Oleh : Fauzan Azima*
Sejarah pembenci bermula dari iri hati. Manusia berakal budi yang pertama iri hati, lalu melahirkan kebencian dan akhirnya membunuh adalah putra sulung Nabi Adam AS, yakni Habil.
Kebencian Habil karena kewajiban syariat harus melaksanakan kawin silang dengan Labuda yang tidak lebih cantik dari Iklima yang harus menikah dengah Kabil. Iri hati dan kebencian Habil mempengaruhi fikirannya untuk membunuh Kabil.
Tidak dapat dipungkiri sumber sejarah lahirnya kebencian berasal dari iri hati. Adapun faktor penyebabnya bisa dikelompokkan menjadi tiga; sebab memilih pasangan, sebab kekuasaan dan sebab harta benda.
Perebutan pasangan baik laki-laki maupun perempuan adalah sumber iri hati dan kebencian yang sudah menjadi sejarah manusia. Sehingga tidak heran lahir phrasa “Dunia Dalam Malapetaka Cinta”. Konon, Jesus pun dikejar dan direncanakan untuk disalib karena iri hati dan bencinya Yudas mengetahui Putri Magdalena jatuh cinta kepada penyebar agama Nasrani itu.
Anak panah iri hati dan kebencian juga menyasar jabatan dan kekuasaan. Apalagi anugerah jabatan dan kekuasaan itu dipegang oleh kaum minoritas dalam satu negeri.
B. J. Habibie yang berasal dari Sulawesi Selatan, setelah menjabat Presiden Pengganti Antar Waktu (PAW) dari Soeharto, untuk pemilihan presiden berikutnya, sebagai calon presiden-pun tidak boleh lagi. Hal itu semata-mata karena B. J. Habibie berasal dari suku minoritas. Mitos presiden Indonesia hanya boleh dari Suku Jawa sebagai mayoritas telah berurat dan berakar digaungkan dari masa ke masa.
Demikian juga kepemilikan harta benda berlimpah tidak terkecuali menjadi sasaran empuk membuat iri hati dan kebencian. Banyak kasus harta benda sebagai penyebab gugat menggugat, bahkan sampai tega membunuh saudara sendiri.
Iri hati dan kebencian menjadi sumber penyakit hati lainnya, terutama melahirkan kemarahan lewat lisan dan tulisan. Selanjutnya, media sosial menjadi ruang utama untuk menyalurkan kebencian dan kemarahan yang umumnya terpaut dengan tema; pacarnya direbut orang, penguasa menolaknya hadir dalam lingkarannya dan kalah tender.
Saya sendiri kalau sudah ada gejala marah karena sesuatu dan lain hal, segera pergi ke dokter pribadi saya, dan seperti biasa dokter akan menyarankan kepada saya agar sering minum jus timun agar kembali sehat dan kuat serta tidak mengkhawatirkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
(Mendale, 7 Pebruari 2020)