Meng-Ideal-kan Keluarga Sebagai Sebuah Madrasah

oleh
Mahbub Fauzie

Oleh : Mahbub Fauzie*

Siapapun kita, dalam kehidupan berkeluarga atau berumah tangga pasti mendambakan suasana keluarga atau rumah tangga yang harmonis. Suasana yang di dalamnya penuh dengan suasana kedamaian, jauh dari pertengkaran dan keributan. Karena kita semua juga menyadari, bahwa perasaan kedamaian dalam rumah tangga bagi setiap orang mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa dalam aktifitas kesehariannya. Baik dalam melaksanakan tugas-tugas privasi-nya maupun dalam menjalin interaksi sosial di lingkungan kerja dan pergaulannya.

Dari lingkungan keluarga atau rumah tangga interaksi sosial setiap personal atau individu yang berkaitan dengan kemasyarakatan dimulai. Keluarga merupakan satuan terkecil dari sebuah sistem sosial kemasyarakatan. Dari sebuah rumah tangga dimulai jalinan-jalinan hubungan sosial. Suami, istri dan anggota keluarga adalah elemen-elemen perekat sebuah rumah tangga. Baik buruknya sebuah masyarakat diawali dari keberadaan dan interaksi sosial individu-individu yang berada dalam masing-masing keluarga tersebut.

Bagi para pegawai atau karyawan di suatu instansi, atau apapun profesinya, bahwa kedamaian yang ia rasakan di dalam rumah tangganya sangat membantu kesuksesan dalam karirnya dan kelancaran aktifitas yang dijalani sesuai profesinya. Ia akan merasakan efek kedamaian tersebut dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pegawai, atau pekerjaan yang dilakukannya, Ia juga akan merasa nyaman manakala menjalankan tugasnya dan jauh dari kegelisahan lantaran tidak pernah ’terbebani’ permasalahan dalam keluarganya.

Bisa dipastikan, bilamana seorang orang tersebut yang di rumah tangganya selalu cekcok dengan pasangannya atau anggota keluarganya, tentunya mempunyai efek yang negatif manakala ia menjalankan tugas-tugasnya dan merasa kurang dan bahkan tidak nyaman dalam menjalani pekerjaan, misalnya efek yang ditimbulkan adalah kurang semangat berkerja, jika Ia kebetulan seorang atasan suka marah kepada bawahan atau koleganya (salah paham) dan lain sebagainya. Hal seperti itu akan bisa terjadi dan dirasakan oleh siapapun. Oleh karena itu, kedamaian dalam rumah tangga mempunyai dampak positif bagi prilaku seseorang dan juga keadaannya.

Untuk bisa mewujudkan kedamaian dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga, maka saling memahami dalam keluarga adalah kata kunci dari sekian banyak tips dan kiat yang harus diciptakan di lingkungan keluarga. Dengan saling memahami, pembinaan untuk mewujudkan keluarga yang penuh dengan suasana penuh ‘samara’ (sakinah, mawaddah, wa rahmah) akan mudah arahkan. Keluarga yang Sakinah mawadah wa rahmah yaitu keluarga yang di dalam anggota rumah tangganya senantiasa terjalin hubungan penuh dengan suasana ketentraman, kenyamanan, saling kasih dan saling sayang serta selalu dalam upaya pencapaian ridha Allah Swt.

Musti disadari, bahwa tiada artinya seseorang atau satu di antara pasangan suami istri atau anggota keluarga memiliki berbagai macam keahlian dan keterampilan tentang dunia keluarga apabila tidak ada kemauan untuk saling memahami pasangan masing-masing. Sepandai atau sepintar apapun dia dalam keluarga, jika tidak bisa memahami apa kelebihan pasangannya dan apa juga kekurangannya, maka keharmonisan atau kedamaian dalam rumah tangga sulit diraih. Apapun jabatan kita, apapun profesi kita; hendaknya mengawali dalam kehidupan di rumahnya bisa untuk memahami pasangannya, atau anggota keluarga lainnya. Karena hal itu berdampak di luar rumah nantinya.

Keluarga = Madrasah

Untuk bisa menciptakan upaya saling memahami dalam sebuah rumah tangga atau keluarga, setidaknya setiap pasangan atau individu dalam keluarga bisa meng-ideal-kan atau meng-ilustrasi-kan keluarganya itu sebagai sebuah lembaga pendidikan, atau dalam keseharian sering di sebut sebagai sebuah sekolah (madrasah). Dengan meminjam istilah Reza M. Syarief dalam bukunya Life Excellence (2005) bahwa salah satu model keluarga unggulan yang perlu diejawantahkan oleh setiap kita adalah keluarga yang mengambil Model Madrasah atau model sekolah, di samping Model lain yang tidak kalah unggul-nya, yaitu Model Masjid.

Keluarga model sekolah bisa kita pahami bahwa, sebagaimana fungsi sebuah sekolah adalah sebagai tempat pendidikan. Jadi, dalam rumah tangga model ini yang sangat menonjol dalam aktifitas kesehariannya adalah belajar dan mengajar yang dalam bahasa santri dikenal dengan istilah Ta’lim Muta’alim serta dalam bahasa pasaran dikenal dengan istilah 3A: saling asah, asih dan asuh.

Pertama, Saling asah artinya saling menajamkan wawasan. Dengan adanya pertemuan suami-istri, terjadilah pertukaran wawasan. Sharing knowlegde, sharing experiences, berbagi wawasan dan pengalaman. Semakin bertambah usia pernikahan, semakin bertambah wawasan kita. Kedua, saling asih artinya saling mengasihi. Saling memberi dan berbagi. Dan terakhir, Ketiga, saling asuh adalah saling memberikan asuhan, saling memelihara dan merawat keharmonisan rumah tangga.

Dari ketiganya, Asah Asih dan Asuh muncullah pemahaman bersama di antara pasangan betapa idealnya sebuah rumah tangga Model Madrasah untuk diterapkan dalam kehidupannya. Di rumah tangga dimulai kepekaan sosial, keteladanan dan kedamaian. Saling mengasah, saling mengasihi dan saling mengasuhi (memelihara) keharmonisan sosial secara lebih luas.

Untuk bisa saling memahami pasangannya, masing-masing perlu mengetahui kebiasaan-kebiasaan pasangannya sebelum menikah. Ketika mereka resmi menjadi sepasang suami istri hendaknya segera mengambil sikap untuk sering saling berdiskusi, bertukar fikiran dan lain sebagainya. Hitung-hitung seiring dengan masa-masa berbulan madu, pelajarilah karakter pasangannya serta kebiasaan pendamping hidupnya itu.

Disinilah penting diketahui oleh para calon pengantin dan para pengantin, baik yang masih dalam masa-masa ’bulan madu’ ataupun yang – mungkin—sudah berpengalaman dalam berumah tangga. Pelajaran penting untuk saling memahami adalah merupakan kebutuhan yang azasi dalam menjaga keharmonisan sebuah rumah tangga.

Semoga ulasan ini bermanfaat, dan merangsang kita semua untuk tidak berhenti belajar dalam masalah menjaga keutuhan sebuah rumah tangga. Ingat, keluarga adalah awal dari terwujudnya masyarakat. Baik atau buruk! Wallahu a’lam bishshawab.

*Mahbub Fauzie adalah Penghulu Muda / Kepala KUA Kecamatan Pegasing Kab. Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.