Catatan Singkat ; Almisry Al Isaqi*
Mari kita belajar dari sejarah. Sejarah kaum minoritas yang terjajah di negeri sendiri. Siapa yang tidak mengenal Pasukan Barisan Gurilla Rakyat (Bagura) asal Gayo, kelompok yang berani dan solid saat menghadapi musuh di lapangan terbuka maupun di hutan belantara.
Panglime Abu Bakar Aman Dimot yang lahir di Tenamak, Linge Isaq tahun 1920 salah satu orang yang ikut dalam pasukan Bagura untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini demi kehidupan yang bermartabat.
Sehingga kita merdeka dan bermukim di daratan negeri Gayo. Mereka membangun komunitas, saling melindungi, memberi, dan terpimpin dalam segala hal. Dan selaku generasi Gayo saat ini, kami bangga kala membaca catatan sejarah itu. Hingga kini negeri yang menyimpan banyak misteri sejarah ini adalah rumah peradaban bagi anak-anak kami.
Dalam catatan sejarah. Teungku Ilyas Leube yang menjabat komandan Bagura dan pimpinan operasi dipimpin oleh Panglime Abu Bakar (Aman Dimot). Ah…lupakan saja soal itu, harus disadari kalau dulu, memang bala tentaranya yang siap tempur dan pemberani, tapi belum tentu juga sekarang ini. Setiap jaman punya generasi dan setiap generasi punya cerita sendiri, dan ini cerita kami.
Kebutuhan umat manusia telah menggeser semuanya, dari sana kami belajar memahami tentang sejarah alam dan manusia. Tapi kami gagal memaknainya karena kami lupa satu hal yaitu kami tidak pandai bersyukur atas apa yang ada.
Sesungguhnya alam telah menumbuhkan kesadaran sifat kritis untuk hidup dan maju bersama dalam kerumunan komunitas berbeda. Tapi kami lupa satu hal bahwa kami tidak pandai mengingat sejarah. Di masa sekarang seharusnya kami peka dan tidak berdebat dalam perbedaan, tapi kami lupa satu hal bahwa kami pengagum PANCASILA.
Masa sekarang, harusnya kita duduk bersama, lupakan urusan seragam untuk mencapai agenda bersama seperti kata pepatah, keramat mupakat behu berdedele. Namun, satu hal yang kami tak bisa lupa, yang berkuasa semakin nakal.
Pemimpin harus memahami kalau rakyat merupakan guru baginya. Ia tidak akan mendapatkan pengetahuan sekecil apapun jika dia tidak belajar dari rakyat. Tapi sayangnya dia lupa satu hal kalau manusia adalah mahluk sosial. Pemimpin harus siap dikritik, sebab kritik adalah masukan baginya. Tapi pemimpin kita lupa satu hal bahwa kita penganut sistem demokrasi yang setiap orang berhak untuk menyatakan pendapatnya walau terkadang khilaf dengan bahasa yang terucap.
Pemimpin tidak hanya mengarahkan, tapi mendengar apa kebutahan rakyat. Setiap peraturan harus sesuai dengan kepentingan rakyat. Jika peraturan dipaksakan, maka datanglah kehancuran. Tapi sayangnya dia lupa karena dikelilingi rombongan mafia rakus dan nakal.
Semoga pada tahun mendatang, kekuasaan negeri kita berganti dan diganti oleh yang lain bukan dilanjutkan.
*Isaq 21 Juni 2019