Bahaya Korean Lovers Dibahas Komunitas Yuk Ngaji Takengon

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Komunitas Yuk Ngaji Takengon menggelar konser akbar bertajuk #AdaApaDenganKorea, Selasa 29 Oktober 2019 lalu. Ratusan pelajar, mahasiswa dan masyarakat turut serta dalam konser yang diisi oleh trainer nasional kelahiran Makassar dan juga penulis buku Pernah Tenggelam, Fuadh Naim.

Salah seorang panitia, Melia Anisa Sa’diyah, Jum’at 1 November 2019 mengatakan antusiasme peserta mengikuti kegiatan tersebut cukup tinggi. “Peserta melebih target. Kuota kita hanya 400 orang namun saat acara sampai 550 orang,” katanya.

Konser akbar yang digelardi Gedung Olah Seni (GOS) Takengon ini katanya lagi, membahas seputar Korean wave atau gelombang Korea dikarenakan banyak pelajar, mahasiswa ataupun masyarakat umum menjadi korean lovers.

“Secara tidak sadar mereka membuang-buang waktu demi menonton sederet film berepisode yang tak memberi manfaat apapun. Jika ini terus menggerus generasi kini, lantas akan jadi apa generasi kita di masa mendatang?” Ujarnya.

Ketika pemateri memberikan penjelasan mengenai sejarah Islam di korea, seisi ruangan terkesan hening namun tiba-tiba berubah riuh saat Fuadh Naim memulai sebuah game. Beliau mengajak peserta menebak beberapa judul lagu korea dan nama band yang membawakan lagu tersebut.

Sontak teriakan peserta dengan acungan tangan yang sigap ketika lagu itu baru saja diperdengarkan dalam waktu kurang dari 2 detik. Dan mereka berlomba-lomba untuk menjawabnya. Dari tujuh lagu yang diputar nyaris tak ada jawaban mereka yang salah. Semuanya benar dan tepat. Saat putaran kedelapan tak disangka Fuadh Naim memutarkan surat An-Naba.

Seketika suasana menjadi hening merinding karena gelombang teriakan heboh tadi seakan hanyut tenggelam. Tak ada teriakan dan acungan tangan yang sigap untuk menjawab kecuali hanya 1 orang dari 550 orang. “Subhanallah. Inilah bukti nyata bahwa generasi saat ini memang benar-benar tenggelam di dunia korea. Begitu hafal musik korea tapi tak hafal ayat Alquran,” kata Naim.

Ayah satu putra itu juga menjelaskan bahwa korean wave atau Hallyu merupakan bagian dari agenda pemerintah dalam five year. Yaitu program menuju Korea nomer satu dunia yang dijalankan dari tahun 1962-1996.

“Titik fokusnya di dunia per-film-an. Seperti Personal Tasate yang diperankan oleh Lee Min Ho dan Son Yen Jin yang berlatar di Bukchon Hanok Village, N Seoul Tower sebagai tempat pembuatan film My Love From The Star yang perankan oleh Kim Soo Hyun dan Jun Ji Yun, Winter Sonata. Hingga menimbulkan pengaruh besar terhadap kemajuan Korea,” jelasnya.

Istilah Hallyu (korean wave) itu sendiri puncakanya dikenal saat pemutaran film Winter Sonata di Jepang, Tiongkok, Taiwan dan Asia Tenggara. Seiring pesatnya perkembangan Hallyu, mereka meluaskan titik fokusnya kearah food, fashion, musik, style, k-drama bahkan budaya. Sehingga lahirlah beberapa sindrome para fans berat artis korea seperti Celebrity workship syndrome, halusinasi berlebihan.

“Padahal secara tak sadar, dalam diri mereka tertanam unsur-unsur yang dimurkai Allah, yaitu pertama, unsur LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender) dan free sex. Semisal berpelukan dan berciuman dengan sesama jenis,” jelasnya.

“Menampilkan pakaian serba minim ditambah adegan tak bermoral yang merusak otak generasi. Kedua, adanya penyimpangan aqidah. Pecinta korea dapat diartikan menciptakan Illah baru karena menjadikan personal korea sebagai Idol yang dalam bahasa Inggris berarti sesembahan,” tambahnya.

Alangkah lucu rasanya jika muslim melupakan Allah hanya karena mengidolakan orang kafir. Yang tidak mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Yang juga tak menjadikan rasulullah sebagai suri tauladan. Yang bahkan juga tidak mampu menjadi penolong di Yaumil hisab kelak. Semoga Allah jauhkan generasi muslim dari pengaruh korea yang menyesatkan.

[Hafizah/DM]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.