Menyoal Minat Menulis Makalah di Kalangan Mahasiswa

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Semenjak ada copas (copy-paste) kemampuan menulis makalah hilang di kalangan mahasiswa, demikian kata salah seorang dosen penulis di sela-sela tatap muka dalam proses belajar mengajar di ruang kuliah. Oleh karena itu, kalian (mahasiswa) jangan mengikuti gaya belajar instant tanpa mau berusaha.

Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut, dari amatan penulis selama duduk di bangku kuliah banyak mahasiswa tidak menulis makalah secara serius, misalnya dalam satu kelompok ada tiga orang; yang menulis makalah hanya satu orang sementara yang lain menempel nama saja dan lebih parahnya lagi hasil makalah tersebut berasal dari copas alias instant dalam belajar.

Makalah merupakan bagian dari karya tulis yang telah dipelajari dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa makalah adalah karya tulis yang membahas suatu masalah berdasarkan hasil kajian pustaka (teori) atau hasil pengamatan (penelitian).

Sementara di perguruan tinggi makalah merupakan tugas wajib yang diberikan dosen pengampu mata kuliah yang harus ditulis oleh mahasiswa dengan topik yang telah ditentukan baik secara individu maupun kelompok, dipersentasikan dan diskusi/debat konstruktif dengan tujuan meradikal (memperdalami) isi makalah.

Menulis makalah bukan hanya mahasiswa yang dituntut, seorang dosen pun yang telah mendapatkan gelar magister atau doktor harus mempunyai kemampuan dalam penulisan proposal penelitian. Hal tersebut sebuah keharusan bagi dosen yang terlibat aktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan kata Taufiq, Ketua LP4M (Lembaga Penelitian Penerbitan, Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat) Universitas Muhammadiyah Aceh. (Serambi 15/2/16).

Keurgenan menulis makalah bagi mahasiswa di samping memperbanyak bahan bacaan (referensi) dan juga disiapkan untuk bisa membuat skripsi kedepannya dengan mudah, ketika sudah menguasai cara menulis makalah dengan baik dan benar, mulai dari cara penulisan, tata letak kalimat, cara membuat foot note, daftar pustaka dan lain sebagainya maka menulis skripsi pun lancar tanpa ada hambatan atau tidak perlu lagi menyuruh orang lain menyelesaikan skripsi.

Selain itu juga dari makalah tersebut dengan hasil tulisan sendiri bisa dijadikan sebagai bahan tulisan (opini, artikel) dan dishare ke media-media lainnya untuk menambah informasi dan wawasan pengetahuan bagi diri sendiri dan orang lain sehingga ilmu yang didapatkan tidak lantas hilang begitu saja karena telah diikat dengan tulisan.

Menulis makalah bukan hanya sekedar menyelesaikan tugas kuliah semata-mata, tapi juga membantu mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam belajar terutama dalam dunia kepenulisan, namun sebagian mahasiswa tidak menyadari urgensi dari menulis makalah dan tidak menghiraukannya sama sekali tentang tanggungjawabnya sebagai mahasiswa (insan akademisi).

Sangatlah rugi ketika mahasiswa tidak bisa menulis makalah dan tidak pernah sekalipun menulis atas hasil karyanya sendiri selama menjadi mahasiswa, sebagai pelajar tidak semua orang cerdas akan tetapi yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan seorang pelajar adalah ketekunan, kesungguhan, dan kesabarannya dalam proses belajar.

Kemauan menulis makalah dengan sendirinya mahasiswa membaca referensi yang ditulisnya dan mengetahui referensi buku tersebut, baik dari judul buku, penulis, tahun terbit, dan tempat terbitnya. Karena kalau sudah menulis sudah tentu membaca dan membaca belum tentu menulis.

Dalam tulisan di kolom opini Serambi (7/2/19) dengan judul “Menyoal Minat Baca Mahasiswa” yang ditulis oleh Dr. Murni, S.Pd.I., M.Pd (Dosen, Wakil Ketua STAI Tgk Chik Pante Kulu) dalam amatannya sebagai dosen, mahasiswa sebelum masuk kuliah lebih banyak memegang handphone daripada memegang buku.

Seharusnya, sebagai mahasiswa memiliki aktivitas yang intens dalam membaca buku, menulis, meneliti, berdiskusi, berorganisasi, belajar dan menjadi insan akademis yang gemar belajar selama menuntut ilmu di perguruan tinggi, namun tidak semua mahasiswa melakukan aktivitas tersebut melainkan melakukan aktivitas bersenang-senang sesama kawannya, demikian kata dosen STAI Tgk Chik Pante Kulu ini.

Kembali ke masalah copas dalam menyelesaikan tugas makalah, secara waktu copas lebih cepat dan instant dalam menyelesaikan tugas tanpa harus berlama-lama di perpustakaan dan tidak mengeluarkan keringat mencari referensi di rak-rak buku. Setelah dicopas, lebih terkoyaknya lagi hati seorang dosen isi makalah (pembahasan) tidak dibaca dan tidak diedit sehingga format penulisan berantakan.

Manfaat menulis makalah bagi mahasiswa membuka cakrawala pemikiran dan wawasan dengan mengetahui banyak referensi, melatih skill dalam menulis (softskill), dan mudah kedepannya dalam menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang digadang-gadang sebagai momok yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Karena itu, menulis makalah jangan dianggap sebagai hal yang sepele/tidak ada manfaatnya sama sekali.

Awal semester (genap) baru dimulai di tahun ajaran 2019/2020, awal-awal pertemuan tentunya pengenalan mata kuliah dan pertemuan selanjutnya sudah mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, salah satunya adalah menulis makalah dan mempersentasikannya dengan harapan tidak mengcopas sehingga kejujuran akademik bisa dipraktikkan sebagai insan akademisi (tidak plagiat).

Nah, inilah sekilas pemikiran dari seorang mahasiswa dalam perjalanan yang panjang dan menyakitkan dalam menuntut ilmu, karena pernah terpuruk. Karena itu tulisan singkat ini, penulis sampaikan kepada adik-adik mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi agar tekun, semangat, dan sungguh-sungguh dalam belajar. Semoga!

*Penulis, KolumnisLintasGAYO.co. Mahasiswa Prodi Ilmu Agama Islam (Konsentrasi Pemikiran Dalam Islam) Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Alumni Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.