Diduga Ada Perang Dagang Kopi Arabika Gayo

oleh
Inen Anbiya (80), Warga Gunung Paya Reje, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah yang masih sehat dan kuat mengolah kopi Gayo yang dikenal dengan aroma dan rasa yang khas. (Wrb)

TAKENGON-LintasGAYO.co : Menyikapi permasalahan kopi Gayo yang katanya ditolak di sejumlah negara Eropa karena terpapar zat kimia berbahaya berupa zat glifosat menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat Gayo (Aceh Tengah-Bener Meriah).

Menurut salah seorang pelaku kopi di Aceh Tengah, Armiadi, diduga ada perang dagang bagi komuditas andalan Gayo tersebut yang tengah dimainkan.

“Kenapa saya sebut begitu, karena saat ini harga kopi kita di dunia tidak bisa diturunkan alias tetap tinggi,” terang Armiadi menjawab LintasGAYO.co, Kamis 10 Oktober 2019.

Dijelaskan, saat ini harga kopi arabika Gayo di tingkat ekspor berkisar di harga 75-80 ribu Rupiah perkilo. Hal ini berbanding terbalik dengan harga kopi konvensional sebut saja Brazil, harganya jauh lebih rendah diangka 35 ribu Rupiah perkilonya.

Berita Terkait :

Kopi Gayo Terpapar Zat Kimia Berbahaya, Dari Mana Glifosat Berasal?

Gawat! Kopi Gayo Ditolak Buyer Karena Mengandung Zat Kimia Berbahaya

Kopi Gayo Terpapar Glifosat, Waspadai Pengoplos Kopi Dari Luar Daerah!

“Mungkin ini yang menjadi penyebab dengan mengganggu harga keorganikan dari kopi Gayo sendiri,” tegas Armiadi.

Ia pun tak menyalahkan hasil uji lab Intetnational yang dilakukan oleh pembeli dari Inggris, Jerman dan Prancis dimana negara tersebut menolak sample yang disodorkan oleh pengusaha kopi Gayo lantaran terpapar zat kimia glifosat.

“Begini ya, semua negara memiliki aturan terkait ambang batas zat kimia dari suatu komoditi yang diekspor ke negara tersebut. Ambang batas penggunaan zat kimia di Eropa itu rata-rata 0,01 persen,” terangnya.

Lain itu kata Armiadi lagi, zat glifosat itu rata-rata dihasilkan dari herbisida pembahasmi rumput. Herbisida ini banyak dikeluarkan oleh Masinton di Amerika dan banyak dipakai di Indonesia. Sedangkan di Eropa mereka tidak memakai itu.

“Ya pasti mereka komplin, mereka beli kopi kita mahal, tapi kok teracuni gitu. Akhirnya harga kopi diturunkan. Ini yang saya sebut perang dagang,” katanya Armiadi.

Meski diduga ada perang dagang terhadap kopi Gayo, ia berharap hal ini menjadi pemantik semangat bagi petani di Gayo menjaga kualitas keorganikan dari kopi Gayo itu sendiri.

“Saya rasa ini positif ya. Dengan adanya permasalah ini, kita harus cepat sadar bahwa penggunaan herbisida hanya akan merugikan kita petani kopi Gayo. Harus kita kurangi dan lebih giat lagi mengolah lahan kopi kita dengan cara-cara organik,” tandasnya.

[Darmawan Masri]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.