotional Spritual Quotient ) mengatakan bahwa orang-orang yang kena Covid 19 rata-rata orang yang ketakutan sehingga dia drop dan imun tidak keluar dan disitulah covid 19 masuk menyerang.
Ambil contoh anak kecil sangat jarang sekali yang kena covid 19 di seluruh dunia. Hanya orang-orang dewasa yang imun-nya turun gara-gara ketakutan, was-was, panik dan termakan berita berita hoax…!! Di daerah Wuhan sendiri saat ini sudah mulai normal kembali berkat peran media yang hanya memberitakan tentang orang-orang yang sudah sehat tanpa berita-berita kematian karena corona.
Berita-berita penyemangat juga gencar untuk membalik pola pikir warga agar tetap optimis. Orang-orang yang optimis ini secara alami imun tubuhnya akan kuat. Pesan penyemangat penting untuk membalik pola pikir warga agar tetap optimis.
Penutup
Kita sangat meyakini bahwa ada hikmah dibalik semua ini. Kondisi kita saat ini, kita percaya pada Allah swt penguasa alam semesta tetapi Pemerintah dan Tim Medis yang sudah membuat pengumuman dan himbauan adalah perpanjangan tangan Allah swt untuk menyelamatkan kita semua atau salah satu iktiar kita menyelamatkan masyarakat kita dari ganasnya virus corona yang khasat mata.
Ya Allah, semoga keadaan ini cepat kembali normal seperti biasa. Ya Allah kami bermohon kepada-Mu hapuskanlah segera virus covid-19. Dan lindungilah kami hamba-Mu yang lemah ini. Pulanglah Virus Corona Selamat Datang bulan Ramadhan 1441 H.
Takengon, 29 Maret 2020
*Antropolog dan salah seorang guru biasa di SMAN 1 Timang Gajah yang berdomisi diseputaran Kota Takengon.