Tetah Tentu, Akhlaq Mulia Yang “Mukemel”

oleh

Oleh : Dr. Joni, MN, M.Pd, B.I*

A. Fenomena

Berperangai buruk, seperti: Mencuri/mengambil bukan haknya (korupsi), Iri hati (dengki), membicarakan kejelekan orang lain (menggosip), membunuh, menganiaya, memojokan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain, selalu menyalahkan orang lain dan segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain (alam dan mahluk lain) itu semua masuk kedalam perilaku dan perangai yang buruk bahkan sangat buruk. Tetapi, jaman sekarang hal ini seperti sudah menjadi kebiasaan dan tindakkan yang biasa saja.

B. Rendah Hati

Rendah hati adalah sifat pribadi yang bijak oleh seseorang yang dapat memposisikan dirinya sederajat dengan orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.

Merasa dan ikut merasakan tentang apa yang diderita oleh orang lain, sehingga keluarlah tindakan-tindakan kemunisaan yang bersipat lebih memanusiakan.

C. Malu (Mukemel)

Malu adalah perangai seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang untuk melakukan dosa dan maksiat serta dapat mencegah seseorang untuk melalaikan hak orang lain. Perangai ini cendrung bernilai akhlaq. Setelah dikaji melalui pendekatan Peri Mestike (PM) secara detail dan mendalam bentuk malu yang mulia ternyata ada di dalam konsep norma adat Gayo, yakni yang mereka sebut dengan “Mukemel”.

D. Mukemel

“Mukemel” merupakan bentuk perangai yang lebih merujuk kepada akhlaq mulia (ihsan kamil), perangai yang mampu memberikan tauladan yang baik, mengarahkan ke yang lebih baik sebelum orang itu berbuat atau berpikiran salah. Intinya, untuk “Malu Muli” Yakni malu dan merasa rugi jika tidak berbuat baik (kepada diri ,endiri, orang lain, dan lingkungan alamnya).

E. Tetah Tentu: Perangai Rendah Hati dan Malu

Perangai yang rendah hati dan malu yang mukemel masuk ke dalam perilaku serta tindakan yang bernilai akhlaq mulia, bukan hanya berakhlaq tetapi akhlaq yang lebih kepada ketauladanan dan berkontribusi lebih baik (membangun kenyamanan, kedamaian dan keindahan) terhadap manusia, mahluk, dan lingkungan alam sekitarnya, pada terminolgi masyarakat suku Gayo dikenal dengan “Tetah Tentu”.

F. Simpulan

Jadi, perangai yang bernilai ” Malu”, “Rendah hati” adalah perangai yang dapat membangun keindahan, kenyamanan, kedamaian, dan keharmonisasian antar manusia dengan manusia dan antar manusia dengan alam serta lingkungannya. Karena, konsep rendah hati dan mukemel ini bukan hanya melindungi perasaan manusia saja, tetapi lebih daripada itu mampu menjaga dan melestarikan lingkungan dan alam sekitarnya. Konsep-konsep inilah di Gayo dikenal dengan terminologi “Tetah Tentu”.

*Penulis merupakan dosen di Alwasliyah Takengon juga Ketua Bidang Pengkajian, Penelitian dan Pendidikan di Majelis Adat Gayo (MAG)

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.