Tambang Emas dan Racun Kimia Mematikan Bernama Sianida

oleh

Oleh : Win Wan Nur*

Sejak zaman dahulu, emas begitu digemari manusia, meskipun secara praktis nyaris tak ada gunanya.

Zaman berganti, tapi kegandrungan manusia pada emas tak juga berkurang. Untuk logam hampir tak bisa digunakan untuk apapun selain perhiasan ini, orang mau mengorbankan saudara, nyawa bahkan bumi, satu-satunya planet yang sejauh ini diketahui bisa dihuni oleh manusia.

Setengah dari emas yang ada di dunia sekarang ini, ditambang dalam 50 tahun terakhir.

Mayoritas emas zaman sekarang dihasilkan oleh perusahaan emas besar yang mengekstrak emas dari dalam tanah dalam skala besar.

Tidak seperti orang-orang di zaman Iskandar Muda apalagi zaman Nabi dulu, dimana orang menambang emas dengan cara mendulang atau memahat batuan untuk mencari bongkahan emas.

Saat ini, emas ditemukan di dalam partikel batuan yang penampakannya tak kasat mata karena sangat kecil dalam skala mikroskopik.

Perusahaan penambangan emas besar, menghancurkan bongkah-bongkah batu itu. Menggilingnya sampai menjadi lumpur. Memasukkannya ke dalam tangki-tangki raksasa lalu mencampurkannya dengan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga nyawa manusia, guna memisahkan kandungan emasnya dari unsur-unsur lain.
Tiap ton batu menghasilkan kurang dari 10 gram emas.

Dulu orang menggunakan air raksa yang juga dikenal sebagai mercury, logam cair dengan lambang kimia Hg, yang merupakan salah satu bahan kimia paling beracun dan mematikan bagi manusia dan lingkungan hidup. gram emas yang diproduksi menggunakan proses amalgamasi, satu atau dua gram merkuri dilepaskan ke udara dalam bentuk uap.

Ketika merkuri yang tak disadari dikonsumsi, entah itu dari memakan ikan, sayuran, atau daging yang menyerap polusi merkuri dari alam terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup. Makhluk itu entah namanya manusia atau binatang akan mengalami gangguan pada sistem saraf, kekebalan tubuh dan reproduksi (menyebabkan kemandulan). Dalam kasus terburuk, keracunan merkuri yang parah dapat menyebabkan kegilaan, kelumpuhan, koma, dan kematian dalam beberapa minggu.

Karena itulah saat ini, industri emas skala besar sudah dilarang menggunakan mekuri dalam memproduksi emas.

Menurut sebuah studi oleh Organisasi Pengembangan Industri UNIDO. Diperkirakan bahwa penambangan emas skala kecil yang mayoritas ilegal bertanggung jawab atas sekitar sepertiga dari emisi merkuri.

Sebagai ganti merkuri, saat ini perusahaan pertambangan emas besar menggunakan SIANIDA sebagai bahan kimia yang dipakai untuk memisahkan emas dari unsur lain. Dengan SIANIDA 97% biji emas yang terkandung di dalam bebatuan bisa diekstrak.

Celakanya, SIANIDA tidak kurang berbahayanya dibanding Merkuri.

Di Indonesia, kita mengetahui betapa berbahayanya SIANIDA dari kehebohan kasus Jessica Wongso yang didakwa membunuh temannya dengan mencampurkan SIANIDA ke dalam kopi. Beberapa kasus lain yang mengakibatkan kematian, sebut saja kasus pembunuhan Munir juga disinyalir menggunakan SIANIDA.

SIANIDA digunakan dalam kasus pembunuhan ini karena dalam bentuknya yang murni, SIANIDA tidak memiliki warna dan baunya seperti almond pahit yang sulit dibedakan dengan rasa kopi. SIANIDA dapat digunakan dalam bentuk bubuk, cair, atau gas. SIANIDA sangat mematikan Kalau sampai tertelan. Cukup dengan ukuran sebutir beras saja, SIANIDA sudah cukup untuk membunuh satu orang dewasa.

Jika dalam dosis sebutir beras SIANIDA dapat membunuh manusia dewasa, bagaimana dengan orang yang tak sengaja mengkonsumsi SIANIDA dalam ukuran mikroskopik?

Paparan SIANIDA dalam dosis rendah dalam waktu lama dapat menyebabkan pembengkakan di tenggorokan tepatnya pasa kelenjar gondok. Paparan SIANIDA dosis rendah juga dapat menyebabkan terganggunya kemampuan tutuh untuk menyerap nutrisi yang berakibat pada kekurangan gizi.

Dalam proses penambangan emas, SIANIDA sering tumpah ke saluran air. Sering juga terjadi ketika kolam diisi dengan limbah tambang meledak dan tumpah mencemari air dan tanah.

Perusahaan pertambangan biasanya mengatakan bahwa SIANIDA dalam air dengan cepat menjadi tidak berbahaya. Tetapi ini benar hanya jika ada banyak sinar matahari dan oksigen.

Jika SIANIDA tumpah di bawah tanah, atau jika cuaca mendung atau hujan, sianida akan meresap ke dalam tanah dan bertahan lama, kemudian merembes sedikit demi sedikit membunuh ikan dan tanaman di sepanjang sungai dan membuat air tidak aman untuk diminum dan dipakai mandi.

Foto Ilustrasi : Galian Tambang Emas di Papua, oleh PT Freeport (Coutesy : Google, Liputan6)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.